Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Cerita tentang “Pabrik Rokok Praoe Lajar” di Kota Tua Semarang

2 Desember 2015   12:31 Diperbarui: 2 Desember 2015   16:27 3452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Berkeliling Kota Tua untukku adalah menikmati masa-masa jaman keemasan kota itu. Ditambah ketika aku pertama kali tahu tentang Indonesia adalah jajahan Belanda (masih kecil), seketika itu pun aku sadar betapa banyaknya bangunan peninggalan Belanda di negaraku.

Kota Tua Batavia Jakarta, justru sudah aku blow-up untuk thesis S2-ku tahun 1997, tetapi tidak untuk kota-kota lainnya. Ya, aku tetap berkeliling di Kota Tua jika aku wisata ke kota-kota lain, tetapi tidak pernah mem-blow-up-nya karena belum fokus untuk membahasnya. Tetapi ketika awal November kemarin aku bertugas sebagai juri di Semarang, aku tidak segan-segan minta tolong kepada sahabat-sahabatku di sana untuk berkeliling di sana…

Sekitar kawasan Polder Tawang di Kota Lama Semarang, Mba Novie menunjukkan jajaran bangunan-bangunan tua cantik nan apik. Tepatnya di Jalan Merak, bangunan-bangunan itu sepertinya sudah tidak dipergunakan lagi, atau mungkin hanya tempat penyimpanan saja, aku tidak tahu. Bangunan itu cukup terpelihara, sepertinya.

Deretan bangunan tua di jalan Merak, daerah Polder Tawang Kota Tua Semarang

Salah satu di deretan bangunan cantik tersebut, ada sebuah bangunan dengan nama berwarna merah darah, dan benar-benar terawat. Namanya “Pabrik Rokok Peraoe Lajar”. Besar-besar dan mencolok, bahkan dari jarak yang cukup jauh.

Bangunan dari jaman pemerintahan kolonial Belanda. Dengan papan nama berwarna merah, cukup terawat. Suasananya waktu itu, cukup sepi walau didepannya berjejer sepeda motor, para karyawannya.

Dari referensi yang aku baca, rokok Prahoe Lajar ini merupakan rokok lokal dengan segmen kelas menegah bawah. Dan ternyata pabrik rokok ini pun masih beroperasi sampai sekarang! Oya?

Karena aku bukan perokok, dan karena aku tidak pernah tahu tentang rokok, aku pun tidak tahu apa-apa tentang ini. Tetapi ketika aku me-rewind ingatanku tentang iklan-iklan rokok Indonesia, bahkan rokok lokal, aku belum pernah tahu ada rokok seperti ini. Apalagi iklan-iklan rokok di semua media. Di warung-warung rokok? Sepertinya juga belum pernah lihat. Lhaaaa… Dijual ke mana?

Desain tempat rokok Praoe Lajar …..

Entahlah. Tetapi yang jelas, pabrik rokok ini masih beroperasi sampai sekarang. Yang artinya, semuanya bisa dihidupi oleh hasil penjualannya, kan?

Ternyata rokok Praoe Layar ini merupakan salah satu pabrik rokok dari Semarang yang "selamat" dari gempur rokok-rokok nasional, bahkan internasional. Konsumennya lebih kepada para nelayan, kebanyakan dari Pekalongan, Pemalang, dan Tegal, sebuah kota kecil para nelayan, sekitar 2 jam dari Semarang ke arah barat Pulau Jawa. Dan ku yakin sekali, masyarakat nelayan mempunyai pasar yang luar biasa! Tidak kalah dengan pasar masyarakat mengeah ke atas, bahkan bisa lebih banyak lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun