Mohon tunggu...
Chuang Bali
Chuang Bali Mohon Tunggu... Wiraswasta - Orang Biasa yang Bercita-cita Luar Biasa

Anggota klub JoJoBa (Jomblo-Jomblo Bahagia :D ) Pemilik toko daring serba ada Toko Ugahari di Tokopedia.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tangan Sejajar

26 November 2022   21:00 Diperbarui: 26 November 2022   21:25 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tangan Sejajar

Bertahun-tahun lalu ada sebuah komunitas sosial yang menyebut kelompoknya dengan nama Tangan di Atas. Mereka fokus pada aksi sosial dengan menggalang dana dari para donatur yang lalu disalurkan kepada siapa pun yang menurut mereka layak dibantu. 

Menurut komunitas ini, tangan yang memberi adalah tangan di atas, tangan yang menerima adalah tangan di bawah. Tentu, ini kemungkinan hanyalah idiom atau ungkapan saja dan tidak dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa pemberi berposisi lebih superior daripada penerima, meskipun di sisi lain ada juga ungkapan "lebih baik menjadi pemberi daripada menjadi penerima".

Tetapi sebagai sekadar ungkapan pun kalimat itu tetap bisa diuji: benarkah begitu? Apakah benar tangan pemberi adalah tangan di atas dan tangan penerima adalah tangan di bawah? Mungkinkah bahwa pemberi sebenarnya adalah juga penerima, dan penerima sebenarnya adalah juga pemberi pada saat yang bersamaan dan simultan, sehingga tangan pemberi dan tangan penerima sesungguhnya sejajar setara?

Saat kita mempersembahkan dana kepada mereka yang layak menerima, pada saat itu kita juga adalah penerima kesempatan memberi dana. Dan ketika penerima menerima dana yang kita berikan, pada saat yang sama mereka juga adalah pemberi kesempatan berbuat baik kepada kita. Pemberi adalah penerima, penerima adalah pemberi. Kosong adalah isi, isi adalah kosong.

Eh, kok Bhiksu Tong San Cong nyelip di sini? Mana nih Go Kong, kok gurunya dibiarkan jalan-jalan sendiri. Bahaya, ada siluman penulis yang sedang asyik bekerja mengendalikan kata-kata supaya baik jalannya. Hehehehe....

Balik ke topik, yuk!

Jika kita mau memandang dari sudut pandang tangan pemberi dan penerima adalah sejajar seperti yang telah dijelaskan tadi, kita akan belajar menjadi pemberi dan penerima yang baik. Karena dalam kenyataan kadang-kadang terjadi pemberi tidak bisa menjadi pemberi yang baik, dan penerima gagal menjadi penerima yang baik pula.

Ambil contoh kasus seorang kakek bergelar S3 (Sudah Sepuh Sekali).

Kakek S3 sudah lemah karena faktor U dan perubahan yang niscaya dalam kehidupan ini. Ketika masih muda, Kakek S3 mampu melakukan apa pun dengan mandiri. Dia kuat dan tangkas, jalannya tegap punggungnya tegak, kepala mendongak menantang dunia dengan ekspresi seakan ingin berkata: heiiii kaliaaaann....minggir! Dia juga seorang yang dermawan namun memiliki harga diri yang terlalu tinggi untuk menerima bantuan dari orang lain.

Tetapi kini senja sudah menyingsing. Kakek S3 tidak lagi mampu melangkahkan kaki dengan mantap. Alih-alih, tiap kali beliau ingin melangkahkan kaki kiri ke sana, yang terjadi kaki kiri malah ke sini. Atau saat beliau ingin kaki kanan maju satu langkah, yang terjadi kaki kanan mogok majunya seperti motor kehabisan bensin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun