Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Brexit, Trump, dan Hodgson

30 Juni 2016   15:39 Diperbarui: 30 Juni 2016   15:55 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto : www.netralnews.com

Kita semua sudah mengetahui bahwa Inggris ahirnya keluar dari Uni Eropa setelah melalui referendum. Melihat dampak yang ditimbulkannya, seluruh dunia sontak kaget bahkan termasuk juga rakyat yang menyetujui Brexit. Poundsterling juga melemah, bahkan yang terbesar dalam dua dekade terahir. Menurut tren di Google, banyak orang-orang di Inggris baru mencari tahu tentang Uni Eropa setelah hasil referendum keluar, dan sebagian dari mereka menyesalinya. Kini ada wacana baru untuk membuat referendum kembali.

Alasan utama untuk memilih brexit sebenarnya sederhana dan lebih bersifat psiko-sosial, yaitu semakin membanjirnya imigran dari Asia dan Afrika menuju Eropa. Dua dekade terahir Eropa memang semakin tidak nyaman. Di Paris, Milan dan kota-kota besar Eropa lainnya semakin banyak copet dan kriminal, yang maaf memang kaum Imigran!

Bahkan di Belgia yang relatif konservatifpun, banyak penduduk lokal yang merasa seperti “menumpang” di negeri orang. Lepas maghrib, tidak banyak lagi orang berani keluyuran sendirian!

Di Uni Eropa, imigran bisa masuk dari Yunani atau Potugal, lalu tinggal di Paris, Berlin atau Milan tanpa harus ada pemeriksaan paspor lagi disetiap perbatasan negara. Akan tetapi mereka tidak bisa masuk Inggris tanpa visa dan pemeriksaan paspor! Kejadian bom di Brussel, Paris, kegiatan teroris di Turki, dan arus pengungsi dari Suria menuju Eropa adalah alasan utama rakyat Inggris menyetujui Brexit, karena mereka tidak ingin Imigran itu memasuki Inggris!

Apakah Inggris negeri rasis? Sama sekali tidak! Walikota London adalah seorang Imigran muslim. Di Inggris banyak masjid dan kaum Imigran Asia dan Afrika. Walaupun mereka berbeda keyakinan dan tradisi, akan tetapi para Imigran itu hidup dan berbicara seperti orang Inggris. Logat British Inggris sangat khas, dan hampir semua penduduknya berbicara dengan logat begitu, sekalipun dia keturunan Arab, China, Pakistan, Zimbabwe ataupun Jamaika! Kalau mendengar mereka berbicara tanpa melihat orangnya, kita bisa tertipu karena menyangka yang berbicara adalah bule, padahal orang kulit hitam!

Hal itulah yang tidak banyak dijumpai di Eropa. Sekalipun imigran Alzajair sudah seratusan tahun tinggal di Paris, mereka tetap eksklusif dengan kelompoknya sendiri. Demikian juga imigran Turki yang banyak di Jerman, hidup eksklusif dalam kelompoknya sendiri. Walaupun ada Chinatown di beberapa negara Eropa, mereka tidak dibenci penduduk asli seperti imigran Afrika atau Arab. Tetapi Inggris juga butuh puluhan tahun untuk mencapai homogenitas bagi penduduknya yang berasal dari negara-negara persemakmuran itu.

***

Trump sudah lama memantau Brexit ini. Pamornya sudah mulai menurun beberapa minggu terahir. Akan tetapi ketika Brexit diumumkan, ia seperti mendapat “hasrat” baru. Trump yang kontroversial dan rasis ini, segera mendukung rakyat Inggris lalu berpidato berapi-api mengingatkan warga Amerika agar menolak kaum imigran terutama dari Arab! Akan tetapi rakyat Inggris balik mengecam Trump yang rasis dan mengingatkan betapa Trump kemarin menghina Sadiq Khan, walikota London terpilih karena dia seorang muslim!

Kondisi mirip kebetulan sedang terjadi di Amerika Serikat. Trump berusaha memanfaatkan momen ini untuk menaikkan pamornya. Awalnya kelihatan mustahil. Tetapi dengan mengandalkan sentimen rasialis dan ketakutan di masyarakat, Trump bisa saja mewujudkan impiannya menjadi kenyataan. Tak heran kalau banyak analis yang menghubungkan Brexit, dengan naiknya peluang Donald Trump memenangkan pemilihan umum Amerika Serikat.

Trump memang orang yang kontroversial. Dia berusaha keras memanfaatkan isu Brexit ini untuk “meracuni” rakyat Amerika akan bahaya kaum imigran. Padahal Amerika adalah negara kaum imigran, negara kaum pendatang dari seluruh dunia sedangkan penduduk aslinya hidup terasing direservasi Indian. Dulunya kakek buyut Trump juga imigran dari Eropa!

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun