Mohon tunggu...
Choirul Anam
Choirul Anam Mohon Tunggu... Penulis tinggal di Bojonegoro

Entah Seindah apa diujung sana, yang jelas aku masih dalam perjalanan...

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Ketika Saya Nanti Pensiun: Hidup Bukan Berhenti Hanya Berubah Arah

22 Mei 2025   09:03 Diperbarui: 22 Mei 2025   14:48 18627
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menyiapkan Masa Pensiun dengan bijak | www.tempo.co

Bayangan tentang pensiun kadang seperti cuaca sore hari: mendung tapi adem. Ada kelegaan karena tak perlu lagi berjibaku dengan deadline atau kemacetan pagi hari. Tapi juga ada secuil kekhawatiran: "Lalu saya ngapain, ya?" Pertanyaan itu pelan-pelan menjadi gema yang tak bisa diabaikan. Maka, sebelum tiba saatnya saya menggulung papan nama di meja kerja, ada baiknya saya mulai memikirkan: Apa yang harus disiapkan sebelum pensiun?

Pertama-tama, mari kita ubah dulu cara pandang tentang pensiun. Bukan akhir dari karier, tapi fase baru dalam hidup. Seperti kata Charles Handy dalam bukunya The Age of Unreason (1989), masa pensiun adalah "kesempatan untuk menjadi versi terbaik dari diri sendiri yang selama ini tertunda karena pekerjaan rutin." Jadi, ini bukan akhir dari jalan, tapi persimpangan menuju jalur baru. Dan seperti mau naik kereta ke stasiun tujuan, kita harus tahu dulu mau ke mana, dengan bekal apa, dan siapa yang menemani.

1. Menyiapkan Finansial: Uang Memang Bukan Segalanya, Tapi Segalanya Butuh Uang

Dalam sebuah survei oleh OJK (2022), mayoritas pekerja Indonesia tidak punya rencana keuangan jangka panjang yang matang untuk pensiun. Padahal, ini seperti berlayar tanpa kompas. Kita harus realistis: penghasilan akan berhenti, tapi pengeluaran tidak. Maka, penting bagi saya (dan siapa pun) untuk mulai mencicil dana pensiun sejak dini.

Ada berbagai instrumen: tabungan pensiun, investasi di reksadana, properti, hingga asuransi kesehatan jangka panjang. Prinsipnya: semakin awal mulai menyisihkan, semakin ringan bebannya. Seperti menanam pohon mangga---jangan ditunggu saat lapar baru menanam.

2. Mempersiapkan Aktivitas: Jangan Sampai Pensiun Jadi Pengangguran Berbadan Sehat

Salah satu mitos yang berbahaya adalah "nanti kalau pensiun, saya istirahat saja." Memang, tubuh butuh istirahat, tapi jiwa butuh tantangan. Dalam Ikigai: The Japanese Secret to a Long and Happy Life (2016), Garcia dan Miralles menulis bahwa kunci umur panjang dan bahagia orang-orang Okinawa salah satunya adalah karena mereka selalu punya alasan untuk bangun di pagi hari.

Nah, saya pun mulai memikirkan: apa yang akan membuat saya tetap semangat bangun pagi saat tak lagi bekerja? Apakah menulis? Berkebun? Mengajar? Membuka warung kopi kecil di teras rumah? Aktivitas ini tak harus menghasilkan uang, tapi harus memberi rasa berarti. Karena sejatinya, bukan pekerjaan yang memberi makna, tapi keterlibatan kita di dalamnya.

3. Kesehatan Fisik dan Mental: Modal Hidup Paling Mahal

Kesehatan bukan sesuatu yang bisa diborong di supermarket saat menjelang pensiun. Ia harus dicicil sejak sekarang. Banyak orang mengira nanti saat pensiun baru olahraga, baru makan sehat, baru rutin cek kesehatan. Padahal, masa pensiun akan lebih indah jika tubuh kita sudah siap menjalani hari dengan lincah, bukan dengan beban penyakit bawaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun