Mohon tunggu...
Cicilia Ika Mayawati
Cicilia Ika Mayawati Mohon Tunggu... Guru - Pengajar dan Pembelajar

If you are planning for a year, sow rice. If you are planning for a decade, plant trees. If you are planning for a lifetime, educate people. (A Chinese Proverb that I do agree)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengenal Taksonomi Bloom dan Bagaimana Membawanya dalam Pembelajaran

22 Oktober 2021   22:55 Diperbarui: 22 Oktober 2021   23:12 915
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Education must be increasingly concerned about the fullest development of all children and youth, and it will be the responsibility of the schools to seek learning conditions which will enable each individual to reach the highest level of learning possible."  (Benjamin Bloom)

Statement Bloom tersebut mempertanyakan kembali pada kita sebagai pengajar yang merupakan inti dari sebuah institusi pendidikan: apakah tanggung jawab mulia tersebut sudah kita wujudkan? Sudahkah kita mencari dan mewujudkan kondisi belajar yang memungkinkan setiap peserta didik mencapai tingkat pembelajaran maksimal?

Sebelum akhirnya menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, pemahaman tentang pembelajaran dan tingkatannya perlu dipahami terlebih dahulu. Siapa dan bagaimana teori yang dikemukakan oleh Benjamin S. Bloom kiranya menjadi pengantar pembahasan topik ini.

Benjamin Samuel Bloom, seorang psikolog Pendidikan dari Amerika Serikat yang lahir di Landford Pensylvania pada 21 Februari 1913 ini memang memberikan kontribusi berharga  dalam penyusunan taksonomi tujuan Pendidikan dan pembuatan teori belajar tuntas.

Taksonomi Bloom merupakan struktur hierarki yang mengidentifikasikan keterampilan/skill mulai dari tingkat rendah hingga tinggi yang digunakan untuk mengategorikan tujuan pembelajaran ke dalam berbagai tingkat kompleksitas.

Pendidikan berdasarkan Taksonomi Bloom lebih berfokus pada kemampuan (skill) daripada konten (hafalan materi) serta mampu membentuk kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Dengan Taksonomi Bloom, pengajar bisa mengendalikan dan menyesuaikan tujuan belajar, aktivitas belajar dan proses evaluasi dengan lebih mudah.

Perkembangan komunitas pendidikan terutama bagaimana anak belajar dan bagaimana guru menyiapkan bahan ajar terus mengalami perkembangan. Lorin W. Anderson bersama David R. Krathwohl menyadari bahwa sesungguhnya belajar itu adalah proses aktif, sehingga jenjang-jenjang dalam Taksonomi Bloom semestinya juga harus menggambarkan proses aktif itu. 

Hal inilah yang melatarbelakangi adanya revisi Taksonomi Bloom yang dipublikasikan di tahun 2001.  Revisi berfokus pada aplikasi dan adanya perubahan pada terminology yaitu kata benda menjadi kata kerja. Urutan level pada taksonomi lama dan baru masih sama yaitu dari terendah hingga tertinggi. Yang membedakan adalah pada C5 dan C6. Selain itu,  Taksonomi Bloom Revisi mencakup dimensi kognitif dan dimensi pengetahuan, sebagai berikut:

Dimensi Kognitif yang meliputi jenjang:

 1.  Mengingat (C1)

 Kata Kerja Operasional jenjang C1 antara lain adalah mengutip, menulis, menunjukkan, menghafal, meniru, menjelaskan.

2. Memahami (C2)

Kata Kerja Operasional C2 antara lain adalah menerangkan, membedakan, mengartikan, menceritakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun