Mohon tunggu...
C.H.R.I.S.  (Paknethole)
C.H.R.I.S. (Paknethole) Mohon Tunggu... Bapakne cah-cah -

Kiranglangkungipun Nyuwun Agunging Samudra Pangaksami.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menyayangi Tanpa Memanjakan

20 Desember 2011   02:06 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:01 1063
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

[caption id="attachment_150000" align="aligncenter" width="400" caption="from google"][/caption] Sebuah pernyataan tegas akan saya kemukakan dalam pembuka tulisan ini. Yaitu bahwa Saya tidak ingin sok berperilaku sebagai seorang ahli dalam hal mendidik anak, sehingga bukan ingin merasa lebih pandai dari rekan-rekan sekalian, apalagi menyetarakan diri dengan tokoh-tokoh yang telah lama berkecimpung dalam pendidikan anak baik formal dari segi keilmuan ataupun pengalaman. Yang jelas, Saya hanya ingin berbagi, siapa tahu pola pikir kita sama, atau jika berbeda mudah-mudahan bisa saling melengkapi dan menguatkan. Semua agar kita lebih bijaksana dalam mendidik anak-anak kita. Saya pikir, itulah gunanya sharing and connecting. Tema mendidik anak di sini akan Saya batasi dalam hal menyikapi permintaan anak-anak kita. Permintaan yang didasari dari keinginan anak akan sebuah hal, seringkali disikapi dengan cara berbeda oleh masing-masing orang tua. Inti sikap itu adalah menolak atau menuruti/memberikan. Tentu saja tak semua keinginan anak harus dituruti ataupun ditolak. Apapun sikap kita, seyoyganya tetap menanamkan kedewasaan bertindak dan berpikir kepada anak-anak. Dalam hal kita memilih menolak, alangkah baiknya penolakan kita itu dengan cara yang dapat diterima dan dimengerti anak kita sesuai dengan tingkatan umur psikologisnya. Demikian juga ketika kita menurutinya, sejauh mungkin kita usahakan agar sikap kita itu tidak menjurus ke arah memanjakannya. Alangkah baiknya jika Saya berikan contoh sederhana. Jika anak kita yang masih usia SMP berkeinginan memiliki sepeda motor. Idealnya memang permintaan itu seharusnya kita tolak. Cara penolakan kita pun harus bijak, jangan sampai penolakan kita itu ditangkap oleh anak kita sebagai sikap orang tua yang tidak menyayangi anaknya, sehingga si anak mengalami frustasi yang berakibat kurang baik dalam perkembangan mentalnya. Komunikasi, itu mungkin istilah yang lebih mendekati. Yaitu bagaimana caranya kita memberikan pengertian pada anak kita. Satu hal yang perlu digarisbawahi adalah jangan menolak dengan alasan kebohongan. Misalnya ketika menolak si anak usia SMP tersebut untuk dibelikan sepeda motor. Jangan beralasan belum memiliki uang jika sebenarnya kita secara materi tersedia, karena si anak akan salah paham karenanya. Jika kenyataannya dana untuk membeli sepeda motor itu memang belum ada, janganlah alasan itu saja yang diberikan, demikian juga ketika secara dana, kita ada.  Alangkah baiknya sertakan pengertian bahwa anak seumur SMP belum layak untuk mengendarai sepeda motor, misalnya karena belum bisa mendapatkan SIM, nanti ditilang Polisi dan lain-lain. Demikian juga ketika permintaan anak itu memang berguna dan dia layak mendapatkannya, apalagi secara materi kitapun sudah tersedia. Menuruti permintaan mereka sudah menjadi sikap yang wajar bagi kita. Namun tetap saja perlu kita ingat agar sikap itu tidak menjadikan kita memanjakan anak. Apalagi jika tiap permintaan mereka, sebagus dan seberguna apapun keinginan itu, selalu kita penuhi dengan segera, maka jebakan untuk memanjakan itu ada didepan mata. Di sinilah sebenarnya kesempatan kita juga untuk memberikan pengertian kepada anak, bahwa segala sesuatu yang kita inginkan, meski hal yang berguna sekalipun, seringkali membutuhkan kesabaran dan perjuangan untuk mendapatkannya. Contoh mudahnya Saya sendiri (sorry, bukan hendak narsis), dahulu waktu Saya SD, untuk meminta uang kepada ayah saya untuk membayar SPP sekolah pun seringkali tidak langsung diberikan. Padahal itu jelas wajib dan berguna kan? Ayah Saya tidak pernah menolaknya, namun juga tidak begitu mudah memberikannya. Untuk memperoleh uang dalam ratusan rupiah saat itu, Saya harus membersihkan bak mandi sebesar kurang lebih 6-7 m3 dan mengisinya penuh dengan cara menimba air dari sumur kami yang dalamnya duapuluh meteran (belum ada pompa air saat itu). Lumayan berjuang kan? Anak SD loh? Keinginan anak memang tak melulu selalu berbentuk barang ataupun materi. Yang jelas, semua keinginan itu layak kita sikapi dengan bijak ketika hendak menolak ataupun menurutinya, sertakan sikap mendewasakan di dalamnya. Memang waktu terus berjalan, jaman terus berkembang sehingga tantangan kita sebagai orang tua dalam menyikapi permintaan anak menjadi semakin berat. Banyak godaan orang tua untuk bersikap menyederhanakan masalah sehingga seringkali si anak merasa tidak disayangi saat keinginannya ditolak dan merasa nyaman saat setiap keinginannya dituruti (dimanjakan). Tak heran saat seringkali kita melihat anak-anak ABG kebut-kebutan di jalan dengan sepeda motor terbaru bahkan beberapa dengan mobil-mobil terbaru, padahal secara umur mereka belum saatnya menggunakan. Ada pula sering kita mendengar anak-anak yang frustasi karena keinginannya tidak dipenuhi/ditolak orang tua tanpa usaha menanamkan pengertian padanya. Sesibuk apapun, sesulit apapun kita sebagai orang tua tetaplah harus berusaha menyikapi permintaan anak-anak kita dengan bersedia meski bersusah payah, menanamkan perjuangan dan kedewasaan padanya. Sayangilah anak-anak kita dengan tidak memanjakannya. Semoga kita bisa. Salam bahagia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun