Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

'Prostitusi Legal?' Buat Aku, Sangat Menjijikkan .....

14 Maret 2012   05:19 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:04 7120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

By Christie Damayanti

[caption id="attachment_176327" align="aligncenter" width="586" caption="gerevents.nl"][/caption]

Aku membuka pintu kamarku, di sebuah hotel kecil, tepat 1 blok berhadapan dengan De Wallen, sebuah kawasan 'lampu merah' terbesar yang paling terkenaldi Amsterdam. 3 orang mitra kerjaku berdiri di hadapanku, terlihat siap untuk berjalan keluar. Waktu itu, kami memang bertugas untuk survey ke beberapa negara di Eropa Barat, dan kami waktu itu berada di awal musim semi, beberapa tahun lalu. Walau tidak ada salju lagi dan matahari sering kali memancarkan sinarnya, buat kami yang memang tinggal di negara tropis, tetap saja kami harus memakai mantel tebal bahkan overcoat  besar ( jika malam hari ) jika keluar bangunan ..... dan mereka sudah siap memakai mantel dan overcoat di tangan masing .....

"Pada mau kemana?", kataku, karena justru aku sedang bersiap untuk memakai baju tidurku dan membuat laporan di laptopku, setelah seharian kami mengamati apa yang menjadi tugas kami.

"Ke 'lampu merah' yuuukkk ..... pingin lihat nih", ajak mereka. "Heh? Ga cape?", aku menjawab. Sudah sekitar jam 9 malam waktu setempat.

Setelah sedikit mereka ngotot di depanku, akhirnya aku mengalah, karena ternyata juga aku memang suka untuk mengamati lingkungan yang belum bernah aku datangi. Cepat aku menyambar mantelku dan tas kecilku serta tidak lupa membawa kameraku, aku mengunci pintu kamarku dan belari menuju lift karena mereka sudah tidak sabar, didalamnya .....

Hmmmmm ....., memang aku ingin ke daerah 'lampu merah', karena beberapa kesempatan ke Amsterdam, sama sekali tidak ada waktu untuk kesana. Tahu kan, apa yang disebut 'lampu merah?'

Prostitusi di Belanda adalah legal dan memang di atur oleh pemerintah, walau rumah2 'bordil' yang illegal di daerah selalin yang sudah ditetapkan oleh pemerintah sebagai daerah prostitusi legal dan sejumlah besar aktifitas prostitusi yang melanggar hukum, tetap di bredel. Dan ada suatu daerah, dinamakan De Wallen, adalah daerah yang legal untuk tujuan 'wisata seks internasioal'. Heh???

Sebuah artikel yang diterbitkan tahun 1999 bahwa jumlah pelacur di Belanda ada sekitar 25.000 orang. Tahun 1970-an, mayoritas wanita tuna susila asing adalah dari Thailand dan Filipina dan tahun 1980-an dari Amerika Latin serta Karibia. Setelah itu,'wanta2' asing berbaur dengan 'wanita2' lokal dan perdagangan seks di Belanda khususnya di Amsterdam juga diatur oeh 'germo' lokal. Katanya, sekarang2 ini, 'wanita2 tuna susila' di Belanda berasal dari Eropa Timur, Afrika dan Asia (Wikipedia) .....

"Hmmmmm, makin menarik", pikirku.

Kami berjaan dari hotel kecil kami, dan hanya sekitar 15 menit kami sudah berada di De Wallen. Suasana malam itu tidak begitu ramai karera ini pertengahan minggu. Rumah2nyapun, yang memang di 'desain' untuk bisa 'mempertontonkan' para wanita tua susia itu, beberapa masih tutup. Daerah ini memang terbuka, artinya siapapun boleh memasukinya. Tetapi tetap di 'pintu makuk'nya, ada larangan untuk anak2 yang belum mencapai umurnya ( aku lupa, berapa tahun yang bisa memasuki tepat itu ), untuk tidak memasukinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun