Mohon tunggu...
Cici Desri
Cici Desri Mohon Tunggu... Freelancer - Blogger

Voice Over Talent | Mom Millenial Lifestyle Blogger

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Bangun Karakter Peduli Sampah Sejak Dini, SMP Wisata Sanur Terapkan Waste Management

8 September 2019   12:12 Diperbarui: 9 September 2019   06:44 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu bentuk kepedulian kita terhadap bumi dan lingkungan tempat tinggal yaitu dengan tidak mengotorinya. Sampah selalu menjadi isu yang tidak pernah ada habisnya untuk dibahas. Sebab ternyata keberadaan sampah di Indonesia berbanding lurus dengan jumlah penduduknya. Hal tersebut dibuktikan oleh hasil penelitian yang menunjukan, Negara Indonesia menduduki peringkat kedua penyumbang sampah plastik di laut.

Munculnya isu tersebut, membuat banyak pihak baik itu pemerintah maupun swasta membuat program untuk menangani sampah, mulai dari mengelola hingga mengurangi sampah plastik.

Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Saya mengingat 10 tahun yang lalu, dimana saya masih duduk di bangku SMP, tidak ada gerakan anti sampah yang dilakukan sekolah. Misalnya gerakan Jumat Bersih (Jumsih) atau inspeksi kebersihan setiap kelas. Semua sampah akan dibersihkan oleh petugas kebersihan. Sehingga dampaknya baru terasa sekarang, saya hanya bisa membuang sampah dan menyerahkan pada tukang sampah untuk mengangkut tanpa peduli akan diproses dimana, diolah atau dibuang. Dan hal tersebut mungkin tidak hanya terjadi pada saya, tapi juga kamu, kalian, mereka dan sebagain besar penduduk Indonesia. Alasannya, ya terbukti saat ini sampah di Indonesia sudah mencemari tanah, sungai hingga laut. Artinya, bukan karena ulah satu atau sepuluh orang saja, tapi ulah dari jutaan masyarakat Indonesia. Entah karena kurangnya edukasi atau memang tidak peduli.

Berbeda dengan siswa-siswi di SMP Wisata Sanur Bali. Sabtu lalu (31/8), saya berserta 9 peserta Danone Blogger Academy Batch 3 diajak berkunjung ke SMP Wisata Sanur. Nama WISATA merupakan kepanjangan dari Widya Sastra Taruna yang artinya raihlah ilmu pengetahuan selama masih muda. Jadi sekolah ini bukan sekolah Pariwisata melainkan Sekolah Menengah Pertama sama seperti sekolah pada umumnya. Bedanya mereka memasukan program pengelolaan sampah pada kurikulum dan ekstra kulikuler siswanya.

Berprestasi dengan Sampah Kain Bekas

Kedatangan kami disambut siswa-siswi SMP Wisata Sanur dengan nyanyian Official Theme Song Asian Games 2018, Meraih Mimpi, namun liriknya diganti dengan pesan mengelola sampah. Tuh kan, baru satu langkah dari pintu gerbang sekolah, sudah terasa ya gelora cinta lingkungannya.

Disana saya bertemu dengan Nika, siswi kelas 9 yang menunjukan hasil karya busana SMP Wisata Sanur. Uniknya, mereka menyulap sampah kain bekas menjadi hasil karya bernilai bahkan berprestasi. Pertama, busana wanita dengan tema Love Bird berhasil menyandang peringkat ketiga. Sesuai dengan namanya, busana ini memiliki sayap yang bisa dikepakan dengan warna colorful. Kedua, busana pria dengan tema Aladin lengkap dengan monyet di pundaknya. Meski hanya mendapatkan juara harapan namun mereka tetap semangat dan bangga dengan semua hasil karya busana yang dibuat dari kain bekas.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Membangun Seni dari Sampah Plastik

Selanjutnya, Bapak Kepala Sekolah mengajak kami berkeliling SMP Wisata Sanur. Suasana hijau dan bersih membuat kami betah berlama-lama disana. Tidak ada sampah tergeletak di pojok ruangan atau bahkan di area lainnya. Saya hanya melihat sampah yang sudah diolah menjadi benda baru yang berbeda dan bermanfaat.

Di bawah pohon rindang, kami menikmati pertunjukan drama musikal sederhana yang diperankan oleh Ida Ayu Trishna bersama siswa-siswi kelas 9 lainnya. Mereka bernyanyi, menari dan berolah peran tentang lingkungan dengan penuh percaya diri. Alat musik yang dimainkan pun terbuat dari sampah botol plastik. Lagi-lagi, mereka seolah mengatakan, sampah ternyata bisa bikin happy, menghasilkan irama yang bisa menghibur hati. Tidak melulu, berujung di tempat pembuangan akhir.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Bijak Mengelola Sampah Plastik Sejak Dini

Di sebrang pohon rindang lainnya, tampak anak-anak tengah asik berkumpul dan membuat kelompok. Saya kira mereka sedang berselfie ria layaknya anak remaja di kota. Ternyata saya keliru, mereka sedang asyik menggunting dan menerawang bagian plastik lainnya untuk dibuat pola tudung saji. Bermodalkan gelas plastik bekas, kardus, lem dan gunting, mereka pun berlomba membuat tudung saji yang unik dan bisa dipakai.

Naluri keibuan saya pun terpanggil, lalu ikut duduk dan ngobrol dengan mereka sambil sesekali membantu menggunting gelas plastik. Abel, salah satu siswi SMP Wisata Sanur menjelaskan, kelas prakarya ini dilakukan rutin setiap seminggu sekali. Ide prakaryanya sendiri bisa mengikuti buku panduan, arahan dari guru atau dari internet. Selain tudung saji, saya pun menemukan hasil karya lainnya, seperti tatakan gelas dari koran bekas, frame foto dari kardus, riasan bunga dari sedotan bekas dan masih banyak lagi.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Sampah Membawa Berkah

Ini bukan judul sinetron, ini kisah nyata yang menginspirasi. SMP Wisata Sanur terbilang sukses mendidik anak-anak mereka untuk taat dan peduli terhadap lingkungan. Mereka kerap kali diajak turun ke masyarakat langsung, misalnya program bakti sosial memungut sampah di sekitar sekolah dan pantai.

Program pengelolaan sampah menjadi salah satu mata pelajaran dan ekstra kulikuler yang wajib diikuti anak didiknya. Pak Arsana, Kepala Sekolah SMP Wisata Sanur mengatakan, selain prestasi akademis yang diraih, setelah lulus anak-anak muda ini harus memiliki nilai manfaat bagi lingkungan sekitar. Terlebih Bali merupakan destinasi wisata tujuan banyak orang, lokal hingga mancanegara, sehingga kelestariannya menjadi tanggung jawab bersama.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Hal ini dibenarkan oleh pengurus Bank Sampah "Mekardi Luwih" SMP Wisata Sanur, mereka tak segan membawa sampah plastik dari rumah ke sekolah. Bahkan botol plastik yang mereka temukan sepanjang perjalanan menuju sekolah. Saya pun tergelitik untuk bertanya, "apa gak malu atau gengsi memungut sampah di jalan?", dengan serempak mereka menjawab "tidak" sebab mereka tau, sampah bisa membawa berkah.

Pengelolan Sampah Organik Menjadi Pupuk Kompos

Sampah yang terkumpul akan dipisahkan dalam dua kategori, organik dan anorganik. Sampah organik akan diolah menjadi pupuk kompos yang nantinya akan dimanfaatkan untuk tanaman di lingkungan sekolah. Pihak sekolah juga menyediakan lahan untuk anak didiknya belajar berkebun seperti menanam cabai dan aneka bunga.

Ada banyak cara pengolahan sampah organik menjadi pupuk kompos. Bisa dicampurkan dengan kotoran kambing atau menggunakan EM4. Nah, berikut ini cara mengelola sampah organik menjadi kompos yang dilakukan oleh siswa-siswi SMP Wisata Sanur:

  1. Sampah organic seperti rumput dan daun yang terkumpul akan dipotong atau dicacah kecil-kecil. Masukan kedalam tong plastic lalu campur dengan potongan daun kering dengan perbandingan 1:1. Aduk hingga tercampur dan merata.
  2. Encerkan larutan EM4 lalu tambahkan kedalam tong platik hingga membasahi seluruh permukaan dan bagian paling bawah. Tutup tong plastic rapat-rapat.
  3. Aduk setiap 3 hari sekali untuk memasukan oksigen ke dalam kompos dna menurunkan panas akibat proses pengomposan.
  4. Proses pengomposan akan selesai jika suhu ting sudah dingin. Pupuk kompos berhasil dibuat jika aromanya tidak berbau, cairan pupuk berwarna coklat atau kehitaman, bahan pupuk dalam tong plastik hitam merata.
  5. Cairan pupuk kompos bisa langsung digunakan menyiram akar tanaman. Sementara untuk menyemprot daun atau tanaman di pot, cairan pupuk kompos harus diencerkan terlebih dahulu. Caranya dengan menambahkan air pada pupuk kompos dengan perbandingan 1:10.

Bagaimana, cukup mudah bukan untuk dilakukan di rumah? Misalnya potongan buah atau sayuran rumah tangga, daun berjatuhan, rumput hingga kulit telur juga bisa dimanfaatkan menjadi pupuk kompos.

Lebih lanjut Bapak Kepala Sekolah menyampaikan, sekolah yang sudah berdiri sejak 1967 juga memiliki ekskul pertamanan dan Pendidikan lingkungan hidup. Disini, anak-anak tidak hanya belajar soal waste management namun juga menggunakan sampah untuk hal yang lebih berguna, seperti berkebun dan membuat hasta karya.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Pengelolan Sampah Anorganik Menjadi Prakarya dan Usaha

Prakarya bisa dikatakan juga hasil kerja yang belum jadi atau belum bisa dipasarkan. Benda yang dihasilkan pada umumnya baru digunakan oleh pembuatnya sendiri.

Sama hal dengan prakarya siswa-siswi SMP Wisata Sanur yang memanfaatkan sampah anorganik menjadi sebuah prakarya dan media pembelajaran untuk anak didiknya. Setiap sekolah pasti memiliki satu kegiatan prakarya. Kalian tentu pernah mengalaminya juga kan? Ada prakarya yang bahannya harus dibeli, ada juga yang bisa memanfaatkan dari benda bekas. Misalnya membuat hiasan rumah dari sabun mandi, tentu saja sabunnya harus dibeli. Lain halnya dengan SMP Wisata Sanur yang memanfaatkan sampah anorganik yang sudah terkumpul di sekolah untuk kegiatan prakarya. Cukup menyiapkan lem dan alat potong serta gunting. Mereka bisa menciptakan hasta karya berupa pot bunga, alat musik, keranjang, hiasan dinding dan lainnya.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Meski belum memiliki target konsumen, SMP Wisata Sanur tengah mencoba memasarkan hasil kerajinan tangannya melalui bazaar dan pameran. Untuk sampah anorganik lainnya yang sudah terkumpul di bank sampah ternyata bisa dijual ke Eco Bali dan dicatat dengan rapi di buku tabungan bank sampah. Penghasilan mereka mencapai Rp 1 juta lho, dana tersebut bisa mereka gunakan untuk keperluan sekolah. Jadi terbukti, sampah itu bukan musibah tapi justru menjadi berkah untuk mereka yang mau mengelola dengan baik.

Kesimpulan

Melihat kebiasaan dan pendidikan yang diterapkan di SMP Wisata Sanur seperti melihat matahari terbit dengan indah di pagi hari. Perilaku santun ditunjukan dengan selalu menyapa dan menyalami setiap tenaga pendidik bahkan tamu yang datang ke sekolah. Siswa-siswinya juga berseragam rapi, lengkap dengan rambut kepang dua untuk siswinya.

Karakter peduli lingkungan juga tercermin dari kebiasaan dan lingkungan yang bersih dari sampah, hijau dan rindang. Sehingga anak-anak betah belajar di sekolah bersama teman dan guru. Sebab karakter peduli lingkungan tidak bisa ditransfer jika hanya melalui teori namun juga harus terus dipraktekan dengan nyata.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Danone Aqua sebagai perusahaan terkemuka yang concern dengan isu lingkungan turut mendukung program yang diterapkan di SMP Wisata Sanur, dengan mendatangkan truk edukasi ke sekolah. Sebagai bentuk tanggung jawab dan peduli dengan bumi, Danone Aqua meluncurkan program #BijakBerplastik serta terus berinovasi dengan produknya. Dari sekian banyak program sosial yang mereka lakukan, salah satunya yaitu dengan meluncurkan kemasan Aqua terbaru 100% terbuat dari plastik daur ulang. Meski begitu, plastik yang digunakan tetap aman untuk kesehatan sebab sudah melalui proses sterilisasi dengan teknologi tinggi.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Yuk, cintai lingkungan dan bumi dengan tidak mengotorinya. Pilah sampah berdasarkan kategorinya dan buanglah pada tempatnya. Biasakan diri untuk minim sampah plastik. Jika tidak sekarang, kapan lagi? Jika bukan kita, siapa lagi?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun