Ini adalah kisah asmara ibuku
Yang kutuliskan pada halaman buku imajinasiku
Setelah kurekam dari suara merdu ibuku kala itu
Saat bersama-sama terbaring di tempat tidur
Dengan pandangan mata menerawang sangat jauh
Sekilas kulihat ibuku seolah butuh usaha keras...
Tatkala membangkitkan kenangan di masa lalu
Mungkin ada rasa malu
Ketika memutuskan untuk menceritakan kepada anak perempuannya, yakni aku...Seperti pohon yang bercerita kepada buahnya
Tentang bagaimana akar kuat telah menyangganya
Memberi daya hidup untuk menjadi tua bersama pasangannya
Untuk melihat anak-anaknya tumbuh dan menghasilkan buah yang segar
Demikianlah ibuku mencoba menyelipkan pesan indah tentang kesetiaan
Di balik kisah asmaranya pada masa silam
Yang mempertaruhkan kejujuran diri dan sebuah keberanian
Agar anak perempuannya lebih mengenalnya
Dan lebih leluasa memperbaiki yang keliru dari generasi sebelumnya
Ya, Ibu belum mengerti asmara ketika ia dijodohkan oleh orangtuanya
Meski tujuh hari tujuh malam telah diselenggarakan pesta pernikahan untuknya
Ia sama sekali tidak mengerti tentang apa itu pernikahan
Bahkan setelah pesta berakhir, Ibu malah tidur bersama ibu mertuanya
Sepertinya hanya itu saja ingatan Ibu tentang pernikahan pertamanya
Di mana ia tidak begitu mengenal suaminya
Yang  sama sekali tidak menyentuhnya
Membuat aku menjadi mengerti...
Kenapa Ibu menolak ketika temannya ingin menjodohkanku dengan putranya
Pernikahan pertama Ibu pun berakhir dengan kegagalan
Ibu pulang dan melanjutkan sekolah
Ya, pernikahan di usia kanak-kanak itu seolah telah dibawa angin senja
Tak ada lagi yang membicarakannya..
Bahkan, burung-burung juga enggan mengabarkan kepada udara
Meskipun sebenarnya aku yang malah senang
Membayangkan kedekatan Ibu dengan ibu mertuanya
Ah, pernikahan itu sepertinya memang hanya untuk menorehkan catatan dalam buku kehidupan
Tentang ibuku yang menikah dengan status janda tetapi masih perawan
Pada tahun 1964 dengan Mas Rustomo, pujaan hatinya...
****
Baca juga: Menghilang Sebelum Cahaya
Ibu dan Bapak dipertemukan Alam di sebuah perusahaan kontraktor
Bapak sebagai pengawas proyek bangunan dan Ibu adalah juru ketik kantornya
Ya, Ibu mendapat pekerjaan itu dengan bantuan Pakdhe Kandar
Kekasih ibuku saat masih remaja...
Namun kisah asmara mereka telah berakhir tanpa alasan yang jelas
Meski sudah kutanyakan lebih lanjut kepada ibuku
Tidak berjodoh mungkin adalah satu kalimat yang dapat mewakilinya
Dan jodoh Ibu memang Mas Rustomo, pria tampan baik hati
Mas Rustomo adalah teman sekantor Ibu Â
Tetapi, Ibu tidak serta merta langsung jatuh hati padanya
Karena Ibu memang tidak begitu suka dengan pria perokok
Sedangkan Mas Rustomo?
Kalau sudah merokok, kata Ibu sambung menyambung seperti kereta api
Sebagai perempuan Jawa, Ibu menyadari tidak sepatut dan sepantasnyalah ia menilai
Namun nasi telah menjadi bubur...
Ibu pun kemudian menasihati agar aku tidak melakukan hal yang sama
Dan benar saja, hukum Alam seperti menjaga keseimbangannya
Orang yang menyelamatkan ibuku dari Bosnya yang mata keranjang adalah Mas Rustomo
Sang pria perokok teman sekantornya, dengan berpura-pura menjadi pacarnya
Dan witing tresno jalaran saka kulina pun akhirnya terjadi
Pelan namun pasti jatuh hatilah keduanya
Kuncup-kuncup bunga di taman hati seperti mekar serentak
Menguarkan aroma wangi untuk dipetik Sang Pujaan
Yang berujung pada sebuah pernikahan
Aku pun kemudian bertanya tentang kisah ciuman pertama mereka
Pertanyaan klasik yang sengaja kudedikasikan untuk menggoda Ibu
Dan ternyata, Bapak dan Ibu memang cukup romantis menurutku
Ibu dicium Bapak ketika Ibu membantu meniup mata Bapak yang terkena debu
Ya, cerita itu dibenarkan Bapak di waktu yang lain
Aku pun semakin gencar saja bertanya ini itu
Mencoba mengungkap rahasia jangan-jangan Bapak hanya membohongi Ibu saat itu
Gadis lugu yang selalu mengepang dua rambut panjangnya itu
****Seperti dongeng, Ibu pulang membawa Sang Pangeran ke desanya di kaki Gunung Kawi
Dan itu adalah Mas Rustomo, seorang pria ningrat kelahiran kota Magelang
Pria perokok yang pada mulanya tidak disukainya
Mobil pertama pun akhirnya memasuki desa Ibu dan itu adalah mobil Mas Rustomo
Anak-anak di kampung pun berkumpul takjub menempel pada mobil itu
Yang tidak berselang lama...
Pernikahan Mas Rustomo dan Ibu berlangsung meriah
Dengan pesta tujuh hari tujuh malam
Tentu sangat bisa dimaklumi karena Ibu adalah anak bungsu dari dua bersaudara
Dengan sawah ladang yang cukup luas untuk hidup di desa
Baca juga: Karena Aku Adalah Sebuah Aksara Sayangnya, perusahaan Mas Rustomo (Bapak) gulung tikar selang beberapa tahun kemudian
Kehidupan yang mapan pun melayang setelah anak pertama lahir
Apalagi sawah ladang dari keluarga Ibu yang juga perlahan-lahan lenyap
Pertengkaran demi pertengkaran kemudian dimulai
Tak jarang Bapak minggat dan Ibu dengan kesetiaannya menunggu Bapak pulang
Yang tiap kali Bapak pulang, keduanya selalu memperbaharui pernikahan
Memang tak terhitung lagi "bangun nikah" yang pernah dilakukan
Ibu memang selalu yakin, tiap kali Bapak minggat, cepat atau lambat pasti akan pulang
Dan Bapak juga yakin, Ibu akan selalu kembali menerimanya dengan lapang dada
Ya, semua itu dapat terjadi ketika kejujuran dan kesetiaan menjadi akar dari sebuah hubungan
Menariknya, Bapak memiliki hubungan yang baik dengan mantan kekasih Ibu, "Pakdhe Kandar"
Dan Ibu juga tak mempermasalahkan ketika nama anak perempuan keduanya, diambil dari nama mantan kekasih Bapak
Keduanya memang berkomitmen tak hanya menjadi suami istri
Namun juga menjadi sahabat dan saudara...
Maka, tiap kali bertengkar dapat dipastikan senantiasa terbuka pintu maaf untuk selamanya
Hingga pertengkaran paling hebat pun pernah mengujinya
Bapak lagi-lagi minggat, dan tragisnya, pada saat itu Ibu sedang hamil anak kelima
Mungkin Ibu menangis di malam-malam sunyinya pada waktu itu
Ketika anak-anaknya yang lain telah tertidur lelap
Memikirkan Bapak entah ada di mana
Bulan demi bulan berlalu dan Bapak belum juga pulang
Minggatnya Bapak kali itu mungkin adalah yang terlama
Karena sampai sang jabang bayi lahir Bapak tak jua pulang
Melahirkan tanpa suami tercinta memang sudah menjadi hal biasa bagi Ibu
Tetapi yang membuat Ibu bersedih...
Mungkin malah memikirkan keadaan Bapak yang entah ada di mana
Akhirnya si kecil pun lahir tepat saat matahari terbit
Kalau orang bilang anak seperti bapaknya
Mungkin memang anak kelimanya itu yang mewakilinya
Karena dari enam bersaudara, hanya dialah yang berambut keriting persis seperti bapaknya
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
Tentang bagaimana akar kuat telah menyangganya
Memberi daya hidup untuk menjadi tua bersama pasangannya
Untuk melihat anak-anaknya tumbuh dan menghasilkan buah yang segar
Demikianlah ibuku mencoba menyelipkan pesan indah tentang kesetiaan
Di balik kisah asmaranya pada masa silam
Yang mempertaruhkan kejujuran diri dan sebuah keberanian
Agar anak perempuannya lebih mengenalnya
Dan lebih leluasa memperbaiki yang keliru dari generasi sebelumnya
Meski tujuh hari tujuh malam telah diselenggarakan pesta pernikahan untuknya
Ia sama sekali tidak mengerti tentang apa itu pernikahan
Bahkan setelah pesta berakhir, Ibu malah tidur bersama ibu mertuanya
Sepertinya hanya itu saja ingatan Ibu tentang pernikahan pertamanya
Di mana ia tidak begitu mengenal suaminya
Yang  sama sekali tidak menyentuhnya
Membuat aku menjadi mengerti...
Kenapa Ibu menolak ketika temannya ingin menjodohkanku dengan putranya
Ibu pulang dan melanjutkan sekolah
Ya, pernikahan di usia kanak-kanak itu seolah telah dibawa angin senja
Tak ada lagi yang membicarakannya..
Bahkan, burung-burung juga enggan mengabarkan kepada udara
Meskipun sebenarnya aku yang malah senang
Membayangkan kedekatan Ibu dengan ibu mertuanya
Ah, pernikahan itu sepertinya memang hanya untuk menorehkan catatan dalam buku kehidupan
Tentang ibuku yang menikah dengan status janda tetapi masih perawan
Pada tahun 1964 dengan Mas Rustomo, pujaan hatinya...
****
Bapak sebagai pengawas proyek bangunan dan Ibu adalah juru ketik kantornya
Ya, Ibu mendapat pekerjaan itu dengan bantuan Pakdhe Kandar
Kekasih ibuku saat masih remaja...
Namun kisah asmara mereka telah berakhir tanpa alasan yang jelas
Meski sudah kutanyakan lebih lanjut kepada ibuku
Tidak berjodoh mungkin adalah satu kalimat yang dapat mewakilinya
Dan jodoh Ibu memang Mas Rustomo, pria tampan baik hati
Tetapi, Ibu tidak serta merta langsung jatuh hati padanya
Karena Ibu memang tidak begitu suka dengan pria perokok
Sedangkan Mas Rustomo?
Kalau sudah merokok, kata Ibu sambung menyambung seperti kereta api
Sebagai perempuan Jawa, Ibu menyadari tidak sepatut dan sepantasnyalah ia menilai
Namun nasi telah menjadi bubur...
Ibu pun kemudian menasihati agar aku tidak melakukan hal yang sama
Orang yang menyelamatkan ibuku dari Bosnya yang mata keranjang adalah Mas Rustomo
Sang pria perokok teman sekantornya, dengan berpura-pura menjadi pacarnya
Dan witing tresno jalaran saka kulina pun akhirnya terjadi
Pelan namun pasti jatuh hatilah keduanya
Kuncup-kuncup bunga di taman hati seperti mekar serentak
Menguarkan aroma wangi untuk dipetik Sang Pujaan
Yang berujung pada sebuah pernikahan
Dan itu adalah Mas Rustomo, seorang pria ningrat kelahiran kota Magelang
Pria perokok yang pada mulanya tidak disukainya
Mobil pertama pun akhirnya memasuki desa Ibu dan itu adalah mobil Mas Rustomo
Anak-anak di kampung pun berkumpul takjub menempel pada mobil itu
Yang tidak berselang lama...
Pernikahan Mas Rustomo dan Ibu berlangsung meriah
Dengan pesta tujuh hari tujuh malam
Tentu sangat bisa dimaklumi karena Ibu adalah anak bungsu dari dua bersaudara
Dengan sawah ladang yang cukup luas untuk hidup di desa
Kehidupan yang mapan pun melayang setelah anak pertama lahir
Apalagi sawah ladang dari keluarga Ibu yang juga perlahan-lahan lenyap
Pertengkaran demi pertengkaran kemudian dimulai
Tak jarang Bapak minggat dan Ibu dengan kesetiaannya menunggu Bapak pulang
Yang tiap kali Bapak pulang, keduanya selalu memperbaharui pernikahan
Memang tak terhitung lagi "bangun nikah" yang pernah dilakukan
Ibu memang selalu yakin, tiap kali Bapak minggat, cepat atau lambat pasti akan pulang
Dan Bapak juga yakin, Ibu akan selalu kembali menerimanya dengan lapang dada
Ya, semua itu dapat terjadi ketika kejujuran dan kesetiaan menjadi akar dari sebuah hubungan
Dan Ibu juga tak mempermasalahkan ketika nama anak perempuan keduanya, diambil dari nama mantan kekasih Bapak
Keduanya memang berkomitmen tak hanya menjadi suami istri
Namun juga menjadi sahabat dan saudara...
Maka, tiap kali bertengkar dapat dipastikan senantiasa terbuka pintu maaf untuk selamanya
Hingga pertengkaran paling hebat pun pernah mengujinya
Bapak lagi-lagi minggat, dan tragisnya, pada saat itu Ibu sedang hamil anak kelima
Mungkin Ibu menangis di malam-malam sunyinya pada waktu itu
Ketika anak-anaknya yang lain telah tertidur lelap
Memikirkan Bapak entah ada di mana
Minggatnya Bapak kali itu mungkin adalah yang terlama
Karena sampai sang jabang bayi lahir Bapak tak jua pulang
Melahirkan tanpa suami tercinta memang sudah menjadi hal biasa bagi Ibu
Tetapi yang membuat Ibu bersedih...
Mungkin malah memikirkan keadaan Bapak yang entah ada di mana
Akhirnya si kecil pun lahir tepat saat matahari terbit
Kalau orang bilang anak seperti bapaknya
Mungkin memang anak kelimanya itu yang mewakilinya
Karena dari enam bersaudara, hanya dialah yang berambut keriting persis seperti bapaknya