Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta dalam Sebatang Rokok

11 Oktober 2021   14:55 Diperbarui: 12 Oktober 2021   02:07 684
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ceritanya begini. Waktu itu pelajaran latihan pramuka. Pas waktu istirahat, aku kabur ke kantin untuk merokok. Rupanya guru menyuruh Rita mencariku ke kantin. Rita kemudian pergi ke kantin, tapi tak menemukanku. Ia pun mencariku ke samping kantin.

Tiba-tiba aku datang dari samping, memeluk dan mencium pipinya. Rita kaget dengan wajah memerah. Tampaknya ia bersiap untuk marah. Rupanya ia malu kalau sampai adegan tadi terlihat oleh ibu kantin.

Akan tetapi Rita tidak jadi marah ketika tahu kalau hanya "semut merah yang berbaris di dinding" saja yang menyaksikan adegan tadi. Kini wajahnya bersemu merah, "kamu dicariin pak Anto tuh" katanya sambil berlari masuk ke dalam sekolah. "Ashiap, hahaha" teriakku sambil berlari mengejarnya.

Aku memang suka menggoda Rita karena aku tahu ia suka padaku. Ia tidak akan mungkin mengadukanku walaupun ia sering melihatku merokok di samping kantin sekolah.

Apakah aku suka padanya? Jelas tidak. Anak laki kelas tiga SMP itu lebih tertarik pada mainan, atau bahkan "stensilan" daripada mikiran cewe. Beda dengan anak cewe yang lebih cepat masa pubertasnya, sehingga mereka ini suka mencuri-curi pandang ke teman cowo di kelasnya, terutama kepadaku. Setidaknya menurutku begitu, hahaha.

Setelah lulus SMP kami berpisah dan tidak pernah bertemu lagi. Yang kutahu Rita kemudian menikah dengan kakak kelas kami. 

Lewat WA-grup aku juga baru tahu kalau suami Rita sudah meninggal tiga tahun lalu karena sakit kanker paru. Suami Rita itu memang perokok berat.

Aku ketemu Rita kembali pas waktu masuk rumah sakit ini. Rita ternyata suster kepala ruangan. Awalnya ia tidak mengenaliku. Tentu saja karena kepalaku gundul dengan badan kurusan. Namun setelah melihat rekam medik dan garis mukaku, terutama bibirku, ia akhirnya mengenaliku.

Deja vu! Kami langsung akrab. Aku langsung tersentuh ketika melihat raut empati dari wajahnya. Sesuatu yang tidak pernah aku dapatkan dari orang-orang di dekatku, bahkan dari mantan istriku sendiri.

Yah, begitulah kehidupan. Aku seorang DJ (Disc Jokey) di diskotik. Sesekali juga ikutan main band. Ketika masih berjaya tentunya banyak teman dan duit. Akan tetapi di dunia ini tidak ada yang abadi. Apalagi di kehidupan malam yang glamor dan penuh kepalsuan.

Aku sebenarnya punya penyakit sinusitis dan alergi terhadap debu. Padahal aku perokok berat dan lingkungan kerjaku itu penuh dengan asap rokok. Debu dan juga polutan lain menempel di seluruh dinding, lantai bahkan hingga langit-langit ruangan diskotik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun