Mohon tunggu...
CHYNTIA KARINA BHASKARA PUTRI
CHYNTIA KARINA BHASKARA PUTRI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya mahasiswa S1 Universitas Airlangga program studi Manajemen, memiliki minat dalam bisnis dan pengembangan sumber daya. Saya juga tertarik dengan akulturasi budaya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

K-pop Bikin Lupa Budaya Indonesia?

26 Juni 2022   15:54 Diperbarui: 26 Juni 2022   16:15 1149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju dan dengan keadaan saat ini yang berjalan statis menyebabkan manusia membutuhkan suatu hiburan untuk melepaskan penat. Sekarang ini, kebutuhan manusia tidak hanya dalam bentuk sandang, pangan, dan papan. 

Kebutuhan hiburan sangatlah penting dimasa pandemi seperti ini, terutama untuk para remaja Indonesia mungkin akan sudah merasa jenuh dengan aktivitas mereka seperti melakukan kelas online, mengerjakan tugas, dan melakukan aktivitas rumah. Dengan adanya K-Pop (Korean Pop) atau musik pop Korea, dapat menjadi wadah menyalurkan kejenuhan itu.

Selama 20 tahun terakhir, budaya Korea telah berkembang pesat dan menyebar ke seluruh dunia. Fenomena saat ini yang marak terjadi adalah fenomena Korean Wave atau Hallyu, yang tak kalah menarik dari musik barat. Korean Wave seperti memiliki sihir tersendiri bagi para remaja milenial, karena musik yang disuguhkan oleh negara Korea Selatan tersebut memiliki warna dan gaya yang berbeda dari musik kebanyakan. 

Pemerintah Korea Selatan sendiri telah lama menaruh perhatian khusus pada industri musik mereka. Korea Selatan saat ini menjadi bagian dari 10 negara terkuat ekonominya di dunia, lewat pasar film dan musik. Selain itu, Korea Selatan termasuk negara yang berhasil menyebarkan budayanya secara global setelah Amerika dan Jepang. 

Di Indonesia, demam Korean Wave atau Hallyu telah merebak ke seluruh kalangan mulai dari anak sekolah dasar hingga ibu rumah tangga. Demam Korea ini disebarkan melalui Korean Pop Culture lewat media sosial, dan tersebar melalui jaringat internet dan televisi.

Maraknya budaya K-Pop saat ini, menjadi topik hangat yang sering diperbincangkan dibanyak kalangan. Negara Indonesia merupakan satu dari sekian banyak negara yang mendapat pengaruh paling besar oleh budaya K-Pop. Budaya K-Pop banyak diminati oleh berbagai kalangan masyarakat bukan hanya karena paras artisnya yang menawan, melainkan juga dikarenakan jenis musik yang disuguhkan bermacam-macam mulai dari pop, R&B, hip-hop, dan rock.

Selain itu, hal yang membuat K-Pop bisa merajelala diskala global seperti sekarang, juda disebabkan oleh pihak industri Korea Selatan dapat membaca potensi pasar dunia. Sehingga, musik yang dihasilkan lebih kekinian dan dinamis agar dapat memberikan suatu inovasi teraktual dengan platform yang sudah lebih canggih.

Sebut saja K-Pop menjadi salah satu senjata negeri ginseng untuk menyebarkan budaya dan paham mereka, atau bisa disebut sebagai imperialisme budaya. Imperialisme sendiri adalah kebijakan di mana suatu negara besar dapat memegang kendali atas daerah atau negara lain. Imperialisme budaya dipengaruhi oleh globalisasi yang semakin berkembang,

yang dimana negara maju akan lebih mudah menyebarkan budaya kepada negara yang berkembang, karena negara-negara berkembang lebih rentan terpengaruh seperti Indonesia. Pada tahun 2019, disebutkan pada platform Twitter bahwasanya Indonesia berada pada peringkat 3 setelah Thailand dan Korea Selatan mengenai negara yang paling banyak men-tweet hal terkait artis K-Pop.

Indonesia sudah menjadi salah satu sasaran penting untuk penyebaran kebudayaan Korea. Hal ini bisa menjadi sebuah ancaman terhadap budaya asli Indonesia.

Jika dilihat dari fenomena merebak nya K-Pop di Indonesia, bisa menjadi hal negatif jika bagi masyarakat yang tidak menyikapi hal tersebut dengan bijak. Berimbasnya pada rakyat Indonesia yang bisa saja kehilangan kepribadian dan identitasnya karena terlalu berfokus pada K-Pop. Bisa dilihat dari remaja milenial yang mungkin tingkat emosinya masih labil sehingga terlalu fanatik kepada K-Pop yang akhirnya melupakan jati dirinya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun