Mohon tunggu...
Christine Gloriani
Christine Gloriani Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Pembaca yang belajar menulis

Pembaca yang belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Suatu Pagi yang Menggelitik di Warung Pop Mie

7 Desember 2018   16:10 Diperbarui: 9 Maret 2019   07:11 389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Pada suatu hari ada tiga babi kecil yang duduk mengelilingi ibunya. Sudah saatnya mereka meninggalkan rumah. Oleh karena itu ibunya memberi nasehat agar mereka membangun rumah yang kuat hingga tidak bisa dihancurkan oleh serigala." Rin mulai membacakan cerita untuk anak-anak balita yang sedari pagi sudah berkumpul di taman baca miliknya.


Meski masih muda tapi kecintaan Rin pada membaca sangat patut diacungi jempol. Dia membuka taman bacaan agar anak-anak bisa menikmati membaca dan belajar menulis.

"Kenapa babinya masih kecing? Halusnya becal. Telus walnana pink." Lona bertanya dengan polos.

Rin menarik napas panjang. Anak cantik dan menggemaskan yang satu ini memang sangat kritis. Suka bertanya tentang segala sesuatu sampai dia kewalahan. "Mbak Lona mau dengar lanjutannya nggak?"

"Lanjutkan aja. Mbak Lona mau dengal." Lona mengambil bantal Tayo kesayangannya lalu tiduran di dekat Rin. Sementara anak-anak lain juga dalam posisi tiduran seperti Lona.

"Pagi-pagi sudah mau tidur?" tanya Bhara yang mengintip dari jendela.

Rin menyentuhkan jari telunjuk ke bibir. Menyuruh Bhara untuk tidak berisik.

Bhara mengangkat bahu, melanjutkan perjalanan menuju warung kopi pakde Iwan Gendut. Kali saja ada rejeki nomplok bisa berbincang-bincang dengan pujaan hati.

"Pop mie soto satu, Pakde." Bhara bergabung bersama Owly yang asik menyeruput kopi.

"Bhar, kamu habis godain Rin ya? Awas anjing galak, ups maksudnya awas ada Jun galak! Dia itu penjaganya Rin." Iwan mengingatkan agar Bhara tidak melampaui batas.

"Bhara nggak godain, cuma sekedar menyapa," ujar Bhara.

"Lebih baik mulutmu dipakai buat ngunyah pop mie dari pada buat ngrayu Rin," lanjut Iwan Gendut.

"Beres, Pakde. Biar nanti Owly yang bayar," ujar Bhara dengan santainya.

Owly menyemburkan mie yang baru masuk ke mulut hingga mie-mie itu bertengger di muka Iwan Gendut. "Semprul, datang-datang minta traktir. Nggak ikhlas!"

"Kamu juga semprul. Kamu kira muka pakde ini tempat sampah? Seenaknya saja nyembur mie, nyembur duit kek sekali-kali," omel Iwan Gendut.

"Maaf, maaf, Pakde." Owly mengambil tisu lalu mengelap muka Iwan.

"Pakde, Rin mau pop mie bakso satu dong."

"Lho, sudah selesai yang mendongeng?" tanya Bhara dengan kaget. Belum juga dia mendapatkan pop mie, eh si Rin sudah nyusul di mari.

"Belum lah." Rin menarik kursi, hendak duduk di samping Owly.

"Hush...! Hush...! Jauh-jauh, Rin!" usir Owly. Dia dengan tega mendorong Rin keras-keras hingga terjengkang.

Owly terkejut melihat Rin yang tergeletak di tanah. "Maaf, maaf, Rin." Owly mengulurkan tangan hendak membantu Rin berdiri.

Rin menyambut uluran tangan Owly. Belum juga sepenuhnya berdiri, Owly tiba-tiba melepaskan pegangan tangan Rin hingga cewek itu kembali jatuh terduduk hingga meringis kesakitan.

"Bang Ow ini kenapa? Rin kan cuma mau duduk," protes Rin sambil berdiri membersihkan debu yang menempel di celana.

"Si syantix Embers mau datang. Nanti kalau dia cemburu kan bisa panjang urusannya."

"Halah,tinggal bilang kalau bantuin adik cantik Rin," tungkas Rin.

"Itu namanya menambahkan bara ke dalam api yang sedang dipakai buat bakar jagung."

"Enak dong, jagungnya cepat matang." Rin terkekeh mendengar peribahasa asal Owlysium.

Bhara menepuk kursi di sebelahnya. "Duduk sini saja, Rin."

Rin melirik lagi kursi kosong yang diincarnya, selamat tinggal kursi kesayangan. Rin menghembuskan napas panjang, sebenarnya malas kalau dekat-dekat Bhara tapi gimana lagi ini demi keselamatan jiwanya. Mbak Embers kalau ngamuk bisa makan beling, Rin kan jadi ngilu dengar suara beling yang baru dikunyah.

"Gimana ceritanya? Belum selesai mendongeng kok sudah sampai sini?" kejar Bhara, masih penasaran.

"Anak-anak sudah tidur semua. Jadinya langsung digendong emak masing-masing pulang ke rumah." Rin menekuk muka.

"Nih pop mie-nya. Biar makin semangat yang ngobrol." Iwan Gendut menghidangkan pop mie untuk Rin dan Bhara lalu duduk diam di depan mereka. Kali saja ada gosip hot yang bisa disebar ke seantero penjuru negeri Somplak. Raja gosip tidak boleh ketinggalan berita.

"Bhar, aku mau tanya dong." Rin mencondongkan badan mendekati Bhara agar pakde Iwan Gendut tidak bisa mencuri dengar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun