Mohon tunggu...
Chaerul Sabara
Chaerul Sabara Mohon Tunggu... Insinyur - Pegawai Negeri Sipil

Suka nulis suka-suka____

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Lelaki Paruh Baya di Perempatan Jalan

6 Juni 2021   00:09 Diperbarui: 6 Juni 2021   00:55 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kemarin hari, Kamis saat gerimis masih saja mewarnai hari .Di persimpangan jalan pusat kota, sosok lelaki separuh baya itu kulihat tak beranjak dari tempatnya berdiri. Sepintas, ia terlihat ringkih tampilannya begitu sederhana dengan pakaian gamis yang mulai kusam menutupi tubuhnya.

Perlahan aku berhenti, menatap tubuhnya. Tampak gamis yang menutupi kulitnya itu basah oleh terpaan gerimis perlahan di bahunya. Aku tersenyum. Dan lelaki paruh baya itu hanya tersungging sekilas. Akupun berlalu.

Sore ini di hari Jum'at, masih di tempat yang sama aku melihat lagi lelaki paruh baya itu. Ia berdiri di lokasi yang sama seperti kemarin, agak pinggir jalan. Jujur, lelaki itu terlihat sangat menderita dengan tubuh ringkih dan bibir yang kelihatan gemetar menahan gigil karena pakaian yang dikenakannya telah basah kuyup oleh gerimis yang masih saja setia menemaninya. Kulitnya terlihat pucat di tangannya tergenggam kaleng, sepertinya kaleng bekas susu formula yang dicat merah dan bertuliskan "sumbangan".

Hari ini, cuaca belum berubah, mendung masih bergayut dan sedikit gerimis. Lelaki itu hanya menutupi kepalanya dengan kardus bekas mie instant persegi empat. Seperti kemarin, aku berhenti tepat di depannya, kubuka kaca jendela mobil dan tersenyum. Iapun balas tersenyum sambil berkata "Assalamualaikum."

Akupun membalas salamnya sambil mengulurkan tangan, "menjabat" tangannya lalu berlalu dari tempat itu. Samar-samar aku mendengar "Alhamdulillah, semoga Allah merahmatimu." Dari balik spion aku melihat ia melambaikan tangan, Aku berguman. "Semoga saja ia baik-baik selalu dan rezeki yang didapatnya hari ini menjadi berkah bagi dirinya dan bagi siapapun yang menjadi tanggungannya."

Hidup ini begitu misteri. Lelaki paruh baya yang berdiri di sudut perempatan jalan dekat dengan kantor tempatku bekerja itu tidak sendirian. Di banyak tempat, di seluruh dunia banyak yang seperti dia.

Begitu banyak orang-orang yang hidup sebagai pengemis untuk menghidupi diri dan keluarga mereka. Kita hanya melihat sosok luarnya saja, ada yang memandang mereka dengan empati, namun banyak pula yang memandang mereka sebagai pemalas bahkan "penipu" yang menjual kemiskinan untuk mendapatkan uang secara mudah.

Bagi orang-orang yang beruntung, yang memiliki pendidikan dan ketrampilan, tentu mudah saja menjudge betapa buruknya pekerjaan mengemis itu. Mereka tidak harus berdiri di sudut jalan atau samping gedung tempat banyak orang berlalu-lalang sambil memperlihatkan wajah kusam yang memelas dan menengadahkan tangan sambil mengharapkan kemurahan hati orang-orang yang lewat.

Persoalan kesenjangan sosial ini, bukan hanya persoalan para pengemis itu sendiri. Tapi persoalan kita semua. Terutama bagi orang-orang yang berkecukupan baik secara materil maupun secara kewenangan dan keilmuan yang punya kemampuan untuk bersama-sama mengentaskan kemiskinan.

Banyak orang yang seperti dihadapkan pada pilihan dilematis jika berhadapan dengan yang namanya "pengemis". Persoalannya, kepedulian dan rasa iba spontan kita untuk memberi dipandang sebagai "toksin" yang dapat merusak semangat dan kemauan bekerja orang-orang yang mengemis itu.

Persoalan kemiskinan, bukan hanya diakibatkan oleh pengaruh kemalasan, atau kurangnya keterampilan. Tapi coba tengok betapa kejamnya kapitalisme melahap lahan hidup orang-orang yang terlahir sebagai si miskin, belum lagi korupsi yang semakin dimusuhi tapi semakin merajalela, bagaimana segala sesuatu semuanya diukur dengan uang, ada uang abang disayang, takada uang abang ditendang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun