Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Apa yang Terjadi bagi Disabilitas di Bali?

3 Juni 2022   09:10 Diperbarui: 3 Juni 2022   09:20 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: plazarenon.com 
Sumber: plazarenon.com 

Mereka pemakai kursi roda ini memang terlihat ok, tetapi mereka berada di jalan aspal untuk kendaraan bermotor! Dan itu sangat membahayakan hidup mereka! Apakah ini "ramah disabilitas?" TIDAK!!!

Sumber: www.asset.com
Sumber: www.asset.com

Berita yang dilansir oeh media Kompas tenang unjuk rasa bagi disabilitas netra yang menunutu hak2nya di trotoar atau pedestrian! Apakah pemerinah Bali tidak tergerak melihatnya?Karena dalam beberapa saat lalu aku disana, belum ada perbaikan dari sebelumnya ..... 

Dan sebagainya, karena dalam kenyataanya aku berada di dalam mbil, aku bisa melihat sebuah kenyataan begini,

Hampir setiap trotoar atau pedestrian untuk pejalan kaki di perkotaan bahkan di aera wisata disana, lebarnya hanya sekitar antara 60 cm sampai 80 cm! 

Ada beberapa lebarnya hanya 100 cm atau 1 meter, tetapi kesemuanya bukan melulu untuk pejalan kaki saja, tetapi ada tiang listrik, ada pepohonan yang tidak terawatt, ada manhole dengan desain seragam tetapi peil ketinggiannya berbeda dengan lingungannya serta jarang ada jalur pemandu untuk disabilitas netra! Nanti akan kubuktikan dengan artikel2ku selanjutnya.

Teman warga Bali ini bercerita juga tentang rumah2 khas adat Bali dengan tata cara yang memang berbeda dengan apa yang aku taku sebagai arsitek. Bagaimana Pura2 di Bali pun sama, tidak memungkinkan disabilitas datang kesana, kaena memang bergitulah tata cara dan konsep rumah dan Pura di Bali.

Hampir semua mempunyai undak2an di setiap rumah dan Pura di Bali. Dan, tidak aka nada disabilitas apalagi yang "berat", yang bisa menaiki Pura dan masuk ke rumah warga Bali yang masih tradisional, sesuai dengan arsitekturalnya.

Jika disabilitas atau orang tua atau lansia mau masuk ke rumah Bali, atau mau bersembahyang di Pura, ya harus digendong oleh keluarga atau temannya untuk bisa melakukan itu. Jika mereka jatuh, dan ada darah (terutama di Pura), aka nada upacara untuk membasuh darah yang dianggap mengotori banguan tersebut.

Sehingga, dengan kata lain bahkan "pergilah jauh2 bagi disabilitas, tidak ada tempat bagi disabilitas di bangunan2 tersebut!".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun