Mohon tunggu...
danang prasetyo
danang prasetyo Mohon Tunggu... -

saya hanyalah manusia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Stephen Hawking dan UUD 1945

3 September 2010   22:33 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:28 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tanggal 9 september mendatang ilmuan fisika Cambridge, Stephen Hawking, akan mengeluarkan buku baru "The Grand Design". Ringkasan buku muncul pertama di The Times, dalamsebuah artikel di laman Guardian kutipan Hawking menyatakan bahwa "It is not necessary to invoke God to light the blue touch paper and set the universe going", atau mungkin dengan kata lain, tidak perlu Tuhan dalam proses terciptanya alam semesta. [1]

Pernyataan ini tentu saja membuat telinga merah (bagi orang yang mudah marah), bagi yang suka analisa tentu lain lagi. Tetapi sayangnya ternyata hampir semua pendapat yang muncul dalam artikel mengenai pendapat Hawking ini adalah cemoohan, tanpa betul-betul membantah. Masyarakat kita memang benar-benar masuk kategori "sengol bacok",  kalo Hawking tinggal di Indonesia mungkin rumahnya sudah di bakar puluhan ormas yang tidak sependapat denganya.

Susahnya menghargai pendapat

Masyarakat kita yang katanya masyarakat ramah ternyata paling susah menghadapai perbedaan pendapat. Kita lebih suka untuk menyerang langsung, frontal dan kasar tanpa menelaah atau melandasinya dengan argumen lain yang lebih kuat. Setelah munculnya berita mengenai klaim Hawking bahwa bumi bukan ciptaan Tuhan di berbagai media online, saya mencermati pendapat orang yang mampir membaca. Hampir semuanya menolak pendapat Hawking itu pasti, tapi yang menjadi masalah adalah bantahan itu didominasi oleh hujatan-hujatan tak karuan. Ini contohnya,

"Tadinya saya pikir stephen hawking cuma cacat fisik aja... tapi ternyata terbukti kalau dia CACAT MENTAL, mengalami kemunduran intelegensia, moral, mental, dan mengalami gangguan kejiwaan karena tak bisa menerima takdir Tuhan atas kondisi fisiknya..." [2]

"Haha.fisikawan yg CACAD itu ksel kali trlahir cacat..makanya otaknya ga nyampe buat mikir gitu2an..Tnyata yg gw pikir pintar skalipun otaknya ga sampe bwt mikir ksana..haha"[3]

Beginilah mungkin kita jika menghadapi sesuatu yang baru, berapi-api, membabi-buta dan tidak jelas. Mungkin kita memang belum terbiasa dengan perbedaan pendapat, hingga bantahan yang kita lakukan juga hanya usaha untuk "menjatuhkan" lawan, tanpa memiliki kekuatan untuk meruntuhkan argumen lawan. Memang tidak semuanya, tapi kebnayakan begitulah, sehingga saya kemudian menjadi tidak heran apabila seringkali mendengar bentrok antar agama, golongan atau kelompok karena kita memang mungkin tidak siap berbeda pendapat. Ini yang jadi masalah.

Kita harus belajar dari kostitusi

Kita mungkin harus lebih belajar, dalam hal ini, setidaknya dalam dua hal: menghargai pendapat orang lain dan menghargai kepercayaan orang lain. Tidak mudah memang harus menghadapi orang yang sangat berbeda pendapat dengan kita, ketika orang lain menyatakan sesuatu yang bertolak belakang dengan pendapat kita. Apakah kita tidak marah ketika ada orang yang menyatakan "Tuhan tidak ada", disaat kita mengantungkan hidup dan mati pada Tuhan, tentu ini mengesalkan tetapi kita harus belajar menghargai pendapat orang, apalagi pendapat ini tidak tercipta sembarangan butuh puluhan tahun penelitian untuk merumuskannya.

Tidak ada satu orangpun di dunia ini yang memilikiisi pikiran yang benar-benar sama, sekalipun itu kembar identik mungkin. Setiap manusia memiliki hak yang sama untuk berpendapat, dan tidak boleh memaksakan pendapatnya. Kita harus lebih belajar lagi mengenai konstiotusi kita sendiri. Kebanyakan dari kita sekarang lebih suka menggunakan kekerasan untuk membantah pendapat orang lain, akhirnya bentrok. Jika saja kita mau belajar dan bersetia pada konstitusi, setidaknya kita bisa menghindari kekerasan dan korban yang berjatuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun