"La ... Ella ...." Aku mengetuk kembali pintu kamar kos Ella. Ternyata pintunya nggak dikunci, akhirnya tanpa ragu aku melangkah ke dalam kos, menyusuri tiap ruangan. Ruangan itu terlihat berantakkan, dan aroma parfum pria menyeruak di ruangan. Terdengar suara di ruang belakang, dan melangkah menuju sumber suara.
"Ella, huwaaaaaaaa!" Spontan tangan ini menutup kedua mataku, melihat sesosok pria bertubuh tinggi putih hanya menggunakan celana dalam berada di depan mesin cuci.
"Huaaaaaa ...." Pemuda itu berteriak dan kaget melihatku ada di hadapannya, lelaki bermata sipit itu berkata, "kamu siapa? Kenapa bisa masuk kesini?" ucapnya gugup.
"Lah, kamu yang siapa, ada di kos Ella? Kenapa telanjang? Ella, mana?" Tanganku masih menutup mata dan membelakanginya.
"Ella, siapa? Salah masuk kali! Sana-sana keluar!" teriaknya sambil mendorong tubuhku keluar pintu kos.
"Fiyuuuh ... kok bisa salah kos?" gumamku kesal, kuraih gawai yang berada di saku baju dan langsung menelepon Ella.
"Hallo, gimana sih, La. Kos nya nomor berapa, sih? Gila aja aku salah masuk!"
"Apaan sih, Ri. Telepon langsung marah-marah? Kan udah bilang nomor enam."
Aku melirik nomor yang ada di pintu, "Ini udah nomor enam, eh ... tunggu ... astagfirullah ini angka sembilannya lepas, jadi kaya angka enam. Aaaaah Ella aku maluuu."
"Ya udah, kamu di mana? Entar aku yang samperin."