Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

70 Persen Liburan di Jepang Banyak Dihabiskan dengan Menggunakan Kereta

12 Februari 2018   10:49 Diperbarui: 12 Februari 2018   10:54 1223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://www.angloitalianfollowus.com

Kereta di Jepang sangat bersih, rapih dan nyaman, senyaman pesawat terbang .....

Traveling di Jepang, kita pasti menghabiskan 70% waktu bertransportasi adalah di dalam kereta. Seperti pada artikel2ku sebelumnya, kereta merupakan salah sati transportasi yang termurah, cepat dan nyaman, dibandingkan dengan jenis transportasi yang lain.

Jepang benar2 membangun sistim transporatsi kereta nya luar biasa! Dengan belasan (mungkin puluhan) jalur kereta (line), warga Jepang pun harus belajar dahulu untuk menuju ke sebuah tempat, jika mereka belum pernah ketempat itu. Mereka akan hafal untuk pindah2 kereta dan stasiun, jika mereka hidup dalam rutinitas nya.

Itu adalah warga Jepang, dengan kehidupan rutinitasnya, dan dengan bahasa serta tulisan cacingnya. Lau bagaimana dengan pendatang bahkan bagaimana dengan wisatawannya?

Tentu mereka harus serius mempelajarinya. Bukan hanya sistim transportasi keretanya, juga harus belajar untuk tahu tempat (karena nama tempat atau stasiunya pun susah untuk dilafalkan). Termasuk belajar untuk berkomunikasi, jika kita kesasar. Karena Jepang adalah salah satu Negara yang begitu bangga dengan bahasanya, serta porensi2 lokalnya, sehingga sebagian besar warga Jepang tidak mengert bahasa Inggris, termasuk petugas2 pemerintahannya.

Japan Railways (JR)

www.tripzilla.id
www.tripzilla.id
Jalur JR (Japan Railway) East Lines di Tokyo, begitu rumit. Belum lagi jalur2 di luar JR ini. Ada belasan bahkan puluhan jalur swasta, yang menghubungan banyak distrik dan area di Tokyo, yang tidak terhubung dengan jalur JR ini .....

***

JR East Company( Higashi-Nippon Ryokaku Tetsud Kabushiki-gaisha)adalah perusahaan penyedia jasa perkereta, berbasis kereta listrik (KRL) dan Shinkansen, terbesar di dunia. Sebagian, armada KRL ini dihibahkan kepada PT KAI Indonesia.(Wikipedia)

JR merupakan cara terbaik untuk menikmati sistim transportasi di Jepang, khususnya di Tokyo. Selain memang nyaman, JR juga sebuah sistim transportasi kereta termurah, ataupun jika dibandingkan dengan kereta di Indonesia, berlipat kali harganya.

Jalur besarnya, seperti sungai utamanya. Ada anak2 sungai, atau jalur yang kecil2, mungkin kita harus berpindah kereta untuk masuk ke distrik2 kecil di Tokyo. Konsep sistemnya hamper sama dengan konsep sistim MRT kereta dinegara lain, hanya saja tergantung dengan bentuk kotanya.

Posisi atau lokasi kereta2 JR berada di atas tanah atau melintasi jembatan yang khusus dibangun untuk kereta JR. Sistim yang cukup muris sebenarnya bias diatas dengan mempelajarnya sebelum kita terjun ke lapangan Jepang.

Dan karena JR berada di atas tanah atau di atas jalur ketera jembatan, kita akan merasa nyaman dengan melihat2 pemandangagn kota, dimana kereta itu melintas. Berbeda dengan sistim tansportasi subway, kereta dibawah tanah. Dimana banyak orang merasa "tertekan", karena kegelapan disekitar kereta.

Jalur JR tidak mencakup jalur Metro Subway. Pengoperasiannya berbeda, jalurnya berbeda (subway dibawah tanah), tetapi sistim nya sama serta justru saling melengkapi. Sistim koordinasinya pun luar biasa!

Kereta2 di Jepang, baik diatas tanah atau dibawah tanah, antara kereta dan peron selalu mempunyai jarak sekitar 20 cm, dengan ketinggian atau level yang berbeda2, tergantung dengan desain ketinggian peron masing2 stasiun. Dimana dengan perbedaan jarak dan ketinggian, bagi penyndang disabilitas, terutama pemakai kursi roda, tentu butuh bantuan, salah satunya dengan "ramp mobile".

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Beginilah aku travelling di Jepang. Sendirian, bermodalkan tulisan kanji dari Michelle untuk bantuan "mobile ramp" naik dan turun kereta ......

Sementara ini, sistim desain kereta belum ada seperti sistim lift untuk mengangkat kursi roda dari jalan masuk ke bus kota. Semoga sistim deain perkeretaan di Jepang bias memikirkan sesuatu tanpa harus menyusahkan petugas stasiun untuk membawa "ramp mobile", untuk mengantar dan menjemput kaum disabilitas, seperti aku.

Ditambah lagi, untuk meminta tolong antar (dari stasiun asal) dan jemput (dari stasiun tujuan), butuh komunikasi. Dimana hamper semua warga Jepang tidak bias berbahasa Inggris, karena mereka sangat bangga dengan bahasa mereka sendiri. Sehingga, tidak mudah untuk meminta bantuan, karena mereka tidak mengerti apa yang kita ucapkan dalam bahasa Inggris. Bahkan jika kita melafalkan nama stasiun tujuan kita pun, mereka tidak mengerti!

Selain itu, bagi disabilitas pemakai kursi roda atau lanjut usia dengan tongkat, untuk turun atau naik kereta, butuh waktu lebih lama dari warga yang sehat, itu sangat membahayakan, ketika pintu elektrik harus tertutup kurang dari 1 menit. Jadi, masinis kereta harus tahu, bahwa ada penyandang disabilitas di kereta, sehingga dia berhati2 dan memastikan bahwa pintu kereta masih terbuka untuk kesempatan yang lebih lama.

Jangan lupa, bahwa kereta2 di Jepang, khususnya JR Line, adalah kereta yang panjang. Mungkin sampai belasan gerbong, jadi masinis mereka tidak akan melihat di ujung belakang keretanya! Dan keamanan dan kenyamanan sistim transportasi, terutama kereta di Jepang, sangat baik!

------------------------------------------------------

Aku pernah sangat percaya diri ketika hari pertama aku harus berjalan sendiri jam 10.00 pagi karena Michelle harus berangkat jam 8.00 pagi untuk kuliah. Dengan PD nya, aku berjalan ke stasiun untuk ke Funabashi.

Sampai stasiun Funabashi Hoten, aku ke kantor stasiun untuk meminta bantuan petugas stasiun membawakan "ramp mobile" dan dijemput di Funabashi. Aku melafalkan "F U N A B A S H I", sebaik2ny, tetapi apa yang terjadi?

Hihihi ..... petugas itu tidak mengerti! Bahkan ketika temannya mencoba mendengarkan kata2ku, dia pun tidak mengerti! Astaga! Sampai aku bingung, bagaimana cara aku minta tolong, ya?

Untung, otakkku masih bener. Aku LINE Michelle untuk menuliskan kanji mau minta tolong jemput di Funabashi. Dan setelah tulisan kanjinya dikirim, langsung aku tunjukkan kepada petugas stasiun. Begitu juga pulangnya, minta djemput ke Funabashi Hoten.

 

dokumen pribadi
dokumen pribadi

Daaannn ...... wajah mereka langsung berseri2, membaca tulisan kanji dari Michelle. Dan ketika dia melafalkan "F U N A B A S H I", hihihi ...... memang berbeda dengan lafalku, turis dari Indonesia ..... Setelah itu, setiap hari pagi2 sebelum Michelle berangkat kuliah, aku selalu minta dituliskan mau kemana untuk langsung ditunjukkan kepada petugas stasiun ..... 

------------------------------------------------------

 

Selain JR, ada beberapa perusahaan perkeretaan Jepang, baik dari pemerinta dan swasta. Tetapi yang terbesar adalah JR ini. Dan semua sistim kereta di Tokyo (mungkin juga seluruh Jepang), akan berhenti jam 1.00 tengah malam, dan beroperasi lagi jam 5.00 subuh.

Makanya, Michelle bekerja yang di Ichiran Ramen di Asakusa, dia harus bergegas untuk mengejar kereka malam. Tugasnya selesai jam 11.00 malam, beberes, dan berjalan bergegas mengejar kereka dari Asakusa sampai Nishi Funabashi, dan dari Nishi Funabashi ke Funabashi Hoten.

Sebuah perjuangan yang tidak gampang, berlari, menunggu keeta sampai berjalan jauh dari Resto Ichiran Ramen ke stasiun, dan dari stasiun Funabashi Hoten ke apartemennya ......

***

Cerita tentang kereta di Jepang dan kenyamanannya memang tidak akan ada habis2nya. Karena kita bias banyak belajar dari sana, untuk diterapkan di Indonesia. Bahkan, kita juga harus belajar "bagaimana kita mencinai tanah tumpah darah Indonesia", lewat "kesombongan2" kita tentang apa yang kita punya. Bukan justru menjadikan negara kita adalah "negara kesekian", lewat konsep pembangunan berkesinambungan yang terkoordinasi, dalam banyak hal .....

Sebelumnya :

 Dari Kinshicho ke Funahabashi Hoten
Mencoba Berbagai Moda Transportasi Keliling Tokyo

Sendirian, Keliling Tokyo Hanya dengan Kursi Roda 'Ajaibku'

Funabashi, "Kota Belanja" untuk Turis yang Tidak Siap dengan Harga Mahal Jepang

Funabashi, Konsep Kota Ideal 

Beranjak ke Kota Funabashi

Bukan Sekedar Berkuda di Funabashi Hoten

"Aku Ingin Tinggal di Rumah Nobita, yang Ada Doraemon", dan [Hampir] Menjadi Kenyataan

"Negeri Impian" Funabashi Hoten 

Sekali Lagi, Mengapa Funabashi Hoten?

'Funabashi-Hoten', Kota Kecil Awal Sebuah Kemandirian

Denyut Kehidupan di Nishi Funabashi sebagai "Kota Transit"

Awal Perjuangan untuk Menaklukan Jepang di Nishi Funabashi

'Nishi Funabashi', Sebuah Kota Kecil Tempat Hatiku Berlabuh

Mengapa Chiba?

Sebuah Negara dari 'Antah Berantah' dengan Bahasa dan Tulisan Cacingnya, Duniaku yang Baru .....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun