Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Melihat Kasus Edhy Prabowo dari Berbagai Aspek

27 November 2020   19:25 Diperbarui: 27 November 2020   19:28 1684
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Konpres KPK Terkait OTT EP, sumber : https://asset.kompas.com/crops/NWnqeZkhbL_UuswAy94zSCa7Rno=/0x2:4000x2669/750x500/data/photo/2020/11/26/5fbedf7d707e7.jpg

Ekspor benur lobster akhirnya benar-benar memakan korban. Tidak tanggung-tanggung, korbannya ada "sekampung" termasuk "Pak Lurah dan Sek-lur (Sekretaris Lurah) dalam satu paket yang utuh.

Ini merupakan tangkapan terbesar KPK sejak era "new-normal." Ini memang tangkapan mudah tersebab benur terjebak di pantai setelah pasang surut. Jelas mudah sebab benur harus menunggu air laut pasang naik dulu agar bisa berenang kembali ke tengah laut.

Waktu berlalu musim berganti. Sekarang adalah era cashless dimana hampir semua transaksi lewat elektronik. Bahkan konon, sebagian "penyedia jasa BO" pun kini menyediakan mesin EDC (Electronic Data Capture) demi kemudahan transaksi bagi klien.

Namun tidak demikian halnya dengan transaksi pat gulipat yang justru antitesis. Transaksi seperti ini harus memakai sisitim cash and carry agar tidak terlacak oleh pihak-pihak yang tidak berkepentingan.

Namun entah mengapa dengan kisah benur yang terperangkap di pantai ini. Transaksinya memakai sistim transfer yang sudah barang tentu gampang terbaca oleh PPATK (Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan)

Adalah lumrah kalau orang tergiur dengan barang-barang branded. Akan tetapi tentulah lebih bijak kalau sekiranya shoppingnya lewat katalog saja. Atau pihak butik yang datang ke tempat, lalu barangnya diterima dengan aman dan nyaman di rumah. Jadi ini memang benar-benar tangkapan mudah.

***

Seperti kita ketahui EP (Edhy Prabowo) bukanlah lelaki pilihan pakde. Jabatan beliau ini adalah bagian dari transaksi politik yang lazim di negeri ini. Tentunya semua itu lewat pertimbangan politik yang matang, sesuai dengan dinamika politik pada saat itu.

Penulis tertarik melihat kasus penangkapan EP ini dari beberapa dimensi/aspek. Apa saja itu? Mari kita lihat di bawah ini.

Pertama, dari sisi Pakde.

Dimana-mana kalau ada menteri terkena kasus, pastilah presidennya akan murka. Demikian juga halnya dengan Pakde yang pastinya akan kesal bin sebal. Namun kali ini Pakde pasti akan tertawa juga. Mungkin dalam hatinya beliau ini ngebatin, "Saya bilang juga apa, visi misi menteri itu tidak ada. Adanya visi misi presiden. Wong disuruh kerja kerja kerja, malah korup korup korup! Ini menterinya siapa tah?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun