Sampai di suatu titik, dimana kodrat perempuan mengharuskan kita, aku, atau perempuan Indoesia, memang tidak bisa atau lebih tepatnya TIDAK MAU untuk melakukan sesuatu yang diluar kodratnya.
Bahwa semua perempuan tetap harus memperhatikan keluarganya, apalagi untuk anak2nya,walau tetap harus bekerja .....
Apakah harus dikatakan bahwa perempuan Indonesia 'mundur' lagi dari kacah persaingan hidup dari kaum lelaki?
Tidak! Tentu tidak. Ambil contoh saja, aku.
Dalam hal ini, aku adalah seorang ibu, single parent dari 2 orang anak ABG, yang bekerja keras untuk anak2ku, karena mantan suamiku tidak memberikan nafkah bagi kami, bahkan bagi anak2ku, yang dengan kata lain, anak2nya juga.
Aku, seorang perempuan cacat karena stroke, lumpuh tubuh sebelah kanan, tetapi harus tetap bekerja keras demi masa depan anak2ku.
Dan aku yakin sekali, diluar sana, banyak sekali perempuan2 muda seperti aku, baik yanglebih memprihatinkan dari aku atau yang lebih baik dari aku, terus bekerja dan berkarya demi buah hati mereka, karena tidak ada tempat lagi untuk mendapatkan fasilitas2 bagi keluarganya.
Aku yakin itu. Justru aku dan perempuan2 itu, dengan perkembangan jaman ini, kita harus terus berkarya, berhak dan berkewajiban untuk membangun masa depan bagi keluarganya. Bahkan ketika keluarganya terus berkembang dan anak2nya menjadi berguna bagi orang lain, itu berarti prestasinya menjadi asset negara, dan mengisi pembangunan nasional.
Aku sih tidak terlalu peduli tentang gembar gembor gender. Bahwa masing2 gender saling 'berebut', masing2 gender mengatakan bahwa kaum perempuanlah yang harus diapresiasi, atau kaum lelakilah yang harus di'sembah'.