Mohon tunggu...
Chaerul Sabara
Chaerul Sabara Mohon Tunggu... Insinyur - Pegawai Negeri Sipil

Suka nulis suka-suka____

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Melepas Ilmu Hitam Terakhir

11 Agustus 2021   10:34 Diperbarui: 11 Agustus 2021   11:22 1509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image: teraskata.com

Namanya sudah banyak yang lupa, orang-orang hanya biasa memanggilnya "mbue", mbue yang dalam bahasa tolaki artinya kakek/nenek. Sebenarnya mbue bernama Mbatoono, usianya konon telah mendekati 200 tahun. 

Pria tua dengan tangan kidal yang terlihat masih cekatan mengolah kebun yang diolahnya sendiri untuk menghidupi dirinya yang sebatang kara, mbue dulu hidup bersama keluarganya ada anak dan istri serta cucu, tetapi mereka semua telah meninggal dunia hanya menyisakan kakek Mbatoono seorang diri.

Kakek Mbatoono adalah seorang pimpinan pasukan perang pada jaman kerajaan, melawan pendudukan Belanda di wilayah seputar kerajaan Konawe. Beliau sangat ditakuti oleh pihak musuh, begitu licin, kuat dan selalu menghadirkan serangan-serangan maut yang memporak-porandakan posisi musuh yang diserangnya.

Kesaktian sang pimpinan pasukan perang kerajaan Konawe ini, sangat terkenal oleh pihak musuh, konon beliau memiliki banyak ilmu Kanuragan.

Di jaman dahulu, konon mempelajari ilmu untuk kesaktian bagi Orang-orang suku Tolaki merupakan suatu tuntutan untuk mempertahankan dan memperjuangkan eksistensi suku, adat dan budaya.

Salah satu ilmu yang cukup punya pamor jaman itu disebut ilmu "Gondi Dowo". Gondi dowo atau secara harafiah berarti mengunci sendiri, yang dikunci disini adalah nyawa, hingga muncul istilah "Nogondii dowono." Yang maksudnya "Orang itu mengunci nyawanya dan tidak akan bisa mati kecuali telah melepas ilmu yang dipegangnya."

Ilmu seperti ini tentu saja masih berbau syirik sehingga masih digolongkan ilmu hitam. Orang berilmu hitam seperti ini biasanya kebal dari senjata tajam bahkan berusia panjang dan sulit menghembuskan nyawanya dihari tuanya.

Orang-orang dulu mempelajari gabungan ilmu kabala (kebal), sawurondo (ilmu menghilang), yang berpuncak pada ilmu "Gondi Dowo seperti milik mbue Mbatoono." Mereka mempelajari ilmu mistik ini karena beberapa hal
1. Ilmu agama mereka sangat dangkal pada saat itu.
2. Kondisi yang sangat genting. Ada perang, perampokan, penindasan, pelecehan dan kondisi kehidupan rimba lainnya.

Dengan kondisi seperti ini, agar mereka survive, mereka lalu mencari jalan keluar dgn belajar ilmu mistik seperti ini. Jadilah mereka kebal senjata tajam, bisa menghilang, menembak musuh tanpa membidik, menggertak seseorang sampai terkencing-kencing dan berujung pada "Mengunci nyawa hingga tak bisa wafat."

Diusia renta, mereka menderita, meregang dan sulit melepas nyawa, sebelum ada orang yg bersedia menerima kunci estafet keilmuannya.

Cerita yang telah menjadi legenda di kampung mbue hadir dengan berbagai versi, terdengar seperti dongeng namun masyarakat percaya bahwa mbue Mbatoono tidak akan pernah bisa mati jika belum melepas ilmu yang dimilikinya.

Bulan lalu, tersiar kabar jika mbue Mbatoono sakit keras, tak mampu lagi bangkit dari tempat tidurnya, maka hari itu, beberapa tetua kampung berniat menyambangi kediaman mbue Mbatoono, namun betapa terkejutnya mereka ketika mendapati sang kakek sedang mandi di tepi sungai dalam kondisi yang segar bugar, hanya saja tepat di atas tempat mbue Mbatoono mandi, tiga batang pohon kelapa telah hangus mengering, demikian juga seekor sapi yang biasa diternakkan oleh mbue telah gosong, bagai telah disambar petir.

Begitulah kepercayaan dan kenyataan yang dihadapi oleh masyarakat yang meyakini jika ilmu Gondi Dowo sakratul maut, itu dapat dikonversikan pada ternaknya, sehingga salah seekor dari sapinya akan mati tanpa sebab, dan si Gondi Dowo sehat kembali. Bahkan menurut cerita yg lebih menakutkan, kalau anak cucu si pemilik ilmu telah menjadi tumbal ilmu Gondi Dowo milik mbue Mbatoono.

Bagi mbue Mbatoono, beliau pernah mengungkapkan untuk melepaskan semua kesakitan yang dimilikinya, beliau begitu ingin hidup normal dan beribadah sebagaimana orang-orang lain mengisi hidupnya, beliau telah cukup menderita, baginya dunia kini adalah tempat kotor yang menjijikkan. 

Suatu kesialan bagi dirinya harus bernapas dan hidup di dunia yang sudah terasa sangat asing. Dulu masih ada adat, istiadat dan budaya yang dijunjung tinggi, eksistensi budaya dan agama menjadi pelengkap harmonisasi kehidupan.

Namun, kini mbue merasa telah kehilangan itu semua, ada yang terampas, segala sesuatu sekarang adalah tentang materialistis.

Suatu malam ketika orang-orang telah tertidur pulas dan anjing-anjing yang biasa berteriak di jalan gelap tidak ada yang berkeliaran, mbue Mbatoono yang terjaga dengan wajah yang datar datang menemui, pengasuh pondok pesantren yang telah belasan tahun dikenalnya sebagai orang baik. Ia butuh teman berbicara. 

Katanya, ia datang ke tempat ini untuk mengeluarkan apa yang ia pendam-pendam selama ini, ia telah siap melepas belenggu masa lalu yang pernah sangat bangga disandangnya. Ia telah siap mati, dan membuka semua rahasia bagaimana melepaskan dirinya dari kutukan ilmu "Gondi Dowo".
Malam semakin sepi, mengantar kepergian seseorang yang telah melewati asam garam kehidupan, pergi bersama ilmu Gondi Dowo terakhir....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun