Cermin Air Tak Pernah Dusta (Reborn)
Remang-remang mulai terang
Transparan jadi kebiasaan
Tempat persembunyian kian tak kelihatan
Hanya ada hitam dan semakin hitam
Mulai diperlihatkan
Mulai ditampakkan
Warna lain samar
Hingga pada suatu ketika
Dipandanginya
Mencari cacat cela raut muka
Pernah sekali dahulu ia tertawa
"Mengapa aku begitu kecewa, ketika jerawat tumbuh di batang hidung," gumamnya
Bibir tipis merah merona
Pipi lembut tak lagi berasa
Cermin!
Mengapa kau tampilkan apa adanya?
Mulai sekarang, aku tak akan percaya
Lebih samar
Lebih bergetar
Suatu saat membuat gelegar
Cermin air, aku pilih dirimu
Sementara gelombang danau kian tinggi
Tiupan angin dari seberang sana
Adalah ia menerpa
Kemudian menjelma
Dalam mega-mega
Pelangi yang lahir hanya sandiwara
Aku malu jika menyebutnya adegan gila
Tapi nyata!
Sebagai perahu kecil di antara perahu besar lainnya
Gelombang satu menerpa gelombang lainnya
Hanyut siap tenggelam
Lepas pegangan satu
Mencari pegangan lainnya
Ia tak ingin dilahirkan di tengah danau
Di tengah laut apalagi
Tidak ingin sama sekali
Walaupun sekali waktu
Ketika kelahiran baru dimulai
Ia pernah mengagumi
Biru air laut
Hijau air danau
Keindahan tampak pada mata
Dari kejauhan dengan sejuta pesona
Begitu mendekat
Sungguh!
Ia amat berbahaya
Banjarmasin, 13 Juli 2020