Mohon tunggu...
Chrismita Budi L
Chrismita Budi L Mohon Tunggu... -

i'm creating my own constellation

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menyimpan Jagung di Pohon Kelapa, Kearifan Lokal Masyarakat Sumba

11 November 2018   02:55 Diperbarui: 11 November 2018   03:16 1143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat pertama kali mendengar teknik penyimpanan jagung di pohon (di daerah NTT), dahi saya langsung mengkerut, rasa penasaran saya muncul, dan berbagai pertanyaan antri di pikiran saya. Overall, menurut saya itu sangat unik. Saya pun melakukan analisis kualitatif sederhana menggunakan berbagai sumber di internet untuk menjawab rasa penasaran saya.

Jadi di daerah NTT (Nusa Tenggara Timur) khususnya Kabupaten Sumba Timur, terdapat teknik penyimpanan jagung yang unik, namanya "krade". Jagung yang telah dipanen dililit pada sebuah tali sehingga membentuk rantai yang panjang, kemudian di ikatkan melingkar pada sebuah pohon. Dalam satu krade biasanya berisi 60-80 tongkol jagung atau sekitar 35 kg jagung. 

Pohon yang digunakan oleh masyarakat Kabupaten Sumba umumnya adalah pohon kelapa, namun ada juga masyarakat yang menggunakan pohon asam. Untuk itu, dalam satu pohon dapat memuat beberapa krade karena pohon kelapa maupun pohon asam memiliki ketinggian 30-40 meter.

Dokpri
Dokpri
http://baltyra.com/2011/11/17/sumba-nan-eksotik/comment-page-4/
http://baltyra.com/2011/11/17/sumba-nan-eksotik/comment-page-4/
Krade merupakan salah satu kearifan lokal masyarakat Sumba sebagai upaya menjaga ketahanan pangan di Kabupaten Sumba. Dengan teknik penyimpanan krade pada pohon, maka jagung dapat disimpan selama 8-9 bulan. Jagung yang disimpan digunakan sebagai persediaan benih untuk ditanam pada musim tanam selanjutnya, mengingat bahwa daerah Sumba merupakan lahan semi arid (kering) yang hanya dapat ditanami jagung satu kali setahun. 

Selain itu, jagung juga dapat digunakan untuk cadangan makanan saat musim kelaparan tiba atau gagal panen. Kelebihan metode penyimpanan jagung dengan krade yang dililitkan pada pohon adalah benih jagung yang dihasilkan akan memiliki daya tahan yang tinggi, tidak busuk atau rusak meski berada di ruang terbuka terkena hujan atau panas. Ya walaupun tidak 100% seperti itu tapi ini merupakan salah satu cara tradisional untuk melakukan seleksi benih jagung yang bermutu baik.

Namun seiring berkembangnya zaman, teknik ini sudah jarang digunakan oleh masyarakat Sumba karena jagung varietas lokal sudah mulai punah. Jadi jagung yang bisa disimpan dengan cara tersebut hanyalah jagung varietas lokal. Masyarakat setempat pernah mencoba cara tersebut untuk menyimpan jagung hibrida, alhasil mengecewakan, semua jagung menjadi rusak/ busuk karena terserang jamur.

Mungkin akan ada pertanyaan, kenapa pohon kelapa atau pohon asam yang digunakan? Karena, selain tinggi, pohon asam dan pohon kelapa memiliki struktur yang kuat/ kokoh sehingga mampu untuk menyimpan beratus-ratus tongkol jagung, di sisi lain memang populasi pohon kelapa dan pohon asam cukup banyak di pekarangan rumah warga. J

ika dilihat dari foto, pohon yang digunakan pun tidak sembarangan yaitu pohon yang memiliki daun sedikit, entah itu sudah dipangkas atau belum. Kenapa? karena pohon yang memiliki daun sedikit (tidak rimbun) akan mengurangi kelembaban pada pohon sehingga cahaya matahari dapat merata pada batang pohon terutama pada jagung dililit pada batang. Jika kelembaban pada pohon rendah maka potensi jagung untuk terserang jamur akan semakin rendah. 

Bagaimana dengan hama? Tikus misalnya? Untuk pencegahan hama tikus yaitu dengan melilitkan seng pada pohon di bawah susunan jagung terakhir. Usahakan lilitan jagung pada pohon tidak terlalu rendah sehingga tikus susah untuk menjangkau jagung yang disimpan.

Well,

90% rasa penasaran saya sudah terjawab, 10% lainnya ingin saya jawab dengan  mendatangi langsung daerah tersebut. Doakan saja..

Uniknya Indonesiaku...

Adakah kearifan lokal lain berbasis penyimpanan pangan yang unik menurut kompasianer? :)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun