Mohon tunggu...
C.H.R.I.S.  (Paknethole)
C.H.R.I.S. (Paknethole) Mohon Tunggu... Bapakne cah-cah -

Kiranglangkungipun Nyuwun Agunging Samudra Pangaksami.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ponselku Juga Ponselmu, Tapi Repotmu,...Nanti Dulu

14 September 2012   11:16 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:28 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ada kalanya ditemui, atau kita sendiri yang mengalami, ketika istri menggunakan ponsel suami dan sebaliknya suami menggunakan ponsel istri,..berikut nomornya tentu saja. Penyebabnya bisa bermacam-macam. Misalnya salah satu pulsa atau batereinya habis, tertinggal di tempat lain, atau memang antar keduanya telah terbiasa “saling comot”. Tentunya, masing-masing pasangan suami istri memiliki kebiasaan yang telah menjadi “konsensus” yang begitu saja berjalan.

Sekali lagi, kesepakatan atau konsensus yang biasanya tak tertulis itu tentu bisa berbeda-beda, tergantung masing-masing pasangan menerapkannya. Ada yang antar suami istri saja begitu “ketat” menjaga privacy, hanya mentolerir keadaan memaksa, dan ada juga yang fleksibel dan sebebas-bebasnya.Tentu tak bisa diklaim pola manakah yang paling tepat, yang jelas semua pilihan itu harus tetap mengedepankan dan menjaga rasa saling percaya.

Ketika masing-masing memang menginginkan terjaganya privacy, tentu harus dengan pertimbangan yang masuk akal, misalnya terkait pekerjaan atau yang lainnya. Meskipun ketat, jangan sampai menimbulkan kesan “merahasiakan” sesuatu yang membuat pasangan curiga atau tak percaya. Kalaupun kondisi curiga itu terpaksa muncul, harus segera mendapatkan penjelasan yang seterang-seterangnya. Dan yang pasti! Jangan sia-siakan kepercayaan itu,..laah.

Demikian juga, pola fleksibel sebebas-bebasnya yang menjadikan bisa “asal comot” ponsel antar pasangan pun, harus cermat. Karena meskipun hal ini menunjukkan masing-masing terbuka dan saling percaya, namun ada juga ekses yang tidak diharapkan bisa terjadi karena miskomunikasi, demikian juga mengakibatkan sasaran komunikasi yang dituju sering tak tercapai. Karena ada kemungkinan ketika menggunakan ponsel pasangan tersebut, pihak lain yang dituju memperoleh informasi yang kurang lengkap, karena terlupa atau terburu-buru misalnya.

Apapun pola yang kita terapkan, di luar faktor kepercayaan itu, adalah tetap mempertimbangkan efektifitas terhadap sasaran komunikasi dan respon dari pihak yang dituju.

“ Maaf, ini pake hape istriku/suamiku,..sementara nanti infonya ke sini ya..., tapi kalau besok ke nomorku lagi ”

Itu salah satu contoh saja, kita pasti bisa memodifikasinya agar lebih efektif sesuai kondisi.

“Ibu-ibu, nanti sore arisan jam lima. Tempatnya diubah, di rumah Bu Dibyo...”

“ Bu,..ini belanjaannya, kangkung, kol, cabe, bawang,..terus apa lagi? Dianter jam berapa?”

Nah! Yang terakhir ini, nih! Contoh respon dari hasil asal comot ponsel yang kurang efektif. Kalau sebagai suami, kita sedang sibuk meeting, lalu ada pesan (SMS) semacam itu,...wedeeeh,..repot! Meskipun selama ini konsensusnya “ponselku juga ponselmu”, tapi...repotnya? Nanti dulu..., ah.

Salam percaya.

.

.

C.S.

Penginnya,..nggak terima telpon atau pesan saat meeting..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun