Aku hanya mengangguk pelan ketika Rita meletakkan serbet di bawah dagu, lalu ia mulai menyuapiku. Astaganaga! Belum pernah ada perempuan selain mediang ibu yang pernah menyuapiku seperti ini. Ya ampun, aku jadi baper pakai banget.
Seminggu di rumah sakit bersama Rita serasa sewindu mengenalnya. Kalau dulu ia harus curi-curi pandang menatapku, kini tidak lagi! Maklum dulu itu ia perawan aku perjaka. Kini ia janda aku duda, alamak!Â
Kini justru aku yang grogi kalau ia menatapku dengan tatapan penuh arti seperti itu. Apa artinya akupun tak tau. Mungkin bulan sabit yang mengintip dari balik jendela itu tahu artinya. Akan kusangkutkan rinduku padanya agar ia bisikkan jawaban pada purnama nanti.
***
"Makan lagi dong sayang, supaya gak kembung, dikit aja ya" bujuk Rita padaku.
Aku hanya menggeleng, "cape" jawabku lemah.
"Yah uda gapapa. Posisi tidur kamu nyaman?
"Iya nyaman. Aku dari tadi mikirin kamu aja"
"Lha koq malah mikirin aku?" tanya Rita sambil tersenyum. Senyumnya manis banget, membangkitkan gairahku.
Aku memonyongkan mulutku, dan Rita langsung mengecupnya, membuat kami berdua tersenyum malu.
"Kamu baik banget sama aku, aku gak tau cara membalasnya"