Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Fenomena Liar Liverpool Musim 2019/2020

16 Oktober 2019   13:02 Diperbarui: 16 Oktober 2019   13:12 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Liverpool juara Piala UEFA, sumber: farsnews.com

Liverpool kini berevolusi menjadi klub "berkharisma, bermental juara," seperti halnya Juventus, Real Madrid atau Bayern Munchen di masa jayanya. Sekalipun bermain buruk, akan tetapi klub bermental juara selalu bisa menemukan solusi untuk memenangkan sebuah pertandingan, atau setidaknya bermain seri.

Ada perbedaan besar antara Manchester City dengan Liverpool, yang jelas akan mempengaruhi hasil akhir nanti. City adalah salah satu klub terbaik di dunia. Ketika mereka sedang on-fire, maka lawan akan menjadi bulan-bulanan mereka. Sebaliknya ketika off-fire, mereka sering terpeleset, terutama oleh kelengahan lini belakang.

Sampai musim lalu, Liverpool juga begitu. Namun musim ini Klopp melakukan pendekatan pragmatis terhadap gaya permainan anak asuhnya. Hanya Sadio Mane yang terlihat susah mengikuti gaya baru ini. Itu karena Mane memang adalah "Mustang liar yang selalu berahi ketika merumput." Mane terlihat energik dan selalu antusias ingin mencetak gol. Top scorer Liverpool ini bahkan tega memaki Salah ketika Salah tidak memberinya bola.

Liverpool cukup beruntung ketika dalam masa transisi ini, para pesaingnya itu tersandung. Namun ketika semuanya nanti berjalan normal, maka Liverpool akan kesulitan kalau mereka belum "in" juga dengan gaya pragmatis ini. Sebab Firmino memang bukan orang yang tepat memerankan tokoh sentral pada gaya baru ini.

Dalam konsep gegenpressing selama ini, Firmino menjadi tokoh sentral karena striker ini berfungsi pula menjadi bek di area lawan, ketika timnya kehilangan  bola.

Ketika Firmino kemudian berhasil menguasai bola tersebut, maka "seniman" ini kemudian akan melakukan serangan balik cepat, berkolaborasi dengan Salah dan Mane, atau mengeksekusinya sendiri langsung ke gawang lawan. Hampir selalu gol Firmino ini terlihat indah dan khas Latino, karena lebih menekankan placing bola ke area yang sulit dijangkau kiper.

Roberto Firmino, sosok sentral dalam permainan Liverpool, sumber: tommyharris.co.uk
Roberto Firmino, sosok sentral dalam permainan Liverpool, sumber: tommyharris.co.uk
Gaya baru Liverpool ini sebenarnya lebih cocok diarsiteki oleh seorang playmaker atau tepatnya deep lying playmaker seperti pada sosok Andrea Pirlo dulu di Juventus, atau sosok Jorginho di Chelsea.

Akan tetapi sepeninggal Steven Gerrard, Liverpool tidak lagi memiliki sosok playmaker. Selama ini cara kerja di Liverpool itu mirip KPK, dimana para komisioner (baca : pemain) bekerja secara kolektif kolateral.

Sosok Kapten juga bukanlah seorang Jenderal pengatur serangan, tetapi lebih kepada formal administrasi lapangan.

Itulah sebabnya sejak pemanasan musim panas kemarin hingga kini, Klopp mencoba Adam Lallana untuk memerankan peran deep lying playmaker ini. Sukseskah Lallana memainkan peranan ini?

Jawabannya gampang ditebak. Lallana belum terlihat sebagai pemain di skuat utama Liverpool!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun