Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Roro Mendut (Bagian 7)

29 Agustus 2017   10:12 Diperbarui: 29 Agustus 2017   22:25 600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto : Info Paling Cucok

Nafas Krisna masih tersengal-sengal ketika berselonjor diatas lantai kamar tidurnya. Dinginnya lantai semen itu tak jua mampu menenteramkan hatinya. Krisna tak berani naik keatas dipan karena dia takut akan membuat Roro Mendut terbangun. Dan kalau sekiranya Roro Mendut terbangun, mungkin saja akan terjadi pula "hal-hal yang tidak masuk diakal" lagi. Satu kejutan malam ini sudah cukuplah pikirnya. Krisna juga tak berani lagi untuk menatap ke arah luar... Setelah dirinya tenang, barulah Krisna naik ke atas dipan.

Untuk pertama kalinya semenjak Krisna mulai dewasa, dia mulai berdoa, semoga malam panjang ini cepat berlalu.....

Sebuah kecupan manis di pipinya membuat Krisna terbangun. Sinar mentari pagi terlihat mulai beranjak ke atas. Mungkin sudah pukul sembilanan. Semerbak harum kopi di atas meja memaksanya untuk bangkit dari atas ranjang. Ketika meneguk kopinya, Krisna lalu menatap ke arah lubang sampah. Nyala api di tempat sampah itu sudah benar-benar habis. Krisna lalu beranjak kesana. Krisna tertegun. Ukiran relief kayu itu menghilang tak berbekas. Kalaupun sekiranya relief kayu itu terbakar, tentu akan menyisahkan arang. Padahal lubang sampah itu dalam keadaan basah akibat diguyur hujan semalam. "Kemana perginya relief kayu itu?" gerutu Krisna sambil terus mengorek-ngorek sesuatu pada lubang sampah itu.

"Ada apa toh kang mas, dari tadi kok mengobrak-abrik sampah melulu? tanya Roro Mendut keheranan. "Ah tidak apa-apa sayang, aku tadi kehilangan pisau ukirku. Ya sudah lah, nanti juga ketemu, aku pakai yang lain saja.." jawab Krisna sambil berdiri lalu masuk kedalam rumah. Setelah Roro Mendut pergi ke sumur untuk mencuci pakaian, Krisna lalu kembali mengobrak-abrik lubang sampah itu, tetapi dia tidak menemukan apa yang dicarinya itu. Krisna lalu mengitari seluruh halaman rumah tetapi tetap tidak dapat menemukan ukiran kayu tersebut...

***

Malam hari menjelang tidur, Krisna tak kuasa lagi menahan kegalauan hatinya mengenai ukiran kayu yang menghilang tersebut.

Krisna lalu menceritakan semuanya kepada kekasihnya itu. Roro Mendut hanya terdiam mendengarnya. Setelah menghela nafas panjang, Roro Mendut lalu membuka suara. "kang mas, aku juga sudah mengetahuinya lewat mimpi-mimpi yang setiap malam mendatangiku..."

"Kakanda Krisna, hidupku memang akrab dengan pengejaran dari para lelaki. Sejak zaman dahulu pun aku ini selalu menjadi pemburuan para Demang, Adipati, Tumenggung maupun pejabat tinggi lainnya untuk dijadikan pemuas nafsu kelaki-lakian belaka. Sampai kemudian pada suatu hari aku bertemu dan meminta tolong kepada seorang "resi" agar aku diubah menjadi sebuah patung saja. Resi itu lalu menyanggupinya. Selama ratusan tahun aku hidup dalam ketenangan dan kedamaian hingga akhirnya pak Raharja bersama para dukun sakti sialan itu, datang untuk menghidupkanku kembali lewat ukiran magismu kakanda sayang..."

"Satu hal penting lainnya. Setelah wujudku selesai, maka akan dilakukan sebuah ritual oleh mbah Ponijan bersama beberapa dukun sakti lainnya untuk menghidupkanku lewat curahan darahmu sendiri kakanda sayang. Nyawamu sebagai sipembuat patung akan diambil sebagai pengganti untuk menghidupkanku kelak! Dan setelah itu aku akan hidup untuk mengabdi pada tuanku yang baru, yaitu pak Raharja! Tugasku adalah untuk menghabisi seluruh musuh-musuhnya, dan untuk melanggengkan tampuk kekuasaannya..."

Krisna bergidik mendengar cerita yang sangat tidak masuk diakalnya itu. kalau nyawanya sendiri masih ada, lantas bagaimana caranya patung Roro Mendut ini bisa hidup, berbicara dan bercinta..?

Roro Mendut tersenyum geli karena mengetahui jalan pikiran Krisna itu. "Sebenarnya ada satu "kesalahan fatal" yang tidak pernah diketahui oleh siapapun sebelumnya, termasuk oleh aku sendiri kanda. Misteri ini tidak pernah terbayangkan sebelumnya...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun