Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Ahok Memang Kagak Ade Matinye!

19 September 2020   14:10 Diperbarui: 19 September 2020   15:04 2503
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jokowi dan Ahok, sumber : https://statik.tempo.co/data/2019/12/22/id_899844/899844_720.jpg

Lain golok lain pula sabetannya. Lain Ahok lain pula sudut pandangnya. Menurut Ahok, Lelang Jabatan adalah jalan terbaik untuk mendapatkan the right man on the right place. Artinya posisi jabatan itu harus diisi orang terbaik yang didapatkan lewat kompetisi yang adil.

Kedua, jabatan direksi sebaiknya jabatan karir. Artinya posisi jabatan itu memang diisi oleh orang-orang yang memahami betul karakteristik/kondisi Pertamina itu dari sejak awal mereka bekerja.

Ketiga, gaji dan tunjangan seharusnya disesuaikan dengan jabatan yang diemban.

Nah, soal gaji ini memang cukup menggelikan.

Misalnya si A tadinya seorang Camat. Si A lalu dipanggil Pak Camat dan mendapat gaji dan tunjangan Camat. Kemudian si A pensiun dari Camat, dan kini menjadi Ketua RT. Kini Si A dipanggil sebagai Pak RT dan bininya dipanggil Bu RT. Namun anak-anak mereka tidak disebut sebagai Anak RT.

Sudah pensiun dari Camat, mosok gajinya Pak RT ini tetap sama dengan gajinya Camat? Alasannya cuma satu, Pak RT ini adalah orang lama (di kecamatan)

***

Ahok adalah sebuah fenomena. Berbagai stigma melekat kepadanya. Tukang gaduh, tukang ribut, biang kerok dan berbagai stigma buruk lainnya. Namun semua hal tersebut tidak mampu mencuri pesona dirinya. 

Ahok adalah seorang single fighter yang mau dan siap bertarung untuk mempertahankan keyakinannya. Mako Brimob adalah bukti ketegaran hatinya dalam berprinsip. Bahkan bebas bersyaratpun ditolaknya mentah-mentah.

Ahok memang berbeda dengan "tokoh-tokoh nasional" lainnya, walaupun bacot mereka tak jauh berbeda pula dengan Ahok. Namun ketika mereka ini mendapat masalah, solusinya cuma tiga. Pertama, kabur. Kedua, segera berlindung di balik ketek tokoh masyarakat sambil menyeret ormas-ormas tertentu, dan tak lupa pula menyewa pekerja penggemar nasi bungkus.

Ketiga, jalan terakhir, ngeles penuh penyesalan sambil menangis Bombay dengan menyertakan selembar materai enam ribu (eh sekarang sudah dinaikkan Menkeu menjadi ceban)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun