Menghadiri Buka Bersama dan Santunan Yatim & Fakir yang selenggarakan oleh SRMI (Serikat Rakyat Miskin Indonesia). Menarik, para orang miskin, jika bersatu pun bisa menyantuni fakir dan miskin lainnya. Itulah gunanya persatuan, itulah gunanya berserikat.
Di sebuah kota metropolitan seperti Jakarta, para orang miskin benar-benar mesti berserikat agar kuat. Agar status kemiskinannya tak menjadikannya semakin tergencet dan menjadikannya semakin termiskinkan dan tertindas.
Islam telah memberikan landasan teologis untuk memberikan perhatian lebih kepada yang miskin, dan alam demokrasi telah memberikan kesempatan kepada siapun untuk berserikat menyampaikan aspirasi secara setara.
Kesempatan sore tadi benar-benar menjadi kesempatan bagi saya untuk belajar kepada para aktivis pembela kaum miskin dan juga kepada orang-orang yang tampak miskin secara materi namun jiwanya kaya raya.
Kepada aktivis pembela kaum miskin, saya belajar bahwa Tuhan membela kaum miskin yang oleh karenanya Dia mengirimkan utusan para aktivis itu untuk memperjuangkannya.
Kepada para miskin harta namun kaya jiwa itu saya belajar bahwa Tuhan lebih mencintai orang miskin yang dengan status kemiskinannya menjauhkannya dari arogansi dan kesombongan, sehingga kehidupannya lebih tenang layaknya bumi. Secara etimologi, kata miskin (Bahasa Arab) berasal dari kata al-sukun yang berarti khusyu', tawadhu, tenang.
Itulah kenapa Nabi Muhammad, dalam kegemilangannya sebagai pemimpin dunia, doa untuk dirinya adalah agar dihidupkan dalam kemiskinan, mati dalam keadaan miskin, dan kelak di akhirat dikumpulkan bersama orang-orang miskin. Orang-orang miskin akan masuk ke syurga lebih awal 40 masa dibandingkan orang-orang kaya.
Pemerintah seringkali tak melihat orang miskin sebagai warga penuh. Alih-alih memandangnya sebagai aset bangsa, mereka lebih sering memandangnya sebagai benalu atau bahkan sampah kota.
Berpuluh tahun pembangunan kota sepenuhnya didikte oleh kelas menengah atas dan zonder akses kepada kaum miskin kota. Ini tak boleh lagi terjadi! Pemerintah tak boleh lagi memandang mereka sebelah mata sebagai beban kota. Tak boleh terjadi lagi!
Duduklah bersamanya, pahami bahasanya, dengarkan pesan-pesannya, niscaya kau akan temukan campur tangan Tuhan dalam memajukan pembangunan kota.