Mohon tunggu...
Chaerul Sabara
Chaerul Sabara Mohon Tunggu... Insinyur - Pegawai Negeri Sipil

Suka nulis suka-suka____

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kesaktian Pancasila, Haruskah Dipertanyakan

5 Oktober 2021   23:52 Diperbarui: 5 Oktober 2021   23:56 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: dok. Setneg  via kompas.com

Apakah kehidupan bernegara kita di masa lalu tidak lagi terlihat di era reformasi ini, kita tak lagi melihat bahwa negara dan kekuasaan politik sebagai alat dalam kompleksitas pertentangan.? 

Dimana di masa lalu, negara dan kekuasaan politik bukan dimaksudkan dan ditujukan untuk memperlihatkan sikap "luas, serba menaungi dan memangku seperti lautan", tapi untuk menggebuk siapa yang dianggap lawan. 

Suasana permusuhan yang terus dipelihara dan disetting. Kecurigaan jadi sikap yang terpuji dengan diberi nama "kewaspadaan". Apakah ini sudah tidak terlihat lagi sekarang.?

Apakah ketakutan dan ketidakpedulian masa lalu sudah tidak ada lagi di masa kini di era reformasi ini.? Bila sekelompok orang, rakyat, buruh dan mahasiswa pada suatu pagi ramai-ramai batuk, atau bertepuk, atau bersin-bersin di jalan, di parlemen. 

Hampir bisa dipastikan bahwa seorang pembesar akan berbisik-bisik: "Mereka itu ditunggangi."

Apakah sekarang sudah takada lagi terutama dalam aparat pemerintahan, "kultur intel," dengan teriakan hampir tiap Minggu bahkan hari tentang adanya ancaman, dan pelototan mata hampir tiap saat ke arah luar pintu menebak musuh. 

Adapun tentang siapa yang musuh dan siapa yang bukan, tentu saja si berkuasalah yang menentukan. Si tertuduh tak banyak kesempatan (apalagi hak) membantah.

Masih saktikah Pancasila,? seharusnya iya. Yang jadi soal ialah: apakah generasi muda kita yang tidak melewati dan apalagi merasakan bagaimana kelabunya nasib bangsa ini saat pemberontakan-pemberontakan PKI terjadi di masa lalu, dapat mengetahui dan menyadari bahwa semangat totaliter Marxisme-Leninisme bisa seperti candu, yang terus mempengaruhi sikap dan pandangan seseorang tanpa disadarinya sendiri. 

Dan lebih parahnya lagi apakah generasi muda ini menyadari bahwa candu itu tentulah bukan candu bagi rakyat. Sebab, rakyat ternyata bukan yang jadi hakim, bukan pula yang jadi jaksa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun