Mohon tunggu...
Chaerul Sabara
Chaerul Sabara Mohon Tunggu... Insinyur - Pegawai Negeri Sipil

Suka nulis suka-suka____

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Setelah 40 Tahun Koma, Pesepakbola Jean Pierre Adams Meninggal Dunia

7 September 2021   07:36 Diperbarui: 7 September 2021   07:39 847
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah hampir 40 tahun dalam keadaan koma, mantan pesepakbola Prancis Jean-Pierre Adams telah meninggal dunia.

Pemain timnas Perancis asal Senegal ini menjalani operasi bedah ligamen yang sobek pada tahun 1982, tetapi kesalahan dalam anestesi yang dilakukan oleh seorang ahli anastesi magang menyebabkan dia masuk ke keadaan vegetatif yang akhirnya menyebabkan koma dimana dia tidak pernah bangun lagi selama hampir 40 tahun hingga meninggal dunia pada Senin, 6 September 2021, dalam usia 73 tahun.

Meski segala upaya dan harapan dari pihak keluarga terutama sang istri untuk membuatnya tetap hidup dan menunggu adanya keajaiban, namun Adams takpernah lagi bangkit dari komanya hingga kematiannya dikonfirmasi oleh pihak Rumah Sakit. Informasi tersebut telah dikirimkan oleh Rumah Sakit Universitas Nmes melalui surat kabar 'L' Equipe '.

Jean-Pierre, yang selama aktif di sepakbola memiliki julukan 'Le roc noir', adalah bek tengah Prancis asal Senegal. Bersama dengan rekannya di timnas Perancis, Marius Trsor mereka dipanggil 'Garde Noir'. Artinya, 'Pengawal Hitam' dari Tim Nasional Sepak Bola Prancis.

Selama karir profesionalnya ia telah merumput bersama banyak tim. Dia melakukan debutnya di RC Fontainebleau pada musim 1967-68 kemudian pindah membela Nmes Olympique, OGC Nice, Paris Saint-Germain (1977-1979), setahun bersama FC Mulhouse, dan tim terakhirnya adalah FC Chalon (musim 1980-81).

Usai hengkang dari PSG, karier Adams mulai menurun. Adams memutuskan pensiun pada 1981 usai klub terakhirnya, Chalon terdegradasi. Setahun kemudian, ia berniat memulai karier kepelatihan dengan mencoba menangani sebuah tim muda. Maret 1982, Adams pergi ke Dijon untuk berlatih dan belajar, saat itulah kisah horor ini dimulai bagi sang pemain karena pada tahun itulah ia menderita ligamen yang sobek. Dia dirawat di Rumah Sakit douard Herriot di Lyon dan akan menjalani operasi.

Sebenarnya cedera yang dialaminya tidaklah menyiratkan sebuah cedera yang memiliki resiko besar, operasi yang akan dilaluinya Itu bukan operasi yang memiliki risiko yang besar dan diharapkan di hari-hari berikutnya akan berjalan tanpa masalah.

Di Rumah Sakit Edouard Herriot di Lyon, dia bertemu seorang Dokter yang mengaku bagian dari tim medis Olympique Lyonnais. Dengan segala pengalaman dan pengetahuannya soal cedera pemain sepakbola, dokter tersebut menawarkan bantuan dan menjadwalkan tindakan operasi pada 17 Maret 1982.

Namun tak dinyana pada hari H pelaksanaan operasi itu, mayoritas staf rumah sakit, termasuk dokter bedah dan dokter ahli lainnya, melakukan mogok kerja. Hanya segelintir dokter yang masih masuk bertugas termasuk ahli anastesi yang merupakan staf muda yang masih dalam tahap pelatihan.

Apa yang memicu tragedi itu adalah bahwa si ahli anestesi magang memberikan dosis yang salah sebelum operasi dan itu adalah kesalahan fatal yang menyebabkan tragedi yang dialami oleh Adams. Karena mendapatkan anestesi yang tidak proporsional ia menderita bronkospasme yang mencegah otak menerima oksigen, inilah yang menyebabkan Adams mengalami koma sejak saat itu hingga meninggal dunia..

Pada tahun 1990-an, pengadilan menghukum ahli anestesi dan pekerja magang tersebut dengan skorsing satu bulan dan denda yang besar.

Selama berkiprah sebagai atlet profesional, Adams telah mengoleksi 22 caps bersama timnas. Selama bertahun-tahun keluarganya telah membuatnya tetap hidup dengan harapan dia akan bangun, tetapi pada akhirnya itu tidak pernah terjadi.

Yang tetap setia kepada Adams adalah istrinya, Bernadette Adams. Dia telah bersama dan merawat suaminya selama ini. Meskipun Adams tidak dapat berkomunikasi dengannya, namun Adams masih bisa bernapas, merasakan, makan, dan batuk tanpa bantuan siapa pun.

"Orang-orang di Facebook mengatakan dia harus offline ... Tapi dia tidak online! Saya hanya tidak memiliki keberanian untuk berhenti memberinya makanan dan air. Dia memiliki rutinitas normal. Dia bangun jam 7, makan ... Dia mungkin dalam keadaan vegetatif, tapi bisa mendengar dan duduk di kursi roda," kata Bernadette dalam sebuah wawancara yang dikutip dari Marca.com.

Keteguhan sang istri merawat Adams selama  hampir 40 tahun, dia menolak untuk menggunakan euthanasia dan tetap teguh untuk terus mendukung suaminya dan tidak pernah kehilangan harapan untuk melihat suaminya pulih suatu hari nanti.

Rest in Peace, Jean Pierre Adams

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun