Mohon tunggu...
churmatin nasoichah
churmatin nasoichah Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

^-^

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Jika Saya Menulis Berarti Saya Sedang Tidak Baik-baik Saja

19 September 2022   16:05 Diperbarui: 19 September 2022   16:14 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tulisan ini saya dedikasikan untuk diri saya sendiri. Setelah setahun saya vakum dari Kompasiana, kini tetiba muncul kembali gairah menulis dengan tulisan yang agak berbau melankolis.

Tetiba saya berhenti menulis artikel bertemakan drakor, dan yang sebelumnya tentang sosial budaya. Bukan berarti saya berhenti nonton drakor dan tidak tertarik lagi dengan hal-hal yang bertemakan sosial budaya.

Hampir setiap hari saya masih menyisihkan waktu menikmati drakor. Baru-baru ini saya telah merampungkan Big Mouth dan Alchemy of Soul, lalu sedikit bergeser ke drama Thailand yang bertemakan LGBT, Love in The Sky.   

Tapi disini saya tidak sedang membicarakan drakor. Disini saya ingin mengungkapkan mengapa saya ingin kembali menulis di Kompasiana. Sesuai dengan judul, Jika Saya Menulis Berarti Saya Sedang Tidak Baik-baik Saja. Ya... saya memang sedang tidak baik-baik saja.

Jika baik-baik saja biasanya memang saya akan malas untuk menulis. Jika baik-baik saja biasanya saya akan terlena dengan hal yang membuat saya baik-baik saja. Lalu mengapa saya kini dalam kondisi yang tidak baik-baik saja?

Jenuh dan bosan. Mungkin itu kata yang tepat untuk mendefinisikan kondisi saya saat ini. Jenuh bosan dengan hal yang itu-itu saja. Jenuh bosan dengan sesuatu yang membuat saya seperti jalan di tempat.

Putus asa. Itu juga bisa membuat kondisi saya tidak sedang baik-baik saja. Putus asa mulai menggerogoti saya ketika suatu hal terjadi diluar kendali saya. Ingin melangkah namun bingung harus bagaimana lagi. Itu yang mungkin sedang saya alami saat ini.

Entah mengapa pada akhirnya menulis menjadi jalan terakhir untuk menghibur diri saya. Menulis pada akhirnya menjadi solusi atas kegelisahan yang saya alami saat ini.

Menulis seperti suatu terapi jitu untuk membunuh kejenuhan dan keputusasaan itu sendiri. Menulis serasa seperti terbang ke angkasa atau sedang mengarungi Samudera Hindia. Padahal saya belum pernah melakukan itu semua.

Menulis seperti terapi bagi saya. Terapi menulis pertama kali dicetuskan oleh James W. Pennebaker pada tahun 1989. Pennebaker adalah seorang professor di bidang Psikologi Sosial yang banyak meneliti tentang manfaat dari kegiatan menulis (www.dictio.id).

Menulis dapat menjadi pilihan efektif sebagai terapi karena: tidak semua orang mudah untuk curhat; ketika meluapkannya kepada orang lain, cenderung tidak mudah disampaikan secara blak-blakan; serta dengan menulis otomatis tidak merepotkan orang lain untuk mendengarkan curhatan kita (www.daaruttauhiid.org).

Terapi menulis atau Expressive Writing yang lebih menekankan kepada emosional dilakukan secara gaya bebas tanpa memperhatikan jenis tulisan maupun tata bahasa. Begitu juga dengan apa yang sedang saya lakukan sekarang.

Saya tidak mempedulikan alur, fokus, maupun akhir dari tulisan ini. Saya hanya ingin mengalir begitu saja entah ada yang membacanya atau tidak. Saya tidak mempedulikan itu.

Saya hanya bisa merasakan setelah saya menulis ini ada perasaan lega dan puas menyelimuti saya. Setidaknya rasa jenuh dan putus asa sedikit berkurang dan berharap lambat laun menghilang.

Tapi kalau rasa jenuh dan putus asa menghilang, lalu saya akan berhenti menulis lagi dari Kompasiana dong? maunya sih enggak ya. Duh galau...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun