Ternyata shower-cap itu khusus, karena di dalamnya adalah shampoo khusus untuk keramas, tanpa aku harus ke kamar mandi. Aku cukup heran, karena belum pernah tahu hal ini.
Suster memakaikan shower-cap itu ke kepalaku, dengan dia meremas2 kepalaku, lalu didiamkan sesaat. Aku merasa adem dan dingin. Setelah itu, diremas2 lagi seperti mencuci rambut, kemudian shower-cap dilepas.
Rambutku basah, tetapi tidak terlihat atau tidak teraba adanya sampoo. Baunya segar, sesegar sehabis keramas. Aku terheran2, dan meminta besok2 keramas lagi, hihihi .....
Diskusi2 setelah itu pun semakin rutin, ketika rumah sakit harus menyediakan tenaga medis untuk mengantarku terbang ke Jakarta. Karena, tidak mungkin aku terbang sendirian, dan juga tidak mungkin adikku yang menemaniku sendirian.
Aku harus selalu terus berbaring, walau didalam pesawat.
Bagaimana bisa, jika hanya di kelas ekonomi? Tentu tidak bisa!
Padahal, tiket kami hanya kelas ekonomi. San Franscisco ke Jakarta saja sudah sekitar belasan jura Rupiah saat itu, bagaimana jika kami harus membeli tiket baru denan first-class yang pasti 2 atau 3 kali lebih mahal?
Orang tuaku sudah di Jakarta, jadi kupikir bagaimana cara untuk mem-back up kami untuk terbang pulang ke Jakarta?
Lalu, bagaimana caranya ada tenga medis yang bisa menemaniku pulang?
Banyak sekali pertanyaan2 di benakku. Ternyata, untuk pulng saja tidak gampang, belum keadaanku di duniaku sendiri di Jakarta .....
Aku bisa membayangkan bahwa aku harus ditemani seorang tenaga medis. Yang cukup besar dan kuat sehingga mampu menggendongku jika aku meamang membutuhkannya.