Di balik lancarnya pembiayaan dan solidnya hubungan antara koperasi syariah dan anggotanya, berdirilah satu sosok yang mungkin tak selalu kelihatan dari balik meja kantor: Account Officer (AO). Ia bukan sekadar petugas lapangan yang membawa formulir, mengejar tagihan, atau mengantarkan akad. AO adalah ujung tombak sekaligus wajah pertama dari koperasi syariah. Maka tak heran, menjadi AO yang didambakan banyak anggota butuh lebih dari sekadar lincah di lapangan. Perlu strategi, empati, dan juga akhlak mulia yang tak bisa dibeli di toko sebelah.
1. AO Itu Bukan Debt Collector
Pertama-tama, mari luruskan niat dan pandangan. AO bukan tukang nagih, apalagi tukang gertak. Dalam konteks koperasi syariah, AO adalah perpanjangan tangan dari nilai-nilai Islam dalam transaksi ekonomi. Ia membawa misi keadilan, kemitraan, dan kesejahteraan bersama. Ia harus mengedepankan prinsip-prinsip syirkah, bukan semata untung-rugi, tapi juga ukhuwah dan ta’awun.
Menurut Buku Pedoman Operasional Koperasi Syariah dari Kemenkop UKM, AO wajib memahami konsep akad syariah seperti mudharabah, murabahah, atau ijarah. Tapi yang tak kalah penting, ia harus mampu menerjemahkannya dalam komunikasi yang sederhana kepada anggota—yang kadang lebih paham soal harga pakan ayam ketimbang seluk-beluk akad.
2. Komunikasi Empatik: AO yang Menyapa, Bukan Menginterogasi
Seorang AO ideal itu seperti sahabat lama yang datang membawa kabar baik. Ia bisa duduk di warung, mendengar curhat anggota, sekaligus menyampaikan pesan koperasi tanpa terasa seperti promosi. AO yang didambakan anggota adalah dia yang bisa membaca suasana, mengerti kebutuhan, dan tahu cara menyampaikan tanpa menggurui.
Misalnya, saat pembiayaan anggota mulai tersendat, AO bukan datang dengan wajah keruh dan suara tinggi. Tapi justru dengan pendekatan solutif, seperti:
“Pak, bagaimana kalau kita buat skema angsuran yang lebih ringan dulu bulan ini? Yang penting usaha njenengan tetap jalan.”
Kata kuncinya: empati, bukan intimidasi.
3. AO yang Tahu Lapangan, Bukan Cuma Tahu Data