Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Bola

Ketika Liverpool Terkulai Lagi

24 Oktober 2017   20:01 Diperbarui: 13 September 2022   15:47 1486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

***

Pochettino dengan Spurnya yang kini semakin dewasa, bermain efektif dan efisien! Memang butuh waktu untuk memoles para "young guns" ini, dari yang tadinya meledak-ledak penuh gairah, untuk menjadi sebuah tim yang bisa bermain efektif dengan senjata utama, kecepatan! Itulah yang mereka tunjukkan ketika menghadapi Liverpool. Bermain dengan mengandalkan serangan balik cepat dan memaksimalkan kegagapan lini pertahanan Liverpool.

Pochettino memainkan 5 pemain belakang. 3 bek tengah, Toby Alderweireld, Sanchez, Vertonghen, dan 2 bek sayap, Aurier dan Trippier. Trio Harry Winks, Ali dan sang maestro, Erikson mengatur irama permainan dari lapangan tengah. Duet penyerang Kane dan Son bergerak bebas untuk merebut bola justru di area lawan sendiri, lalu biasanya bergerak melebar untuk menarik bek lawan mendekati mereka. Kalau memungkinkan, mereka akan segera menembak dengan cepat ke arah gawang.

Kalau tidak menembak ke gawang, Kane atau Son akan segera mengumpan ke tengah, untuk segera ditembak pemain tengah ke gawang. Atau pemain tengah mengirim umpan terobosan kembali ke Kane/Son yang sudah berlari ke tiang dekat! Sering juga Kane/Son dari sisi lebar lapangan bermain satu-dua dengan bek sayap untuk mengacaukan konsentrasi bek lawan, lalu segera mengumpan ke tengah untuk diselesaikan Erikson atau Ali.

Gaya bermain Spurs memang terkesan textbook, tetapi sangat efektif dan tidak menguras tenaga. Bandingkan dengan gaya bermain Liverpool. Coutinho sering membawa bola dari area sendiri, mengecoh dua tiga pemain lawan, lalu mengirim bola ke Firmino. Tetapi sayangnya bola tersebut kemudian dipotong lawan dan gagallah serangan tersebut. Padahal Firmino sudah berlari ke tiang dekat berharap dapat umpan terobosan dari Coutinho.  Coutinho, Firmino, Salah, Sane, Lallana dan hampir semua pemain Liverpool suka melakukan sprint membawa bola lebih dari 30 meter jauhnya! Ini tentu saja akan sangat melelahkan...

Perbedaan besar lainnya terdapat pada penyerang. Liverpool memakai 3 penyerang bertipe gelandang serang/penyerang sayap. 3 penyerang ini jelas membuat banyak peluang yang sayangnya (entah karena nasib atau karena naluri) efektivitas golnya pun tak sampai 20% dari peluang yang ada. 

Permainan trio penyerang ini sangat menguras tenaga karena mereka harus terus berlari menjelajah setengah lapangan mencari, merebut bola dan mencetak gol. Tidak ada pemain manapun yang sanggup bermain konsisten selama 90 menit dengan cara begitu!

Hotspur memakai 2 penyerang tengah murni yang rajin mencari bola sekaligus juga menciptakan peluang bagi temannya. Selain piawai mencetak gol mereka ini juga termasuk raja assist, suatu sifat yang jarang dimiliki oleh lazimnya para penyerang tengah. 

Kedua penyerang ini tampak tidak berbahaya. Pergerakannya tidak eksplosif, biasa saja sehingga lawan sering mengacuhkan mereka, sampai akhirnya mereka tersadar ketika penyerang ini sudah berada pada situasi satu lawan satu dengan kiper mereka!

Hasil pertandingan 4-1 itu tidaklah mencerminkan kalau para pemain Hotspur itu jauh lebih hebat daripada pemain The Reds. Tetapi jelas menunjukkan kemampuan kedua pelatih yang berbeda! Pelatih hebat adalah pelatih yang mampu memaksimalkan kemampuan para pemainnya yang ada! Saat ini mungkin Pochettino lah pelatih terbaik EPL. Hotspur adalah satu-satunya klub besar yang tidak jor-joran untuk membeli pemain mahal. Pada saat akhir bursa transfer barulah Hotspur memecahkan rekor dengan membeli bek Davinson Sanchez sebesar 40 juta pound dari Ajax. Sebelumnya Hotspur telah menjual Kyle Walker ke M.City sebesar 51 juta pound!

***

Kalau sebelumnya Klopp terlihat "pede," kini dia mulai terlihat gugup melihat prestasi anak asuhnya itu. Dua tahun sebenarnya sudah lebih dari cukup waktu untuk orientasi. Petinggi klub sudah seharusnya mengevaluasi Klopp. Data statistik para pelatih The Reds boleh disimak. Klopp termasuk pelatih terburuk dalam prestasi, dengan nihil gelar! Kini ada beberapa pelatih bagus yang sedang menganggur. Tuchel, penerus Klopp, di Dortmund termasuk pelatih bagus dan bergaji murah. Dalam perbandingan "apple to apple," prestasi Tuchel lebih moncer dari Klopp. Padahal skuat Tuchel ketika itu minus pemain bintang.

YNWA

Salam hangat

Reinhard Freddy Hutabarat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun