Covid-19 yang sedang gencar-gencarnya saat ini sangat mempengaruhi keadaaan ekonomi baik secara nasional maupun global. Keadaan ini sangat berbeda dengan krisis sebelumnya seperti krisis tahun 1998 dan tahun 2008, karena Covid-19 ini tak hanya masalah ekonomi dan keuangan saja yang menjadi permasalahan melainkan ada sisi kemanusian yang juga menjadi perhatian khusus dan utama serta memerlukan bantuan seluruh masyarakan, lembaga dan seluruh negara dalam mengatasi Covid-19 ini. Misalnya, melemahnya Rupiah hampir menduduki RP 17.000 per dolar AS disebabkan karena paniknya investor sehingga terjadi yang di sebut pembalikan Modal (Capital Outflow) yang terjadi selama periode Januari sampai maret 2020 jumlahnya mencapai Rp 167,9 Triliun. Melihat kondisi perekonomian Indonesia dari dampak penyebaran Covid-19, Perry Warjiyo selaku Gubernur Bank Indonesia menyampaikan 3 hal perkembangan terkini dan kebijakan yang di tempuh bank Indonesia (BI) yaitu:
- Nilai Tukar Rupiah bergerak stabil dan cenderung menguat. Terlihat pada hari Selas (7/4) menguat sebesar 225 rupiah atau 1,56 % (ptp) menjadi Rp. 16.125 per dollar AS dan bergerak stabil serta diperkirakan akan menguat hingga akhir tahun pada level Rp. 15.000 per dollar AS. Penguatan nilai tukar ini didukung oleh langkah stablisasi nilai tukar, komitmen kebijakan yang erat serta komunikasi yang intensif antara pemerintah, Bank Indonesia (BI), OJK, dan LPS
- Cadangan devisa Maret 2020 terjaga. Pada akhir Maret 2020 posisi cadangan devisa Indonesia tercatat sebesar 121,0 miliar dollar AS, lebih rendah dibandingkan akhir Februari 2020 sebesar 130,4 Miliar dolar AS. Penurunan ini dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negerti pemerintah sekitar 2 miliar dolar AS dan keperluan stabilisasi nilai tukar rupiah sekitar 7 miliar dolar AS di tengah kondisi “Extraordinary” karena kepanikan dipasal keuangan global dipicu pademi COVID-19 secara cepat dan meluas di seluruh dunia.
- Bank Indonesia telah mencapai kesepakatan kerja sama Repurchase Agreement Line (Repo Line) dengan Bank Sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve) senilai 60 miliar dolar AS. Repo Line maksudnya adalah fasilitas yang memungkinkan bank sentral atau otoritas moneter mendapat likuiditas dolar AS dengan menjual secara temporer surat berharga yang dimiliki seperti US treasury, dengan disertai perjanjian untuk membeli lagi. Kerja sama repo line, yang dikategorikan sebagai Foreig and International Monetery Authorities (FIMA), hanya diberikan kepada sejumlah bank sentral. Selain itu BI juga memiliki kerjasama repo line dengan beberapa lembaga yaitu, Bank for International Settlements (BIS) senilai 2,5 miliar dolar AS, Monetary Authority of Singapore (MAS) senilai 3 miliar dollar AS dan bank sentral lainnya.
Tidak stabilnya keadaan perekonomian yang disebabkan oleh virus corona ini terjadi karena sudah mulainya di terapkan WFH (Work From Home) dan social distancing oleh pemerintah guna memutus rantai penyebaran Covid-19 ini. Sektor pariwisata yang di tutup sementara sampai waktu yang tidak di tentukan mengakibatkan turis lokal dan mancanegara yang ingin berkunjung ke tempat pariwisata di Indonesia tidak dapat berkunjung sementara waktu sehingga pendapatan devisa Indonesia menjadi berkurang. Seperti yang kita ketahui sektor pariwisata merupakan konstribusi devisa terbesar kedua setelah devisa hasil ekspor kelapa sawit.
Melihat kondisi saat ini pemerintah masih mampu menjaga kestabilan perekonomian negara melalui bantuan BI dan lembaga pemerintah lainnya. Ditengah masih bertambahnya masyarakat yang terjangkit Pandemic covid-19 di seluruh wilayah indonesia dan di dunia. Untuk itu mari kita sama-sama memutus rantai penyebaran pandemic Covid-19 ini dengan saling menerapkan social distancing dengan tidak melakukan kontak langsung dan menjaga jarak dengan orang-orang disekitar kita. Ini dapat membantu negara kita memperbaiki perekonomian kita dan membantu para dokter dalam penanganan covid-19 ini. Semoga perekonomian Indonesia dapat pulih kembali seiring berkurangnya masyarakat yang terjangkit COVID-19 saat ini.