THE POWER OF DREAM adalah buku kesembilan karya Bapak Tjiptadinata Effendi yang berisi tentang kiat-kiat bagaimana menciptakan impian dan menjadikannya suatu kenyataan.
Dalam buku ini sang penulis mengajak pembaca untuk berani bermimpi dan mengubah nasibnya menuju takdir Ilahi yang indah adanya, hingga menjadikan dunia semakin penuh warna, ketika mimpi-mimpi anak manusia itu menjadi suatu kenyataan.
Identitas Buku
Judul         : THE POWER OF DREAM (Kekuatan Impian)
Penulis       : Tjiptadinata Effendi
Penerbit     : PT Elex Media Komputindo
Tebal Buku   : XXVIII + 131 Halaman
Lebar        : 14 cm
Panjang      : 21 cm
Tahun Terbit: 2008
ISBN Â Â Â Â Â Â Â Â : 978-979-27-3562-8
Bahasa       : Indonesia
SinopsisÂ
Secara keseluruhan, buku "THE POWER OF DREAM"Â membahas tentang impian atau cita-cita yang sengaja diciptakan atau dirancang, untuk kemudian diupayakan menjadi realita dalam hidup, dan tentunya siapa pun memiliki kesempatan yang sama, dalam mengubah atau meningkatkan kehidupan pribadinya ke arah yang lebih indah. Ia tak harus duduk di bangku pendidikan formal atau menjadi sarjana untuk mencapai apa yang dicita-citakan, karena yang dibutuhkan di sini adalah niat dan tekad, serta kerja keras di dalam doa.
Adapun kisah perjalanan sang penulis dari satu benua ke benua lainnya yang merupakan "dreams come true"Â atau impian yang menjadi kenyataan, tentu bukanlah dimaksudkan untuk membanggakan diri ataupun pamer, namun sengaja disampaikan dalam upaya memberikan pencerahan bagi pembaca, bahwa kemiskinan, kelaparan, dan juga penderitaan, bukanlah akhir dari segalanya, tetapi semua itu dapat dijadikan landasan yang kuat dalam menghadapi persoalan dalam hidup, sekaligus motivasi untuk bekerja dan berusaha lebih giat lagi, dalam meraih kesembuhan dan kesejahteraan.
Dalam 9 bab yang disusun dengan runut dan runtut, lengkap dan detail, penuh kebijaksanaan yang diambil dari pengalaman pribadi, serta sangat menarik secara keseluruhan, buku ini membahas dengan gamblang tentang impian atau cita-cita yang dapat dengan sengaja diciptakan atau dirancang, kemudian diupayakan hingga menjadi sebuah realita dalam hidup.
Foto: Dokumentasi Pribadi
Analisa Buku Secara Keseluruhan

Foto: Dokumentasi Pribadi
Bab 1: Pendahuluan
Dare to Dream! Beranilah bermimpi! Oleh karena impian akan membuat Anda besar. Jangan takut bermimpi, sekalipun akhirnya tidak seluruh impian Anda terwujud. Oleh karena jauh lebih baik seseorang mencapai sebagian dari cita-citanya, daripada orang yang sama sekali tidak memiliki keinginan untuk mencapainya, bahkan yang terburuk adalah orang yang menjalani hidup tanpa cita-cita. (hal. 1)
Tak hanya menghiasi sampul belakang buku, kalimat demi kalimat dalam satu paragraf di atas, yang juga menyambut pembaca pada bab pertama ini seperti menggugah kesadaran, bahwa setiap orang, siapa pun mereka, dan bagaimana pun mereka, tidak ada alasan untuk tidak memulai mimpi mereka, dan mewujudkannya menjadi kenyataan.
Dan buku ini tentunya laik menjadi panduan dalam memulai langkah pertama bagi mereka yang berani bermimpi, untuk menjalankan langkah-langkah selanjutnya dalam meraih impian tersebut dengan penuh antusias.Â
Bab 2: Menciptakan Sebuah Impian
Pada bab kedua ini, sang penulis menyampaikan bahwa impian bisa menjadi kenyataan dengan keyakinan dan kesungguhan hati, dengan penuh antusias saat bekerja keras dalam meraihnya, serta dengan senantiasa berdoa kepada Sang Pencipta, hingga cepat atau lambat, bahkan bisa amat lama sekali, impian itu kemudian menjadi kenyataan.
Dan  kisah perjalanan sang penulis bersama sang istri saat mengarungi sungai Nil yang juga ada pada bab ini,  sejatinya adalah impian sang penulis saat masih kanak-kanak yang menjadi kenyataan setengah abad setelahnya, yang kemudian menjadi bahan refleksi bahwa seperti halnya Sungai Nil, betapa pun banyaknya gelombang yang menggoncangkannya, ia tetap dengan tenang menerimanya, karena sekejap lagi semuanya memang akan tenang kembali, dengan  kata lain, gelombang yang datang menggoncangkan itu, tidaklah abadi.
Bab 3: Langkah-Langkah yang Harus Ditempuh
Pada bab ketiga ini, langkah-langkah yang harus ditempuh dalam mewujudkan impian dijelaskan dengan lengkap dan detail, dengan gambaran secara utuh tentang pentingnya memiliki keberanian untuk menciptakan impian, meyakininya dan menjadikannya kenyataan, dengan fokus dan antusias, disertai dengan kerja keras dan cermat, juga kesabaran.
Bab 4: Berguru Kepada Semua Orang
Hendaknya kerendahan hati memang dijadikan dasar dalam menjalani kehidupan, agar setiap saat dapat menyerap banyak hal positif dari setiap orang yang dijumpai, dalam upaya meningkatkan kapasitas untuk mencapai cita-cita hidup (impian).
Dalam bab ini sang penulis menjelaskan bahwa dengan kerendahan hati, setiap orang dapat dijadikan sebagai guru, sehingga pengalaman-pengalaman hidup, kearifan, serta kerendahan hati dari orang tersebut dapat diduplikasi secara maksimal.
Dan untuk memahami kata duplikasi yang dimaksud di atas, pada bab ini sang penulis secara khusus mengurainya dalam satu paragraf tersendiri.
Bab 5: Ubah Hidup Kita Sekarang Juga
Karena setiap orang siapa pun ia dan apa pun kondisinya selalu terbuka kesempatan dan daya di dalam hidupnya untuk menjadi lebih baik, maka pada bab ini penulis mengajak pembaca untuk tidak menunda-nunda apa yang mesti dikerjakan, oleh karena sesuatu yang tertunda biasanya akan melemahkan dan kemudian tidak jadi dilaksanakan.
Akan lebih baik, segera menetapkan rencana dimulai dengan pikiran positif dan mengubah pola pikir untuk menciptakan gambaran impian hidup, kemudian membuat rencana untuk mewujudkannya, yang tentunya diiringi rasa syukur akan hal-hal mendasar yang telah dimiliki, seperti panjang umur, mata yang dapat melihat, telinga yang bisa mendengar, bernapas tanpa membayar, dan lain sebagainya.
Bab 6: Langkah Pertama, Bersihkan Batin
Memang betapa pentingnya membuang sampah pikiran negatif atau yang tidak diperlukan, agar ruang gerak untuk berpikir jernih tidak terhalang, sehingga dapat mengambil keputusan dalam hidup dengan cermat, dan tentunya akan membuat hidup menjadi lebih nyaman, yang pada bab keenam ini dijelaskan dengan begitu gamblang oleh sang penulis.
Bab 7: Mengambil Keputusan yang Tepat
Dalam sembilan halaman, bab ke-7 pada buku ini membahas tentang perlunya menghargai keputusan yang telah diambil dengan cermat apa pun risikonya, dan tidak menghiraukan komentar-komentar negatif atas keputusan tersebut, oleh karena hanya akan menghilangkan rasa percaya diri dan menimbulkan penyesalan atas keputusan tersebut.
Dengan kata lain, perlunya kemantapan hati atau tidak ragu-ragu atas keputusan yang telah diambil dengan berbagai pertimbangan, atau lebih tepatnya mendasari setiap keputusan dengan keikhlasan.
Dan untuk menghadapi persaingan, pada bab ini dijelaskan bahwa akan lebih baik bila menjadikan persaingan sebagai "sparring partner" atau "pasangan berlatih", ke arah yang positif ketimbang mencemaskannya.
Dengan menjadikan persaingan sebagai "sparring partner", diharapkan dapat menjadi motivasi untuk meningkatkan segala daya yang ada dengan semaksimal mungkin, dapat memacu diri untuk semakin giat belajar dan bekerja keras, menjadi selalu introspeksi diri, hingga mendorong diri untuk mencari sesuatu yang baru dan juga selalu disiplin diri baik dalam waktu maupun dalam bekerja, dan tentunya membantu membuat antusias dalam menghadapi masalah yang datang.
Dalam bab ini tidak disarankan menjadikan persaingan sebagai "musuh"Â yang harus dilenyapkan, karena akan berdampak sangat negatif dan membuat pikiran tersita bagaimana caranya untuk menjatuhkan atau menghancurkannya, sehingga energi akan terkuras tanpa disadari, emosi menjadi labil, tidak dapat tidur nyenyak, mudah marah, sering mengambil keputusan berdasarkan rasa suka/tidak suka, yang jelas merugikan diri sendiri dan menjadi egois. Dan oleh karena waktu/energi/kemampuan berpikir terfokus untuk menjatuhkan lawan, sehingga tidak lagi memerhatikan usaha sendiri dan dapat menuju pada kehancuran.
Bab 8: Membersihkan Hati
Setelah membersihkan pikiran dari segala sampah pikiran yang tak berguna seperti yang telah dibahas pada bab keempat, yang tidak kalah penting dalam mencapai impian adalah membersihkan hati dari segala rasa iri, sakit hati, dendam, apalagi kebencian, karena hal ini dapat meracuni hidup manusia.
Pada bab ini sang penulis menekankan akan pentingnya bersyukur dengan apa yang sudah dimiliki dan berupaya mencapai kehidupan yang lebih baik, dengan belajar dari hidup kita sendiri dan juga hidup orang lain, karena hidup ini sangat kompleks, di mana bila kita mampu menghayatinya, kita tidak hanya akan memperoleh ilmu pengetahuan tetapi juga kearifan hidup, yang pada hakikatnya akan memberikan pencerahan demi pencerahan.
Tah hanya itu, sang penulis seolah juga mengajak pembaca berpetualang menelusuri bagaimana cara membersihkan hati mulai dari bagaimana mengatasi sakit hati, kiat-kiat melunturkan dendam/kebencian, langkah-langkah mewujudkan impian, menyadari bahwa dibutuhkan pengorbanan untuk itu dan tidak mengabaikan hukum tabur tuai, serta memahami pandangan hidup giving is receiving, bahwa memberi adalah menerima, di mana menolong orang lain sejatinya juga menolong diri sendiri, dan yang terakhir adalah berani mengambil risiko.
Lebih lanjut, sang penulis pun menggambarkan secara utuh, kiat-kiat dalam mewujudkan impian, seperti mengubah sikap mental, berani menciptakan impian, berani mengambil risiko, percaya diri, kerja keras, dan juga kesabaran menunggu.
Dan kisah nyata, beberapa renungan, serta ilustrasi yang diambil dari pengalaman pribadi sang penulis dan juga orang lain pada bab ini, sepertinya memiliki daya yang menakjubkan dalam menggugah kesadaran pembaca, untuk menjadikan alam semesta sebagai sarana dan prasarana dalam belajar, agar tidak menyia-nyiakan hidup tanpa berbuat sesuatu yang bermanfaat, bukan hanya bagi diri sendiri dan keluarga, tetapi juga untuk orang-orang di sekitarnya.
Bab 9: Konsisten dan Persisten dalam Mewujudkan Impian
Setelah merancang dan menciptakan impian, pada bab terakhir yang terdiri dari 18 halaman ini, sang penulis mengupas tuntas tentang pentingnya konsistensi (tidak berubah-ubah atau selalu selaras) dan persisten (gigih, kukuh, terus-menerus atau berkesinambungan) dengan apa yang telah disepakati oleh diri sendiri, dengan senantiasa meneguhkan impian, agar tidak tergoda di tengah perjalanan yang membuat tujuan utama terabaikan.
Dalam bab ini sang penulis menjelaskan bagaimana bermimpi dengan kesadaran tinggi, memperluas ruang keamanan dan kenyamanan atau tidak mengurung diri, jujur pada diri sendiri, meraih impian dan menjadikannya kenyataan, kemudian menekankan tidak perlunya mengetahui bagaimana hal tersebut akan menjadi kenyataan.
Keunggulan Buku
Alur yang luwes di dalam kesahajaan diksi yang sungguh menarik dan inspiratif pada buku "THE POWER OF DREAM" ini, benar-benar memudahkan pembaca dalam mencerna keseluruhan isi buku, dan tentunya makna mendalam yang tersirat dalam buku ini pun juga dapat dengan mudah ditangkap pembaca, yakni kesederhanaan dalam kasih, ketulusan dalam berbagi, dan penuh kegembiraan dalam memberi, yang mengiringi langkah demi langkah meraih impian (cita-cita) dalam hidup.
Kekurangan Buku
Dibandingkan dengan buku kesepuluh dari karya penulis, yakni "ENLIGHTENMENT", yang terbagi dalam 19 bab dan berimbang dalam pembagian isi di setiap paragraf, pada bab ke-8 dan ke-9 pada buku "THE POWER OF DREAM" ini terasa berat dengan muatan isi bila dibaca secara sekilas, namun demikian, kepiawaian penulis dalam mengatur alur dan pilihan kata yang menarik, tetap memudahkan pembaca dalam memahami buku ini.
Kesimpulan
Pada akhirnya buku ini memang memberikan pemahaman bahwa satu-satunya orang yang dapat mengubah hidup seseorang di dunia ini adalah orang itu sendiri, dengan kesadaran bahwa cita-cita atau impian akan membuat manusia memiliki  arah dan tujuan hidup.
Bukan hanya itu saja, buku ini juga menggugah kesadaran bagi pembaca yang ingin meraih impian, untuk berani menciptakan impian dan berani mewujudkannya, kemudian membuat rancangan untuk mencapainya, bekerja keras dengan tidak lupa berdoa, serta fokus dengan impian tersebut, kemudian membiarkan waktu yang akan menjadikannya suatu kenyataan.
"Do your best, and let God do the rest," kerjakanlah tugas Anda dengan baik, selebihnya serahkanlah kepada Sang Pencipta. Anda tidak perlu sibuk memikirkan bagaimana impian Anda akan terjadi. (hal 107)
Maka, cepat atau pun lambat, bahkan bisa amat lama sekali, setiap impian yang realistis tersebut akan berujung menjadi kenyataan, tentunya jika "sang pemimpi" dapat memahami dan menghayati bagaimana mewujudkannya.
Sejatinya impian memang merupakan bagian dari keberagaman hayati, sehingga setiap insan memang memiliki kemerdekaan untuk bermimpi bahkan meraihnya, dan tak ada seorang pun yang berhak mengintervensinya kecuali Sang Pencipta sendiri. Maka dari itu, Dare to Dream! Beranilah bermimpi!
Sekaligus sepatut dan sepantasnya juga berani menerima realita bila mimpi tersebut tak akan terwujud, bisa jadi karena mimpi tersebut tidak sesuai dengan kehendakNYA. Dan itu tetaplah indah, dengan kita menerima apa pun yang terjadi dengan rasa syukur.
Bandungan, Â 21 Mei 2025 Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â
Daftar Pustaka:
Tjiptadinata Effendi, THE POWER OF DREAM, PT Elex Media Komputindo, 2008
Baca juga: Rasa Adalah Lagu Abadi Baginya
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI
Baca juga: Menopause Oh Menopause
Baca juga: Bapak Saya Bukan Pak Paijan
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!