Mohon tunggu...
Christiano Rachman
Christiano Rachman Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Murid Kelas XI SMA Kristen IPEKA Balikpapan

Pelajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pengaruh Persatuan dan Perjuangan Kooperatif Rakyat Indonesia dalam Perlawanan Jepang untuk Kemerdekaan Bangsa Indonesia

24 Maret 2023   09:51 Diperbarui: 24 Maret 2023   21:02 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, persatuan adalah suatu gabungan (kumpulan) dan beberapa bagian yang bersatu. Jika dikaitkan dengan persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia, sudah banyak jenis persatuan yang dilakukan dan terbentuk sebelum dari kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tujuan mereka tentunya ingin terbebas dari penjajah. Namun, persatuan mereka masih terbagi atas dua yaitu persatuan secara daerah dan persatuan secara nasional. Persatuan di daerah, hanya berpusat untuk membebaskan diri dari penjajah. Sedangkan secara nasional, bertujuan membebaskan seluruh wilayah dari penjajahan. Pada akhirnya, mereka semua bersatu dan berjuang dalam memperjuangkan kemerdekaan Bangsa Indonesia. Dari artikel ini, ditemukan rumusan masalah yaitu apakah persatuan yang dilakukan Indonesia hingga tindakan kooperatif demi perlawanan Jepang bisa memerdekakan bangsa Indonesia. Rumusan ini yang akan dijawab oleh penulis pada artikel, dengan tujuan untuk mengetahui apakah memang persatuan yang dilakukan Indonesia hingga tindakan kooperatif demi perlawanan Jepang bisa memerdekakan bangsa Indonesia.

Setelah kurang lebih tiga abad Belanda menguasai Indonesia, Belanda harus meninggalkan Indonesia karena kalah dari Jepang. Hal ini tentunya mengejutkan, mengingat Jepang baru saja memulai perang dengan menyerang Pangkalan AS Pearl Harbor pada tanggal 7 Desember 1941. Dalam waktu satu bulan kemudian pada tanggal 12 Januari 1942, Jepang berhasil memasuki Indonesia melalui wilayah Kalimantan Timur, Tarakan. Diikuti setelahnya Balikpapan, Ambon, wilayah Sumatra, hingga ke Jawa. Masuknya Jepang ke Indonesia, semakin membuat pihak Belanda tertekan dan tidak mampu melawan perlawanan Jepang. Akhirnya 8 Maret 1941 Jenderal Ter Poorten atas nama komandan pasukan Belanda, memutuskan untuk menyerah dan memberikan Jepang kehendak untuk berada di Indonesia (Anik, 2020).

Hanya dalam waktu 3 bulan saja, Indonesia bisa dikuasai oleh Jepang. Tentunya, waktu tersebut merupakan waktu yang sangat cepat, dibandingkan dengan Belanda. Jepang dengan mudah melakukan ini karena rakyat Indonesia sudah terlebih dahulu menyambut kedatangan Jepang. Rakyat Indonesia menganggap bahwa Jepang adalah “Saudara Tua” dan dapat membebaskan mereka dari penjajahan Belanda. Selain itu, Jepang melakukan propaganda dengan membebaskan Indonesia dari Belanda dan memajukan rakyat Indonesia. Salah satu gerakan yang dibentuk yaitu Gerakan 3A (Nippon Cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia, dan Nippon Pemimpin Asia). Setelah secara resmi mengusir Belanda dari Indonesia, Jepang mulai merombak ulang seluruh pemerintahan. Dimulai dari pemerintahan militer, lalu diperkuat dengan pemerintahan sipil. Pemerintahan ini tentunya memiliki tujuan agar semua rakyat Indonesia tetap mempertahankan kepercayaan dan kesetiaan mereka kepada Jepang.

Pada tanggal 28 Maret 1942, Jepang membentuk suatu organisasi sosial kemasyarakatan yaitu gerakan yaitu gerakan Tiga A (Nippon Cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia, dan Nippon Pemimpin Asia). Jepang menginginkan agar gerakan ini menjadi wadah propaganda mereka dan menguatkan kepercayaan rakyat. Namun, gerakan ini akhirnya bubar pada Desember 1942 dikarenakan kurangnya minat rakyat Indonesia mengikuti gerakan tersebut. Jepang yang tidak habis pikiran, mulai membentuk organisasi yang lain. Organisasi ini dinamakan Pusat Tenaga Rakyat (Putra). Organisasi ini dipimpin oleh beberapa tokoh nasional. Diantaranya Ir Soekarno, Mohammad Hatta, Ki Hadjar Dewantara, dan KH Mas Mansyur. Organisasi ini memiliki tugas untuk membangun dan menata ulang seluruh wilayah Indonesia yang terdampak perang, tapi organisasi ini tetap memiliki tujuan sebagai propaganda dari Jepang. Namun, Jepang akhirnya membubarkan organisasi ini pada tahun 1944 dikarenakan rakyat Indonesia yang mengikuti organisasi tersebut, melakukan persiapan-persiapan kemerdekaan. Organisasi ini juga dianggap sangat menguntungkan rakyat Indonesia, yang dimana sangat bertentangan dengan tujuan organisasi.

Setelah membubarkan Putra, Jepang memutuskan untuk membentuk organisasi Fujinkai. Fujinkai diikuti oleh kaum perempuan, dimana mereka akan bertugas memasak, bercocok tanam, melakukan pertolongan pertama, hingga diberikan latihan militer sederhana. Hal ini kembali dianggap sebagai kesempatan emas Indonesia karena bisa mendapatkan banyak pelajaran dari Jepang. Selain organisasi-organisasi yang bersifat sosial, Jepang juga membentuk organisasi semi militer. Dimulai dari Seinendan yang berisi pemuda 14-22 tahun. Mereka akan dipersiapkan sebagai cadangan perang, sehingga akan mendapatkan pelatihan untuk berperang. Selain itu, juga ada organisasi Keibodan yang berfungsi sebagai pembantu tugas polisi. Mereka akan kembali diberikan program atau latihan khusus dalam mempersiapkan tugas mereka. Jepang juga membentuk suatu barisan pelopor, dimana diharapkan rakyat Indonesia memiliki kesadaran yang besar untuk tanah air dan membantu Jepang ketika melakukan perang. Tentunya, rakyat Indonesia kembali mendapatkan banyak pelajaran dan latihan militer. Terakhir, Jepang juga membentuk organisasi militer yang dinamakan Peta. Peta akan bertugas untuk mempertahankan negara Indonesia dari serangan sekutu.

Jika kita melihat kembali, Jepang telah banyak membentuk organisasi-organisasi yang bisa diikuti rakyat. Tujuan organisasi tersebut harusnya bisa mengajak rakyat Indonesia untuk semakin percaya dan mengikuti Jepang. Tapi, nyatanya organisasi-organisasi tersebut telah menyiapkan mental rakyat Indonesia untuk mempersiapkan kemerdekaan Negara Indonesia. Tidak hanya mempersiapkan mental, rakyat Indonesia terus menyadari bahwa Jepang mulai menindas dan menyiksa rakyat Indonesia. Hal itu dibuktikan dengan penderitaan petani dikarenakan hasil pertaniannya yang diserahkan ke Jepang dan dijual sesuai dengan harga yang ditentukan Jepang. Selain itu, pendidikan Indonesia mengalami kemerosotan dikarenakan Jepang lebih berfokus pada kemiliteran dan pertahanan. Terakhir, Jepang melaksanakan kebijakan romusha atau kerja paksa, dimana mereka dipaksa untuk bekerja apa saja tanpa digaji. Selain itu, kesehatan mereka semakin tidak terurus, mengalami kelaparan, hingga akhirnya mati akibat kerja paksa tersebut (Lestariningsih & Sardiman, 2017).

Penderitaan-penderitaan yang ada, semakin meningkatkan kesadaran rakyat Indonesia untuk kembali berperang. Perang-perang inilah yang menjadi dasar perlawanan rakyat Indonesia untuk bisa mencapai kemerdekaan. Pada 10 November 1942, rakyat Aceh memutuskan untuk melakukan peperangan dengan Jepang dikarenakan sudah banyak melakukan tindakan yang menyiksa mereka. Peperangan tersebut berlangsung hingga beberapa kali dan membuat salah satu tokoh bernama Abdul Djalil Cot gugur. Rakyat Singaparna juga melakukan perlawanan akibat tindakan Jepang. Kiai Zainal Mustafa lah orang yang mengusulkan pertempuran tersebut. Ketika Jepang mengetahui hal tersebut, mereka sempat mencoba bernegosiasi tapi gagal. Pertempuran pun terjadi dan membuat Kiai Zainal Mustafa ditangkap oleh Jepang. Perlawanan juga terjadi di Indramayu, dimana rakyat yang benar-benar muak dengan sikap Jepang terhadap mereka. Perlawanan tersebut berlangsung beberapa kali yang diawali pada April 1944. Namun, rakyat kembali gagal karena Jepang dianggap terlalu kuat. 

Perlawanan di Kalimantan juga terjadi, dimana dipimpin oleh pemimpin Suku Dayak. Perang mereka dilakukan dengan taktik perang gerilya, tapi sayangnya perlawanan ini mengalami kegagalan karena banyaknya mata-mata Jepang yang berada di kawasan tempat tinggal mereka dan membunuh beberapa warga. Selain perlawanan daerah, terdapat juga perlawanan dari organisasi bentukkan Jepang yaitu PETA. Komandan PETA yaitu Supriyadi pun menyadari bahwa Jepang telah menindas rakyat, sehingga mereka melakukan pemberontakan. Jepang tentunya tidak tinggal diam, sehingga mulai menangkap dan mengadili orang yang terlibat dalam pemberontakan tersebut. Hingga sekarang, Supriyadi pun tidak jelas keberadaannya dan dianggap meninggal.

Peperangan dan perlawanan tentunya tidak hanya melalui rakyat, tetapi juga melalui beberapa tokoh-tokoh nasional. Tetapi, tokoh-tokoh nasional tersebut melakukannya dengan cara yang kooperatif. Kooperatif berarti perlawanan yang berlangsung secara kerjasama dengan pihak Jepang. Kembali kita ingat bahwa terdapat beberapa tokoh-tokoh nasional yang terlibat dan ikut di dalam organisasi buatan Jepang. Tokoh nasional tersebut yaitu Organisasi Putra Tenaga Rakyat (Putra), dimana Ir Soekarno, Mohammad Hatta, Ki Hadjar Dewantara, dan KH Mas Mansyur menjadi pimpinan organisasi tersebut. Di dalam organisasi ini, kesempatan emas muncul dimana para tokoh-tokoh nasional bisa melakukan perjuangan kemerdekaan secara kooperatif. Ir Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta merupakan dua tokoh yang sudah terlebih dahulu mengenal Jepang, jauh sebelum mereka datang ke Indonesia. Berdasarkan tulisan dari Museum Perumusan Naskah Proklamasi pada tahun 2014, ketika Jepang mengajak Hatta menjadi penasihat mereka, maka Hatta tidak menolak tersebut. Hatta tidak dapat menolak tawaran tersebut karena akan menyebabkan dirinya dihukum oleh Jepang. Oleh karena itu, ketika Hatta menjadi penasihat, Dia dan tokoh nasional lainnya melakukan kerja sama dan membentuk kekuatan rakyat. Sebenarnya, terdapat perbedaan pendapat antara Soekarno dan Hatta dimana Soekarno yakin bahwa Jepang akan memenangkan perang, tetapi Hatta memiliki keyakinan bahwa Jepang akan kalah dari perang tersebut. Dengan perbedaan tersebut, tetap tidak mematahkan tujuan mereka berdua yaitu memajukan dan menggerakan rakyat untuk kemerdekaan Indonesia. Hatta pun juga memanfaatkan beberapa organisasi untuk menjadi keluh kesah rakyat. Melalui itu, Hatta akan menyampaikan usulan tersebut menggunakan bahasa yang berbeda ke pemerintah Jepang. Hatta yakin hal tersebut akan benar-benar bermanfaat bagi bangsa Indonesia.

Pada Agustus 1944, kondisi Jepang semakin buruk karena sekutu yang mulai membalas perbuatan dari Jepang. Pada akhirnya, untuk mempertahankan kepercayaan rakyat Indonesia, dikeluarkanlah janji kemerdekaan Indonesia di Tokyo, 7 September 1944. Dengan hal itu, maka dimulailah persiapan kemerdekaan Indonesia dengan pembentukan BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan) pada tanggal 1 Maret 1945. Melalui sidang pertama di 29 Mei - 2 Juni 1945 dan sidang kedua di 10 - 17 Juli 1945, telah dibentuk rumusan dasar negara, rancangan Undang-Undang Dasar (UUD), dan panitia kecil. Pada tanggal 6 Agustus 1945, bom atom pertama dijatuhkan di Kota Hiroshima dan bom atom kedua dijatuhkan pada tanggal 9 Agustus 1945 di Kota Nagasaki. Kedua bom atom tersebut, telah membuat kehancuran besar bagi Negara Jepang. Pada tanggal 7 Agustus 1945, Soekarno, Hatta, dan Radjiman dipanggil untuk bertemu Jenderal Terauchi. Di sana, dibentuklah kembali organisasi PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia). 

Seminggu kemudian, pada tanggal 15 Agustus 1945, Kaisar Jepang, Kaisar Hirohito mengumumkan bahwa Jepang menyerang dengan sekutu tanpa syarat. Pada masa-masa inilah para tokoh nasional berusaha mencari informasi dari luar negeri. Mereka pun akhirnya berhasil mendapat radio dan dengan segera mengetahui bahwa Jepang telah menyerah. Setelah pengumuman menyerahnya Jepang, maka Jepang otomatis tidak akan memiliki kekuasaan lagi ke Indonesia dan harus kembali ke negara mereka yaitu Jepang. Hal itu diikat kembali melalui status quo Jepang. Pada masa inilah, Indonesia berada di masa vacuum of power, dimana kekuasaan berada di tangan rakyat (Goto, 1996).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun