Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Pandangan "Negeri Sakura" tentang Kaum Disabilitas

21 Juli 2019   16:04 Diperbarui: 21 Juli 2019   18:32 650
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aku, sebagai bagian dari kaum disabilitas dunia, nyaman dan aman di negeri Sakura, Jepang | Dokumentasi pribadi

Tidak ada pertanyaan bahwa siswa ini diajar kurikulum seketat di sekolah lingkungan biasa. Yang hilang adalah interaksi sosial, kesadaran anak-anak non-disabilitas bahwa teman-teman penyandang cacat mereka memiliki banyak hal untuk berkontribusi pada komunitas mereka. 

Kesan yang bisa didapat dari membaca pernyataan di atas adalah bahwa Jepang memandang kaum disabilitas sebagai orang yang setara, namun entah bagaimana tidak layak atau tidak layak untuk berpartisipasi dengan rekan-rekan yang tidak cacat di masyarakat.

Jepang, serta negara-negara lain di seluruh dunia, terus berjuang dengan persepsi kecacatan non-disabilitas sehubungan dengan setiap aspek masyarakat dan interaksi sosial.

Sampai penerimaan dari pihak orang-orang yang tidak cacat menjadi meluas, Undang-Undang Dasar dan Tindakan Disabilitas akan tetap efektif sebagian.

***

Dari beberapa referensi yang aku baca tentang Jepang dan disabilitas, ternyata aku baru tahu bahwa Jepang pun juga "belum seluruhnya mempunyai kepedulian bagi kaum disabilitas". Sama dengan negara-negara yang lain.

Pasti ada pro dan kontra, tetapi selama mereka tetap hormat dan berusaha untuk menerima kaum disabilitas, untukku sendiri, biarkan saja. Toh, kebutuhanku dipenuhi dalam rangka fasilitas-fasilitas disabilitas, bukan hanya sekadarnya saja, tetapi justru negeri Jepang sangat detail untuk memenuhi kebutuhanku sebagai bagian dari kaum disabilitas dunia. 

67244775-694146727697437-799364796142059520-n-5d3429ba097f3616303f8f76.jpg
67244775-694146727697437-799364796142059520-n-5d3429ba097f3616303f8f76.jpg
Yang katanya ini adalah "ketidak-pedulian", apa yang aku dapatkan? Mereka sangat ramah, bahkan bela2in dengan wajah yang ramah serta murah senyum. Dalam setiap kesempatan, mreka sangat membantuku, sebagai disabilitas yang penuh dengan keterbatasan | Dokumentasi pribadi
Yang katanya ini adalah "ketidak-pedulian", apa yang aku dapatkan? Mereka sangat ramah, bahkan bela2in dengan wajah yang ramah serta murah senyum. Dalam setiap kesempatan, mreka sangat membantuku, sebagai disabilitas yang penuh dengan keterbatasan | Dokumentasi pribadi
Ketika Jepang pun ternyata belum semua masyarakatnya peduli dengan kaum disabilitas, tetapi mereka terus berusaha untuk meredam rasa ketidak-pedulianya, dengan membantu banyak hal, tertama Undang Undang untuk menjamin disabilitas Jepang.

Dan, pada kenyataannya, sebagai bagian dari kaum disabilitas dunia, aku sangat merasakan betapa luar biasanya Jepang, untuk memenuhi berbagai macam cara kenyamanan dalam melewati hidupku selama di Jepang.

Pedestrian Jepang sangat memnuhi kebutuhan pemakai kursi roda. Lebar dan luas, bersih dan benar2 rata permukaannya, sehingga nyaman untuk dijalani | Dokumentasi pribadi
Pedestrian Jepang sangat memnuhi kebutuhan pemakai kursi roda. Lebar dan luas, bersih dan benar2 rata permukaannya, sehingga nyaman untuk dijalani | Dokumentasi pribadi
Bahkan, ketika aku blusukan ke desa-desa Jepang dengan kursi roda ajaibku, yang ada adalah bahwa sampai di desa-desa yang aku kunjungi pun, "keramahan" Jepang untuk fasiiltas-fasilitas disabilitas pun jelas terasa. Dan warga lokal di sana sangat siap untuk dimintai bantuannya.

Aku adalah "saksi hidup", betapa warga lokal Jepang di desa-desa atau kota-kota kecil yang aku datangi, tetap ramah dan siap membantu ketika aku butuh bantuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun