Mohon tunggu...
Chaerul Sabara
Chaerul Sabara Mohon Tunggu... Insinyur - Pegawai Negeri Sipil

Suka nulis suka-suka____

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Perundungan pada Anak Penderita Autisme, Mengapa Kerap Terjadi?

25 Mei 2022   13:26 Diperbarui: 27 Mei 2022   17:12 946
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi stop bullying| Shutterstock via Kompas.com

Image: orami.co.id
Image: orami.co.id

Terlepas dari semua persoalan di atas, bahwa kehidupan bagi penderita autisme sangat terpengaruhi oleh tiga hal, yakni si penderita, orangtua/keluarga dan lingkungan.

Di sini saya ingin berbagi cerita, bukan cerita lama tetapi cerita yang baru saja terjadi tepatnya dua hari lalu Senin, 23/5/2022. Seorang kerabat saya, kebetulan memiliki putra yang didiagnosis menderita autis asperger syndrome. 

Di lingkungan sekolah si anak ini dikenal sangat cerdas, namun di pergaulan sekolahnya tidak banyak yang tahu atau mungkin tidak mau tahu jika dia menderita asperger syndrome, sehingga "ternyata" si anak ini kerap mendapatkan bullying dari teman-temannya.

Tahun 2021 lalu si anak tamat dari SMA dan kebetulan keterima di UNY Yogyakarta, namun karena situasi covid-19 yang mengharuskan perkuliahan dilaksanakan secara daring maka si anak ini berkuliah secara daring dari Kendari saja. 

Barulah di semester kedua ini setelah perkuliahan tatap muka sudah bisa dilaksanakan, akhirnya si anak ini pun harus berangkat menuju Yogyakarta sekitar 10 hari yang lalu, kebetulan ada kakaknya yang juga kuliah di Yogyakarta.

Orangtua rela melepas kepergian putranya, karena mengetahui bahwa sang putra sudah bisa hidup mandiri, apalagi di sana ada kakaknya yang bisa mendampingi adiknya. 

Tak ada firasat ataupun, Hari Senin yang lalu saat makan malam, si anak ini yang kesukaannya makan tempe yang digoreng dengan tepung saj**u, yang kebetulan saat itu tepungnya habis dan si anak bermaksud pergi membeli tepung itu ke toko di dekat kosannya, sang kakak sempat menahannya karena khawatir si adik yang masih baru di Yogya, akan tetapi si adik (yang memang bawaan syndromenya jika sudah menginginkan sesuatu tidak bisa dihalangi) berkeras untuk pergi sendiri membeli di toko yang memang tidak terlalu jauh dari tempat kost mereka.

Setelah berangkat sekitar jam 8 malam, hingga beberapa jam belum juga muncul, Handphonenya pun ketika dihubungi tidak aktif. Si kakakpun mulai gelisah dan pergi mencari adiknya namun tidak ketemu, setelah beberapa lama mencari akhirnya ditemukanlah sendal si adik di tepi embung timur kampus UII yang kebetulan memang dekat dengan kost mereka. Kecemasan akhirnya melanda sang kakak dan juga kawan-kawannya yang segera melaporkan ke pihak kepolisian.

Betullah, setelah dilakukan pencarian di embung itu, esok harinya barulah korban ditemukan telah dalam kondisi meninggal dunia. Dan yang menjadi kesedihan kami pihak keluarga bahwa dari catatan-catatan almarhum termasuk status-status di medsosnya, almarhum mengeluh bahwa dia merasa tertekan dengan rundungan-rundungan yang sering dilakukan terhadapnya, mulai sejak masih sekolah hingga pun dia telah kuliah ini.

Inilah yang terlepas dari perhatian keluarga yang merasa sang anak baik-baik saja, begitu juga pihak sekolah mulai dari guru dan teman-teman siswa yang mungkin saja kurang peka terhadap kerentanan psikis anak berkebutuhan khusus penderita syndrome autisme. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun