Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Menikmati Kenyamanan dan Keamanan Hidup di Ryogoku

13 Februari 2018   11:10 Diperbarui: 13 Februari 2018   13:05 865
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menikmati kehidupan di Ryogoku, dimulai dengan berkeliling kepelosok distrik ini. Dokumentasi pribadi

By Christie Damayanti

Jalan-jalan ke tempat baru itu sangat menyenangkan. Walau bingung tanpa ada yang memandu, linglung dengan tulisan-tulisan kanjinya serta internet yang kadang kala lelet sewaktu baca Google Map, tapi itu tidak mengurangi kegembiraanku.

Pertama ke Ryogoku pada Juli 2017 lalu, aku dengan Dennis menjemput Michelle ke Meisei School, tempat dia belajar bahasa Jepang. Ketika tiba di sana konsentrasiku terpaku pada lingkungan sekeliling, sementara Dennis yang mencari jalan dan memanduku. Karena pergi dengan anak-anak, aku jadi bisa leluasa memerhatikan detil arsitektur, streetscape, tata kita serta masyarakat Ryogoku. Hal tersebut berbeda ketika aku travelling sendirian. Fokus pengamatanku terpecah untuk memandu diri sendiri agar tidak terlalu jauh kesasar, hihihi.

Baiklah, lanjut...

Dari stasiun Ryogoku untuk sampai ke Meisei School membutuhkan waktu sekitar 15 sampai 20 menit dengan berjalan kaki atau diatas kursi roda. Beda jika Michelle atau teman-temannya yang kadang harus berjuang dengan berlari karena kereta terlambat atau mereka bangunnya kesiangan. Mungkin cuma 5 menit saja mereka sampai, dan masih ngos-ngosn mereka bisa masuk kelas mereka.

Stasiun Ryogoku, dari depan. Rapih dan tidak disibukkan dengan banyak kendaraan. Dokumentasi pribadi
Stasiun Ryogoku, dari depan. Rapih dan tidak disibukkan dengan banyak kendaraan. Dokumentasi pribadi
Ada 2 alternatif ke Meisei School. Alternatif pertama, yaitu lewat kota, ini yang memakan waktu karena mata kita akan terfokus untuk melihat-lihat kota. Atau lewat jalan belakang, melati gang-gang kecil dengan banyak kuliner dan toko yang berjajar. Perjalanan terasa menyenangkan, terutama ketika kita memulai perjalanan melewati kota dan kembalinya lewat jalan belakang. Itulah yang selalu kita lakukan.

Keluar dari stasiun Ryogoku, disambut dengan berbagai tawaran yang berhubungan dengan sumo. Karena memang Ryogoku memang terkenal sebagai pusat sumo di Tokyo. (Lihat tulisanku : "Ryogoku", Dunia Pesumo Sejati Jepang). Setelah sumo, tawaran baru adalah Museum Edo, yang juga aku datangi. Bangunan arsitektural cantik ini akan kubahas setelah artikel ini. 

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Coba lihat, pedestriannya sangat nyaman. Besar dan luas. Termask untuk kaum disabilitas. Dokumentasi pribadi
Coba lihat, pedestriannya sangat nyaman. Besar dan luas. Termask untuk kaum disabilitas. Dokumentasi pribadi
Berjalan  santai di siang yang cerah di Ryogoku, membuat aku semakin semangat. Hidup kita akan indah, ketika kita mampu menjalankannya dengan baik. Ya, walau aku cacat dan pemakai kursi roda (walau sebenarnya aku bisa berjalan biasa tetapi tidak jika aku travelling karena kan sangat susah, berat dan menghambat, karena tubuhku lumpuh sebelah kanan karena terserang stroke sejak tahun 2010), aku berusaha untuk melakukan semua yang aku ingin lakukan.

Walau aku juga cukup terbatas (aku adalah seorang 'single parents' dengan 2 anak kuliah) untuk dana dan materi, tetapi aku berusaha untuk menabung atau melakukan apa saja untuk mencari tambahan dana. Dan mencari "bahagia"ku sendiri untuk isa semangat. Dan ini pun aku lakukan, travelling keliling Tokyo hanya sendirian.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Distrik Ryogoku sendiri tidak merupakan sebuah distrik yang ramai. Tidak seperti distrik Shibuya, Shinjuku atau Ginza yang terkenal dan viral. Ryogoku merupakan distrik yang standar, meski di sana merupakan pusat sumo. Namun,  keberadaan fasilitas-fasilitas penunjang, Ryogoku mampu menjadi distrik yang nyaman dan aman untuk ditinggali. Distrik Ryogoku memang berada di kota Tokyo yang merupakan kota teraman di dunia, berdasarkan beberapa penelitian yang aku baca sebagai referensiku.

Bangunan-bangunan modern khas Jepang yang minimalis dengan material cantik dan elegan banyak terdapat disana. Tidak ada yang cukup membuat mataku tertarik tentang bangunan-bangunan modern Jepang, tidak seperti bangunan-bangunan lama Eropa. Tetapi yang membuat aku terkesima adalah fasilitas-fasilitas yang sangat baik bagi warganya.

Di hampir di kota2 di Jepang, pusat keramaian dalah di sekitar stasiun, karena stasiun adalah inti kehidupan warga Jepang. Dengan sistim transportasi komprehensif, membat stasiun merupakan konsep integraai ransportasi Jepang. Ada Kereta, sepeda, taxi dan bus umum. Dokumen pribadi
Di hampir di kota2 di Jepang, pusat keramaian dalah di sekitar stasiun, karena stasiun adalah inti kehidupan warga Jepang. Dengan sistim transportasi komprehensif, membat stasiun merupakan konsep integraai ransportasi Jepang. Ada Kereta, sepeda, taxi dan bus umum. Dokumen pribadi
***

Kebersihannya sangat terjaga. Jalan besar ataupun jalan lingkungannya, tetap mempunyai fasilitas-fasilitas yang ciamik bagi warganya. Jalur pedestriannya besar dan sangat nyaman bagi warga, karena Jepang  memang terkenal sebagai negara yang mengusung konsep ramah terhadap pejalan kaki, sehingga kebutuhan pejalan kaki sangat dihormati, lebih dari pembawa kendaraan  termasuk bagi kaum disabilitas. 

Dimensi jalur pedestrian yang besar, dengan permukaan yang sangat 'smooth' dan disertai rambu-rambu yang jelas (walau memakai tulisan kanji) sangat membantu pejalan kaki. Tokyo sebagai kota padat membuat pemerintah Jepang "mengharuskan" warganya untuk berjalan kaki. Lewat pembangunan insfrastruktur transportasi umum yang sangat mumpuni, sehinggamemang lebih nyaman dengan berjalan kaki, dan biayanya pun jauh lebih murah dibanding dengan membeli bensin, ditambah lagi karena Tokyo memang sangat aman.

Warganya pun sangat ramah dan menerima wisatawan dengan baik, apalagi kaum disabilitas. Selama aku di sana beberapa kali, mereka sangat 'merangkul' aku. Dengan selalu memberikan tempat dan menjagaku. Bahkan selalu siap menolongku jika aku berada dalam kesulitan.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
***

Jarak tempuh sekitar 20 menit pun tidak terasa. Dengan membaca Google Map di ponselku, aku sering berbelok bukan yang harusnya aku lalui untuk mencari jalanan yang lain. Tujuannya memang hanya ingin survei dan  memotret banyak detail yang aku butuhkan, sampai akhirnya aku bingung sendiri karena terlalu banyak yang harus aku rekam dalam kameraku atau dalam otakku, hihihi.

Bangunan-bangunan di Ryogoku, mungkin hanya belasan lantai. Sebagian besar merupakan daerah pemukiman berbentuk apartemen. Sebagian lagi merupakan bangunan umum, perkantoran, tourisme centre, museum, sekolah dan fasilitas untuk warga.

Bangunan apartemen di sana sangat kecil dan mungil. Desainnya benar-benar modern Jepang. Banyak bangunan menggunakan material arsitektural yang presisi dan cantik. Sangat minimalis dengan warna-warna natural. Pokoknya benar-benar sesuai dengagn bayanganku, ketika aku masih kuliah dan belajar tentang bangunan di Jepang melalui buku.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Sepanjang perjalanan banyak terdapat minimart yang bisa memberikan kenyamanan untukku. Untuk ke toilet atau mencari snack dan minuman dan menikmatinya selama dalam perjalanan, diatas kursi roda.

Sudah mulai capek, aku berbelok kearah sekolah Michelle, Meisei School. Berada di jalan kecil, sekolah ini merupakan cabang dari pusatnya yang berada di Distrik Chiba. Tetapi justru dengan posisinya di jalan kecil inilah yang nyaman untuk belajar. Dikelilingi apartemen membuat daerah itu nyaman untuk belajar. Dan Michelle sudah menjadikan Meisei School sebagai awal dari hidupnya di Jepang, untuk rencannya kuliah dan bertempat tinggal disana.

Sebelumnya :

"Ryogoku", Dunia Pesumo Sejati Jepang

Travelling di Jepang adalah 70% Kereta

Dari Kinshicho ke Funahabashi Hoten
Mencoba Berbagai Moda Transportasi Keliling Tokyo

Sendirian, Keliling Tokyo Hanya dengan Kursi Roda 'Ajaibku'

Funabashi, "Kota Belanja" untuk Turis yang Tidak Siap dengan Harga Mahal Jepang

Funabashi, Konsep Kota Ideal 

Beranjak ke Kota Funabashi

Bukan Sekedar Berkuda di Funabashi Hoten

"Aku Ingin Tinggal di Rumah Nobita, yang Ada Doraemon", dan [Hampir] Menjadi Kenyataan

"Negeri Impian" Funabashi Hoten 

Sekali Lagi, Mengapa Funabashi Hoten?

'Funabashi-Hoten', Kota Kecil Awal Sebuah Kemandirian

Denyut Kehidupan di Nishi Funabashi sebagai "Kota Transit"

Awal Perjuangan untuk Menaklukan Jepang di Nishi Funabashi

'Nishi Funabashi', Sebuah Kota Kecil Tempat Hatiku Berlabuh

Mengapa Chiba?

Sebuah Negara dari 'Antah Berantah' dengan Bahasa dan Tulisan Cacingnya, Duniaku yang Baru .....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun