Mohon tunggu...
Christoper Rusli
Christoper Rusli Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hello

Mohon bantuannya dalam like dan share artikel saya :) (Pelajar/Mahasiswa)

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Bunga Hidup Seorang Anak

23 September 2022   07:40 Diperbarui: 23 September 2022   07:47 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Orang tua rela mengorbankan rasa kenikmatannya hari ini untuk melihat anaknya merasakan nikmat di masa depan." -- Christopher Rusli

Pengorbanan. Satu kata yang mungkin mudah sekali mengucapkannya, tapi tak semudah itu tuk melakukannya. Terkadang kita sudah merasa berkorban demi orang lain, namun tak jarang apa yang kita lakukan tidak dianggap sama sekali. Bagi saya, apa yang saya lakukan untuk kedua orangtua, belum setimpal dengan apa yang sudah mereka lakukan. Saya hanya bisa meringankan beban dalam hitungan tahun. Tapi, kedua orangtua saya sudah mulai berkorban dari sejak saya belum terlahir ke dunia ini.

Dalam hidup saya, Ibu dan bapak saya yang sudah sangat berjasa dan banyak berkorban untuk saya. Diberi cobaan penyakit sejak kecil hingga dewasa membuat orang tua direpotkan oleh saya. Bukan hanya berkorban materi, tapi pikiran dan waktu pun habis tercurahkan untuk saya.

Ibu saya rela tidak tidur bermalam-malam ketika sedang sakit. Ia juga rela menggendong dan menemani saya ketika saya bosan. Beliau dengan telaten juga mengajari saya dari kecil sampai sekarang. Bahkan Ibu saya kehilangan waktu luangnya karena waktunya habis mengurusi saya. Dan yang paling terperih perjuangannya saat melahirkan saya, begitu banyak darahnya dan kesakitan nya yang ia tahan.

Bapak, pengorbanannya tidak jauh lebih banyak dari Ibu. Bapak tak pernah lelah mencari biaya kebutuhan hidup agar saya di masa depan mempunyai kecukupan. Bapak juga terus mendidik saya agar bisa bangkit lebih kuat dan lebih rajin. Karena dulu saat saya kecil, saya adalah anak yang manja dan cengeng, tetapi ia selalu dengan tegah dan tabah atau sabar mengajari dan mendidik saya hingga sekarang.

Bapak juga mengorbankan waktunya untuk langsung mengajari saya sikap dan tata krama yang baik. Dengan caranya yang keras dan tegas, dapat membuat saya menjadi orang yang berkepribadian baik. Juga dengan ilmu yang beliau tularkan, saya bisa bertutur kata yang sopan dan mengetahui mana yang baik dan mana yang tidak.

Bagi saya, Ibu dan Bapak sudah banyak berkorban untuk saya. Mereka tidak sekadar orangtua yang melahirkan dan membesarkan saya. Tapi, mereka adalah pahlawan yang telah menyelamatkan hidup saya. Karena mereka berdua saya berani mempunyai dan menetapi mimpi saya. Karena mereka berdua juga saya berani menjemput impian itu menjadi sebuah kenyataan.

Oleh karena itu, ketika Ibu dan Bapak saya selalu bercerita kepada setiap orang kalau saya sudah banyak membantu keduanya, mereka keliru. Karena sebenarnya mereka lah yang selalu membantu saya. Saya hanyalah berusaha untuk memberikan dan memperjuangkan atas apa yang telah mereka telah korbankan untuk saya dan membuat mereka tersenyum di alur cerita hidup mereka. Dan itu tidak sepadan dengan rangkaian huruf atau kata kebahagiaan yang sudah mereka tuangkan dalam alur cerita saya.

Bagi saya, rasanya tidak berlebihan kalau saya menyebut Ibu dan Bapak sebagai pahlawan. Mereka lah tokoh pendidikan saya kagumi yang tak pernah letih berjuang sehingga saya bisa seperti sekarang. Pengorbanan yang mereka berikan senantiasa tanpa jeda dan titik. Dari saya terlahir sebagai bayi mereka, mereka selalu menjaga dan memberi saya asupan gizi untuk tumbuh dan berkembang. Mereka pun juga yang mengajari saya cara berjalan dan berbicara.

Saat saya menjadi remaja pun mereka masih menuntun saya dengan arahan atau masukan agar saya dapat berjalan di arah yang benar. Mereka juga dengan lelahnya membiayai saya sekolah dan selalu membantu saya jika saya kesusahan dalam belajar. Betapa luar biasanya perjuangan mereka untuk mendidik dan menuntun saya hingga sampai sekarang. Perasaan bangga saya kepada orang tua saya tak bisa di ucapkan dalam kata-kata.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun