Mohon tunggu...
churmatin nasoichah
churmatin nasoichah Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

^-^

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pulau Kampai Situs Niaga dan Industri di Selat Malaka Abad 11-16 Masehi (Webinar Pengenalan Arkeologi)

15 Juli 2020   12:27 Diperbarui: 15 Juli 2020   12:25 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. Balai Arkeologi Sumatera Utara, 2020

Tepatnya pada hari Selasa, 14 Juli 2020 Balai Arkeologi Sumatera Utara mengadakan acara webinar pengenalan arkeologi yang berjudul 'Pulau Kampai Situs Niaga dan Industri di Selat Malaka Abad 11-16 Masehi' dengan narasumber Bapak Dr. Ery Soedewo, M.Hum. Beliau merupakan peneliti Sejarah Hindu-Buddha dari Balai Arkeologi Sumatera Utara.

Webinar yang dilaksanakan selama 2 jam mulai pukul 13.00 WIB ini diikuti oleh 25 peserta dari Asosiasi Guru Sejarah Indonesia dan para penggiat budaya. Selain itu peserta lain juga mengikuti webinar melalui live streaming channel youtube Balai Arkeologi Sumatera Utara https://www.youtube.com/watch?v=INR47xH5szs.

Dalam pemaparannya tersebut, Bapak Ery Soedewo menjelaskan tentang konsep Selat Malaka sebagai jalur pelayaran dan perniagaan kuno yang mana akhirnya memunculkan adanya kerajaan dan pelabuhan di Sumatera dan Semenanjung Malaya.

Pulau Kampai yang berlokasi di pesisir Selat Malaka, tepatnya masuk pada wilayah Kabupaten Langkat, Sumatera Utara sebelumnya sudah pernah disurvei oleh Bapak Mc.Kinnon dan Tengku Lukman Sinar pada tahun 1981.

Kemudian pada tahun 2013, Bapak Ery Soedewo melakukan survei ulang dan kemudian melakukan ekskavasi pada tahun-tahun berikutnya di pulau tersebut. Tidak hanya di pesisir timur Sumatera, beliau juga melakukan survei sampai ke hulu Sungai Besitang.

Dok. Ery Soedewo, 2020
Dok. Ery Soedewo, 2020
Beberapa temuan yang didapatkan dari hasil ekskavasi di Pulau Kampai berupa fragmen tembikar, fragmen kaca terutama manik-manik, ekofak, koin cina, dan masih banyak temuan lainnya yang setelah dianalisis memiliki kisaran masa abad 11-16 masehi.

Dok. Ery Soedewo, 2020
Dok. Ery Soedewo, 2020
Dari hasil analisis juga diketahui bahwa temuan-temuan hasil ekskavasi dari Pulau Kampai tersebut merupakan komoditas impor yang umumnya berasal dari Asia Timur, Asia Tenggara Daratan, Nusantara, Asia Selatan, Asia Barat dan Afrika Timur.

Dok. Ery Soedewo, 2020
Dok. Ery Soedewo, 2020
Pertumbuhan dan perkembangan pelabuhan Pulau Kampai tersebut terkait dengan adanya keberadaan sumber air, kondisi hidrooseanografi, dan keberadaan industri manik-manik kaca. Namun ketiadaan data monumental di Pulau Kampai dan dominasi keramik stoneware, menjadi salah satu indikasi bahwa pulau tersebut bukan pelabuhan utama di Selat Malaka.

Dari pemaparan tersebut juga diketahui bahwa sejak abad 8 Masehi kemungkinan Pulau Kampai merupakan bagian dari Kerajaan Aru dan pada akhir abad 13 Masehi muncul pesaing dalam pelayaran dan perniagaan yaitu Samudera Pasai. Lalu sejak abad 14 Masehi Pulau Kampai masuk pada bagian dari Kesultanan Aceh.

Setelah pemaparan menarik dari bapak Ery Soedewo tersebut, banyak pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh para peserta webinar mulai dari pengetahuan dan persebaran manik-manik, bagaimana disiplin ilmu lain dapat membantu dalam menganalisis data-data temuan arkeologi, kebijakan Pemerintah dalam pengembangan wisata di Kabupaten Langkat khususnya Pulau Kampai sampai pada balacan 'terasi' yang menjadi ciri khas Pulau Kampai.

Dipenghujung acara, dilakukan foto bersama peserta webinar dan ucapan terima kasih dari berbagai pihak atas terselenggaranya webinar tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun