Mohon tunggu...
C.H.R.I.S.  (Paknethole)
C.H.R.I.S. (Paknethole) Mohon Tunggu... Bapakne cah-cah -

Kiranglangkungipun Nyuwun Agunging Samudra Pangaksami.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Penulis Fiksi Tenar Pun "Menghindari" Sebagai "Aku"

20 Agustus 2012   17:33 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:30 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Bagi Anda pecinta karya fiksi tentu pernah menemui karya-karya hebat yang katakanlah fenomenal. Atau bisa jadi Anda juga dianggap menjadi salah satu bagian di antara penciptanya. Namun di luar subyektifitas penilaian bagus atau tidaknya sebuah karya fiksi, pernahkah kita tergelitik mengamati bahwa sebagian besar penulisnya "hanya" mengambil bagian sebagai "orang ketiga", dengan istilah lain ia adalah pencerita yang tidak menjadi bagian dari karyanya. Hal ini terutama terjadi pada kisah panjang atau novel. Meskipun untuk karya semacam cerita pendek pun tetaplah jarang ditemui sosok penulis sebagai "aku", tapi masih ada beberapa dapat kita temui pola itu.

Apa saja novel bagus atau dianggap hebat yang pernah Anda baca? Harry Puter..eh Potter, Twillight, Laskar Pelangi, Negeri 5 Menara, Ayat-ayat cinta? dan pasti banyak lagi. Baik dalam atau luar negeri. Berapa di antaranya yang menempatkan penulisnya sebagai orang pertama? Ada?

Memang, penulis bebas mengambil posisi dalam karya fiksinya. Namun, sepertinya harus jujur diakui bahwa menempatkan diri sebagai "aku" dalam sebuah karya fiksi, apalagi berbentuk cerita panjang/novel bagi seorang penulis adalah kesulitan tersendiri.
Salah satu "tantangan" besar adalah mengatasi kesulitan penyajian yang menuntut tokoh penulis sebagai orang pertama untuk selalu hadir dalam setiap alur cerita. Bagaimanapun caranya, butuh kreatifitas dan keberanian berlebih untuk melakukannya, maka itu banyak yang secara sadar atau tidak cenderung untuk tak memilihnya, bahkan penulis karya fiksi besar sekalipun.

Tentu saja sebagai penikmat kita jarang terlalu jauh mempersoalkan itu. Tapi, bukan berlebihan pula kalau ingin melihat kepiawaian para penulis fiksi menyajikan karyanya, terutama berwujud cerita panjang/novel sebagai "aku" di sana.

Apakah ada di antara Anda memiliki referensi novel bagus yang penulisnya mengambil peran sebagai orang pertama? Karena saya jarang sekali menemuinya. Bahkan, setelah putar memori, saya baru ingat satu saja. Almarhumah Titi Said pernah dengan hebat melakukannya pada novel "Jangan Ambil Nyawaku".

Salam pecinta fiksi.

C.S.
Pernah sih bikin, tapi cuma pendek dan..jelek, wekwekwek:-D

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun