Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pedestrian untuk Disabilitas Tanpa Diskriminasi

11 Juli 2017   11:50 Diperbarui: 11 Juli 2017   11:57 1398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Foto diatas, biasanya pedestrian di jalur2 kota tetapi untuk lingkungan .....

 Material pedestrian 

Sebisa mungkin dan seharusnya, pedestrian memakai con-block. Karena pedestrian masuk kedalam kategori 'penghijauan', dimana pedestrian adalah 'jalan setapak' bagi masyarakat disekitarnya. Jika pedestrian masuk ke dalam kategori penghijauan, maka dari itu haruslah bisa menyerap air dari permukaan. Seperti air hujan.

Walau demikian, pedestrian juga harus mampu menglirkan air hujan yang banyak (hujan deras), atau air2 yang ada disana. Sehingga, pedestrian mempunyai saluran air, yang biasanya terdapat di antara jalur pedestrian dan jalur jalan kendaraan, tergantung dari konsep masing2 kota.

Meterial pedestrian yang baik dan mampu membuat sebuah kota sebagai "ramah" dalam segala hal, bukan hanya sekedar con-block yang ada, tetapi harus memperhatikan tekstur2 sesuai dengan fungsinya.

Tekstur adalah untuk menghindari licin jika hujan, karena tekstur akan membuat pedestrian agak 'kasar', dan mampu menghindari celaka, jika con-block bertekstur licin.Apalagi con-block khusus berwarna, dengan tekstrur yang juga khusus untuk disabilitas netra, supaya tongkat mereka mampu menjadi 'mata' bagi disabilitas netra. ">


Jalur khusus kuning (atau warna2 yang lain) untuk disabilitas netra, dengan posisi yang aman 

">

 


 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun