Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Gempa dan Badai yang Sering Melanda Jepang, Michelle dalam Badai Salju di Chiba

27 Juli 2018   12:04 Diperbarui: 27 Juli 2018   12:11 1234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

By Christie Damayanti

Ketika badai salju mereda, dan Michelle tetap harus kuliah, melewati bungkahan2 salju yang mulai mencair, Januari 2018 lalu

***

Sejak aku belajar di SD sampai SMA, aku tahu bahwa Jepang adalah Negara yang sangat berpotensi gempa dan juga tsunami. Sebuah fakta dari referensi2 yang aku baca, seperti halnya Indonesia, Jepang memang merupakan bagian dari negara2 yang rawan gempa bumi, karena Indonesia dan Jepang masuk dalam apa yang disebut "lingkaran api Pasifik'. Atau terkenal dengan sebutan "Ring of Fire".

Pada kenyataannya, Jepang memang berada pada 3 lempeng benua yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Samudera Pasifik dan Lempeng Filipina. Yang mengakibatkan pergeseran lempeng rawn menjadi gempa. Sedangkan, Indonesia terletak pada 4 lempeng benua, yaitu Lempeng Asia, Lempeng Australia, Lempeng Samudera Hindia dan Lempeng Samudra Pasifik.

www.mahessa83.blogspot.com
www.mahessa83.blogspot.com
Posisi Jepang diatas 3 lempeng benua dunia, sehingga jika terjadi pergeseran, rawn terjadi gempa.

 Seperti yang kita tahu, bahwa gempa bumi ada 2 macam, yaitu gempa vulkanik (dari letusan gunung berapi) dan gempa  tektonik (dari getaran dibawah bumi). Ketika Indonesia banyak terdapat gunung berpi yang masih aktif dan Indonesia sering terjadi gempa vulkanik, tetapi Jepang lebih sering terjadi gempa tektonik.

Dengan Jepang telalu terjadi pergesera lempeng bumi, dan akhirnya terjadi gempa tektonik, maka gempa tektonik itu akan mengakibatkan gelombang besar atau gelombang seismic yang sampai ke permukaan bumi lalu menimbulkan getaran dan kerusakan di permukaan bumi.

Efek kerusakan ini tergantung dari besar atau kecilnya serta durasi getaran tersebut. Dan ketika lempeng bumi tidak kuasa menaham getaran2 besar ini, gelombang besar akan muncul naik kepermukaan bumi, yang disebut tsunami (arti dalam bahasa Jepang : ombak besar di pelabuhan).

Yang aku baca sebagai referensi, gelombang tsunami dapat merambat kesegala arah dengan kecepatan yang luar biasa! Antara 500 -- 1000 km/jam!

Jepang juga pernah mengalami gempa tektonik yang dianggap terbesar dalam sejarah, dengan kekuatan anatar 6-8 MSR yang terjadi di wilayah laut lepas pantai Jepang, sekitar 3 abad yang lalu. Akibatnya, konon membuat Jepang terpecah2 menjadi Negara kepulauan dan memunculkan Gunung Fuji.

***

Itu Cuma sekedar ulasan bahwa Negara Jepang memang sebuah Negara yang rawan gempa. Dan tidakheran, ketika Jepang berlomba untuk mencari cara dan solusi untuk "menahan" atau menyelamatkan negranya dari gempa.

Mereka berlomba menciptakan banyak alat atau fasilitas untuk menyekamatkan Negara dan masyarakatnya dari gempa. Walau gempa adalah fenomena alam, dan tidak ada satu orang pun yang bisa menahan alam, "orang2 ber-IQ tinggi" dalam berkarya bagi negaranya, ahli2 gempa itu dari Jepang!

Setidaknya, ketika alam semakin menghancurkan Jepang dengan berbagai gempa, masyarakat Jepang terus belajar, bagaimana bisa lolos dari gempa. Dan prose situ terus berjalan .....

OK lah .....

Gempa adalah fenomena alam. Gempa pun adalah ciptaan Tuhan. Apapun itu, apapun yang terjadi, tidak ada yang mau mati karena gempa, bukan Apalagi, seorang ibu yang mempunyai seorang anak yang benar-benar bermimpi untuk tinggal dan bekerja di Jepang, sejak TK! Itulah AKU.....

Ketika Michelle selalu bercerita tenatng impiannya untuk sekolah, kuliah, bekerja dan tinggal di Jepang, awalnya aku tidak terlalu dipikirkan. Tetapi, setetlah dia lulus SMA tahun lalu dan dia pun serius ke Jepang, akhirnya dalam usia 17 tahun dia terbang ke negeri impiannya.....

Aku tahu, kita bisa mati kapan saja, dan dimana saja bahkan karena apa saja. TEtapi, dengagn Michelle anakku sudah disana sambil terus merajut mimpi2nya, aku merasa dia berada di titian belah tujuh. Dan pada keyaannya adalah demikian.

Empat kali aku ke Jepang untuk menegoknya tahun 2017 lalu dan 2 kali di tahun 2018. Dan enam kali juga aku merasakan sebuah gempa, walau kecil, ketika aku disana.

Pertama kali sewaktu musim panas tahun 2017. Sektar jam 2 pagi, ketika aku sedang tidur, aku merasakan getaran yang cukup besar. Anakku pun terbangun. Lampu bergoyang2 dan bunyi barang2 bergetar, membuat aku sedikit ketakutan.

Hanya sekitar dua atau tiga menit, getaran itupun berhenti. Dan paginya, laporan pandangan mata tidak ada korban apapun, tetapi memang dirasakan di beberapa lokasi di Tokyo.

Anakku berkata,

"Itu sering terjadi, mama. Aku sudah biasa, dan aku masa bodo saja, sampai memang benar2 harus keluar dari bangunan".

Ok lah, jika anakku sudah berserah pada NYA. Selama dia bisa mengendalikan emosi dan kenyataan, aku percaya, Tuhan akan menjadikan semuanya yang terbaik.

Dan itu sering terjai, minimal di enam kali kunjunganku kesana. Dan aku semakin tidak merasa takut. Bahwa, ketika Tuhan menempatkan anakku untuk berkarya dan tinggal di Jepang, itulah kehendak Tuhan, bukan? Lakukanlah yang terbaik, dimana pun kita ditempatkan.....

Tetapi ketika badai salju sekitar Januari 2018 lalu, yang menjadi berita dunia termasuk di Jakarta, aku benar-benar kawatir, karena bukan di satu atau dua kota saja! Tetapi badai salju itu kata di berita, melanda hamper semua kota, termasuk Tokyo dan Chiba, tempat anakku tinggal dan kuliah!

Badai salju pun termasuk sebuah fenomena alam yang sering tidak bisa diprediksi. Fenomena gempa di Jepang yang sangat sering terjadi, bercampur dengagn fenomena2 alam yng lainnya, seringkali melanda Jepang. Dan Negara itu lah yang menjadi impian Michelle untuk bertempat inggal .....Coba, bagaimana hatiku tidak berhenti berdetak cepat ketika aku membaca2 semua berita online tentang Jepang. 

Salah satunya : BERSIAP Hadapi Badai Salju Warga Jepang Dihimbau Kembali ke Rumah Lebih Awal

Menurut siaran tv Jepang, NHK, Tokyo bersiap menghadapi hujan salju lebat. Para penduduk kota gila kerja tersebut disarankan untuk pulang lebih awal. Beberapa operator kereta api pun membatalkan layanannya. Salju mulai turun pada Senin 22 Januari pagi waktu setempat dan diperkirakan Tokyo Tengah akan ditutupi salju hingga 10 cm. Badai salju diperkirakan akan berhenti pada Selasa 23 Januari dini hari.

Sekadar informasi, Tokyo sering dilanda hujan salju lebat setidaknya setahun sekali. Namun kali ini diperkirakan akan menumpuk dan tidak cepat meleleh seperti biasanya. Tekanan udara rendah dan dingin di lepas Pantai Honshu diperkirakan akan membawa suhu rendah dan lebih banyak salju sepanjang hari dan malam. (Sumber )

Saat itu, aku ratusan kali menelponnya, tanpa jawaban. Aku mengirim pesan untuknya lewat WhatsApp, lewat LINE atau SMS, pun tidak ada jawaban. Jngankan jawaban, pesan2ku saja belum dibuka! Dan aku benar2 kawatir! Sempat aku berusaha untuk mencari tiket segera utuk terbang kesana, tetapi di hari ke-2 pesan2ku tidak terbalas, tiba2 .....

Ya ampuuunnnnn .......

Seorang sahabat Michelle mengirimkan berita. Michelle bermain dengan salju tebal (sekali, mungkin setinggi 40 cm). Berlari2, berbaring2 di salju sambil tertawa2 .......

Astagaaaaaaa, Michelle .....

Sudah menumpuk stress di kepalaku karena tidak ada jawaban, tetapi ternyata dia sedang santai dan bermain salju. Kutanya,

"Kenapa kamu tidak balas pesan2 mama? Kenapa kamu tidak angkat semua telp mama?"

Tahu, jawabannya apa?

"Klo aku angkat, mama pasti senewen kan? Pasti banyak pertanyaan kan? Padahal aku baik2 saja koq. Memang ada badai. Pemerintah sudah beri pengumuman untuk tidak keluar rumah dulu. Bdai ekstrim.  Dan di apartemenku ga ada TV. Tapi stelah badai reda, ya .... Kami baik2 saja"

Aduh .....

Mau marah, ya ga perlu ....  Mau nangis (karena lega), ya malu .....

Dokumentasi dari Tenzin, sahabat Michelle
Dokumentasi dari Tenzin, sahabat Michelle

Dokumentasi dari Tenzin, sahabat Michelle
Dokumentasi dari Tenzin, sahabat Michelle
Dengan cueknya, Michelle bermain salju, sementara aku menunggu kabar darinya, ketika dunia menyoroti Jepang karena badai salju, Januari 2018. Coba lihat, tebal saljunya sekitar 40 cm! Banyak mobil2 yang terbenam salju dan banyak rumah yang harus mengeruk salju jika mereka mau keluar rumah.

Dan dengan santainya, dia bermain salju dengan baju tidurnya, tanps memakai jaket. Kata Michelle, "Baju tidurku hangat sekali, mama" ...... ah, Michelle .....

Dokumentasi dari Tenzin, sahabat Michelle
Dokumentasi dari Tenzin, sahabat Michelle
Michelle di depan "rumah Nobita", mimpi Michelee untuk bisa tinggal disana ......

Sepertinya, aku harus meningkatkan kepasrahan diriku lebih dalam lagi. Bukan karena Jepang yang memang merupakan Negara gempa saja, tetapi lebih dari itu.

Bahwa, aku adalah seorang ibu dari seorang Michelle, yang lahir di generasi milenial, yang sangat cuek bebek seperti tidak peduli tentang apapun, tetapi sebenarnya anak2 itu sangat mengerti arti sebuah keberserahan pada Tuhan dan mendapatkan sebuah tanggung jawab sebagai seorang anak yang tidak mau memberikan beban bari orng tuanya .....

Dokumentasi dari Tenzin, sahabat Michelle
Dokumentasi dari Tenzin, sahabat Michelle

Dokumentasi dari Tenzin, sahabat Michelle
Dokumentasi dari Tenzin, sahabat Michelle
Salju yang mulai mencair, ketika Michelle harus kembali ke kampusnya, setelah diliburkan beberapa hari karena badai salju, Januari 2018

Mereka memang ANAK-ANAK DUNIA .....

Mereka adalah anak2 yang bertanggung jawab untuk ikut mengembangkan dan membanggakan dunia .....

Sebelumnya :

"Aku Ingin Tinggal di Rumah Nobita, yang Ada Doraemon", dan [Hampir] Menjadi Kenyataan

Awal Perjuangan untuk Menaklukan Jepang di Nishi Funabashi

'Nishi Funabashi', Sebuah Kota Kecil Tempat Hatiku Berlabuh

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun