Mohon tunggu...
Christina Budi Probowati
Christina Budi Probowati Mohon Tunggu... Seorang ibu rumah tangga yang memiliki hobi menulis.

Hidup adalah kesempurnaan rasa syukur pada hari ini, karena esok akan menjadi hari ini....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Outfit Lebaran Ala Minuk

25 Maret 2025   23:57 Diperbarui: 25 Maret 2025   23:57 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
IFoto: Dokumentasi Sanggar Tari Sekar Ayu

Apakah rembulan dan matahari juga merindukan Lebaran?
Untuk menghadirkan cahayanya yang memesona?
Ah, jangan hiraukan pertanyaan Minuk yang sekenanya itu
Yang pasti, Minuk selalu menantikan momen Lebaran
Menunggu gaun baru, pita rambut, dan juga selop
Ya, itu sudah cukup bagi Minuk kecil
Untuk berjalan dengan gemulai dari rumah ke rumah
Berlebaran di kampung tercintanya
Yang apa pun agamanya...
Lebaran akan selalu menjadi momen penting untuk bersilaturahmi antar tetangga

Hati Minuk selalu berbunga-bunga
Bahkan jantungnya sering berdebar sehari menjelang Lebaran
Membayangkan outfit yang dikenakan esok hari akan menyita perhatian banyak orang
Sampai ia kemudian kelelahan dan tertidur lelap
Ya, Lebaran tahun itu Minuk mengenakan gaun balon
Gaun yang bagian bawahnya menggelembung
Tak lupa sandal selop dan pita berwarna cerah untuk mengikat rambutnya
Dengan outfit itu Minuk kemudian bertamu dari rumah ke rumah
Duduk manis, makan kue sekadarnya sambil menunggu minuman disajikan
Biasanya teh manis hangat, sebelum kemudian ia berpamitan pulang

Tentu saja setelah Minuk memohon maaf lahir batin
Kepada sang empunya rumah yang didatanginya
Dengan menggunakan serangkaian kalimat berbahasa Jawa
Yang telah dihafalkannya, dari Lebaran ke Lebaran
Ya, pada akhirnya outfit Minuk memang memesona banyak orang
Meski Minuk tahu, tak hanya outfitnya saja yang membuat tampilannya memukau
Ia percaya, senyum manis, sopan santun, dan keramahan juga perlu diperhatikan
Sayang sekali gaun itu tidak memiliki saku untuk menyimpan uang
Dan itu cukup merepotkan bagi Minuk
Yang tidak begitu percaya diri membawa tas kecil atau dompet seperti anak-anak lainnya

Minuk memang suka memperhatikan hal-hal kecil namun sangat penting itu
Baginya, Lebaran adalah ujian baginya untuk memadupadankan penampilan
Tentu saja secara keseluruhan, termasuk kemampuan berbahasa Jawa yang baik dan benar, terutama kepada orang yang lebih tua
Pada awalnya, Minuk memang selalu bersama-sama teman sekampungnya saat berkunjung
Tetapi Lebaran sejak Lebaran tahun itu
Ia melenggang sendirian dari rumah ke rumah
Berjalan dengan gemulai dengan sedemikian rupa
Duduk manis dengan anggun dan mencipta ketenangan bagi dirinya
Untuk bercakap dengan sang tuan rumah, berlagak seperti orang dewasa

Tetapi, kemudian ada hal yang mengganggu Minuk, yakni perasaannya
Pada awalnya ia memang begitu bahagia
Melihat orang-orang tampak gembira menyambut kedatangannya
Sangat bahagia bisa membuat orang-orang di sekitarnya bahagia oleh karenanya
Sayangnya, perasaan bahagia itu kemudian berujung pada rasa lengang
Yang tak dapat ia kendalikan dan ia seperti memasuki ruang kosong
Ya, ia merasa seperti berada pada pemberhentian sebuah perjalanan
Mesti diam sejenak sebelum kembali melanjutkan perjalanan
Yang tidak akan tiba di mana-mana, sampai kesadaran menghidupkan kembali jiwanya
Sebuah kesadaran bahwa antara ketulusan dan pamrih itu ternyata bedanya sangatlah tipis

Ya, kebahagiaan itu sejatinya adalah apabila kita bersamaNYA
Karena kebahagiaan itu adalah berkat dan anugerah dariNYA
Yang akan datang pada mereka yang menyiapkan hatinya untuk ikhlas
Atas semua yang dilakukannya dengan tanpa pamrih apa pun
Dan Lebaran tahun 1980-an itu...
Akhirnya memang menjadi momen yang tak dapat dilupakan Minuk
Dari gaun balon, pita rambut, selop, hingga penampilannya secara utuh
Ya, akhirnya Minuk memang menemukan kebahagiaannya yang sejati
Setelah semua yang dilakukan itu lebur di dalam keikhlasan
Di balik outfit untuk Lebaran yang dirancangnya di masa kecil

Bagaimana setelah remaja?
Baju baru Alhamdulillah, tuk dipakai di Hari Raya
Tak punya pun tak apa-apa, masih ada baju yang lama
Bagi Minuk, lagu Dhea Ananda yang berjudul "Baju Baru"
Memang cukup mewakili sikapnya saat remaja
Celana, rok, kemeja, atau apa saja tidak masalah
Yang penting sopan dan nyaman dipakai

Dan outfit Minuk setelah menjadi ibu-ibu?
Tentu saja Ibu Minuk telah menyesuaikan diri dengan keluarga dan kediamannya kini
Karena tinggal di rumah budaya, dengan pendopo dan rumah dari kayu
Kebaya dan kain modern yang nyaman dipakai menjadi pilihan utama
Dengan riasan ringan, sapuan bedak tipis-tipis dan lipstik warna plum
Khususnya saat menerima (menyambut) mantan anak-anak didik sanggarnya
Yang biasanya datang berkunjung saat Lebaran.
Sedangkan untuk berkunjung ke tetangga?
Celana panjang hitam, kebaya dan selendang adalah outfit yang dipilihnya
Untuk Lebaran tahun ini

Memadupadankan outfit untuk anak-anak, remaja, dan manusia dewasa dapat menyesuaikan karakter dan kenyamanan
Kecuali mereka yang memiliki kesepakatan mengenakan outfit yang sama dan senada
Dan untuk mendapatkan busana dan kelengkapan lainnya untuk outfit Lebaran, seperti sepatu, sandal, aksesoris dan lainnya
Pada masa kini dapatlah dengan mudah diperoleh dengan berbelanja secara daring melalui platform marketplace yang terpercaya
Maupun secara langsung di swalayan, sambil menikmati keseruan berburu diskon, memilih baju, hingga antre membayar di kasir

Apakah rembulan dan matahari juga menantikan momen Lebaran?
Untuk menghadirkan cahayanya yang memesona pada saat Lebaran?
Pesan Minuk, janganlah bermimpi menggenggam rembulan dengan menghilangkan matahari
Karena keduanya ditakdirkan untuk bersama-sama menjaga bumi dengan cahayanya
Agar kehidupan di bumi semakin semarak dengan warna yang tercipta

Demikian pula dengan outfit Lebaran, yang padu padannya terdiri dari beberapa komponen
Yang apabila dihilangkan satu, tentu akan menciptakan kesan yang berbeda
Karena outfit yang dikenakan
Sepatut dan sepantasnyalah harmoni dengan hati, sikap, dan juga tutur katanya
Seperti berada pada pemberhentian sebuah perjalanan
Lebaran mestinya memang menjadi momen yang tepat untuk berdiam sejenak
Sebelum kembali melanjutkan perjalanan yang sejatinya tidak akan tiba di mana-mana
Tetapi tiba di kedalaman hati yang terdalam
Yang jernih dan juga murni
Dengan outfit yang utuh, tak hanya yang tampak di permukaan

Bandungan, 25 Maret 2025

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun