Mohon tunggu...
Christopher lesmana
Christopher lesmana Mohon Tunggu... Atlet - Blogger

Christopherlesmana97@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

55 Tahun G30S: "Tembakan Jitu" CIA yang Berhasil Menjatuhkan Soekarno

2 Oktober 2020   06:55 Diperbarui: 2 Oktober 2020   07:27 1294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Soekarno dan Eisenhower. Sumber: viva.co.id

Sedangkan blok barat yang beranggotakan Amerika Serikat, Inggris dan negara barat lainya berideologikan Kapitalisme dan Liberalisme dimana Soekarno sangat menentang kedua ideologi tersebut karena dianggap memeras rakyat dan menciptakan ketimpangan sosial. Terlebih Uni Soviet berhasil meluluhkan hati Soekarno setelah mereka mengirimkan bantuan berupa dana dan tenaga arsitek untuk membantu melakukan berbagai pembangunan berbagai fasilitas di Jakarta untuk persiapan Asian Games 1962 seperti Hotel Indonesia, Stadion Gelora Bung Karno, dan Istora Senayan sehingga membuat hubungan Soekarno dengan Uni Soviet dan blok timur semakin erat.

Bagi Amerika Serikat, ini adalah sebuah ancaman yang serius dikarenakan jika sampai Indonesia menjadi bagian dari negara Komunis, ini akan mengakibatkan ancaman bagi negara-negara sekutu blok barat lainya seperti Malaysia, Singapura, Filipina dan Australia yang merupakan negara tetangga Indonesia. Selain itu, Amerika Serikat juga akan memikirkan sebuah skenario buruk apabila Amerika Serikat terlibat konflik dengan negara komunis lainya seperti Vietnam, maka Indonesia bisa mengirimkan bantuan prajurit dalam jumlah yang besar yang bisa mengakibatkan konflik berkepanjangan.

Selain itu, posisi Blok Timur juga akan semakin kuat dalam menebarkan pengaruh mereka ke seluruh dunia. Terlebih, Soekarno secara terang-terangan menunjukan ketidaksukaan terhadap Pemerintahan Amerika Serikat yang cenderung “sok berkuasa” dan “penindas”. Bahkan pada tahun 1964, Soekarno mengeluarkan statement pedas terhadap Amerika Serikat dengan kalimat “Go To Hell With Your Aid !” yang jelas menyatakan bahwa Soekarno telah melakukan blacklist terhadap Amerika Serikat. 

Anggota PKI pada Pemilu 1957. Sumber: historia.id
Anggota PKI pada Pemilu 1957. Sumber: historia.id
Semua “paranoid: itulah yang mengakibatkan Amerika Serikat dan CIA-nya berhasrat untuk segera menjatuhkan Soekarno dan dari kekuasaanya. Menurut laporanTim Weiner dalam buku "Membongkar Kegagalan CIA", niat CIA untuk menyingkirkan Sukarno muncul setelah Dewan Keamanan Nasional lembaga intelijen AS itu memberikan sebuah laporan pada 9 September 1953. Dalam laporan tersebut dibeberkan bahwa situasi Indonesia sudah sangat menakutkan bagi Amerika Serikat.

Alasanya adalah Presiden Sukarno yang terlalu memberi angin bagi komunis untuk berkembang di Indonesia. 2 tahun kemudian, ketakutan itu benar-benar terbukti ketika PKI berhasil meraih suara sebesar 16,4 persen dan menempati peringkat keempat dalam Pemilu 1955.

Ini adalah awal kebangkitan kembali PKI di kancah politik Indonesia setelah sempat “mati suri” selama bertahun-tahun lamanya imbas dari Pemberontakan Madiun 1947. Bahkan pada Pemilu 1957-1958,PKI berhasil meraih kesuksesan besar dengan mengungguli PNI (Partai Nasionalis Indonesia) yang merupakan partai dengan kekuatan terkuat pada saat itu. 

Amerika Serikat kemudian mencari berbagai cara dan menyiapkan berbagai “operasi” untuk menjatuhkan Soekarno mulai dari “operasi kecil” hingga “operasi besar”. “Operasi Kecil” tersebut antara lain dengan menciptakan suatu video porno palsu yang wajahnya mirip dengan Presiden Soekarno, hubungan terlarang Soekarno dengan Monroe hingga mengirimkan wanita cantik yang diduga agen CIA ke Istana Negara dan konon yang dimaksud dengan wanita itu adalah Cindy Adams, seorang wartawan Amerika Serikat yang bertugas untuk melakukan wawancara dengan Soekarno.

Lalu bagaimana dengan “operasi besar” ? pemberontakan PRRI/Permesta yang terjadi pada tahun 1957 hingga 1961 adalah bukti bagaimana CIA berperan besar dalam membantu dan mendukung pemberontakan tersebut. Itu dilakukan dengan cara mengirimkan agen-agen CIA untuk menemui pemimpin pemberontakan tersebut dan mengirimkan bantuan-bantuan kemiliteran seperti pelatihan tentara, persenjataan ringan hingga berat dan pesawat tempur B-26. Akan tetapi, segalanya berubah menjadi berantakan ketika pada tanggal 18 Mei 1958, sebuah pesawat diduga milik pihak Permesta ditembak jatuh oleh pilot TNI di daerah perairan dekat Pulau Ambon.

Pilot dan Kopilot tersebut berhasil selamat dan kemudian ditawan oleh pihak TNI dimana identitas pilot tersebut bernama Allan Pope yang merupakan Pilot berkebangsaan Amerika Serikat yang diduga merupakan agen CIA yang dikirim untuk mendukung pihak Permesta. Ini adalah awal dari kegagalan pertama operasi CIA di PRRI/Permesta dan menjadi bukti betapa kacaunya pelaksanaan operasi tersebut.

Berselang 4 tahun kemudian, pemberontakan ini tidak bertahan lama dan segera dipadamkan oleh pihak TNI dan pemerintah Indonesia pada tahun 1961 dimana kedua pemimpin.dari pihak PRRI/Permesta seperti Ventje Sumual dan Ahmad Husein segera menyerah dan ditangkap oleh pihak Indonesia. 

Pilot Allan Pope (kiri) setelah ditangkap. Sumber: historia.id
Pilot Allan Pope (kiri) setelah ditangkap. Sumber: historia.id
Kegagalan operasi tersebut mengakibatkan Amerika Serikat dan CIA harus menunggu waktu yang tepat untuk menjatuhkan Soekarno. Selama 4 tahun mereka mengamati dan mengawasi kondisi perpolitikan Indonesia yang sudah mulai panas dengan persaingan ketat antara Angkatan Darat dengan PKI.

Ketika beberapa perwira Angkatan Darat seperti Jenderal Ahmad Yani, Benny Moerdani, dan Ahmad Soekendro disekolahkan di Amerika Serikat untuk mengikuti pelatihan, disitu mereka berhasil menemukan persamaan pandangan terhadap eksistensi Komunisme yakni sama-sama menentang dan mewaspadai terhadap berbagai pergerakan PKI. Itulah yang menjadi faktor bagaimana elemen Angkatan Darat bisa menjalin kedekatan hubungan yang erat dengan Amerika Serikat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun