Ada satu nasihat yang sering terdengar dari para ulama dan orang-orang bijak, tapi jarang betul-betul dipahami maknanya: "Tabunglah hartamu di langit." Bukan di bank, bukan di brankas, bukan pula di deposito berbunga tinggi. Tapi... di langit. Terdengar puitis, memang. Tapi jangan salah, ini bukan kalimat hiasan semata, ini prinsip hidup yang dalam maknanya.
Coba bayangkan: seseorang hidup hemat, rajin menabung, dan punya saldo tabungan puluhan juta. Tapi suatu hari, ia jatuh sakit, operasi mendadak, atau ditimpa musibah. Dalam sekejap, semua tabungannya bisa ludes. Sebaliknya, ada orang yang hartanya biasa saja, tapi senang bersedekah, ringan memberi, dan gemar membantu orang. Anehnya, hidupnya terasa lega, rezekinya seperti tak pernah putus, dan saat ia kesusahan, selalu saja ada jalan. Apakah ini kebetulan? Atau memang ada sistem menabung yang tidak dicatat oleh teller bank, tapi oleh malaikat?
Apa Itu Menabung di Langit?
Konsep menabung di langit bukan tentang melempar uang ke udara sambil berharap malaikat turun mengambilnya. Ini tentang mengalihkan sebagian harta kita---entah itu dalam bentuk uang, tenaga, atau waktu---untuk kebaikan yang bersifat ukhrawi, bukan hanya duniawi.
Misalnya, menyantuni anak yatim, membantu tetangga yang kesulitan, membiayai pendidikan anak kurang mampu, menyumbang masjid, atau bahkan sekadar membelikan nasi bungkus untuk orang kelaparan di pinggir jalan. Semua itu bentuk "setoran langit"---transaksi spiritual yang nilainya abadi.
Ulama besar seperti Imam Hasan al-Bashri pernah mengatakan, "Jika engkau ingin menyimpan hartamu, maka simpanlah di tempat yang tidak akan dicuri, tidak akan terbakar, dan tidak akan lenyap. Simpanlah ia di sisi Allah." Ini bukan metafora kosong. Dalam keimanan Islam, apa pun yang kita infakkan di jalan Allah akan diganti dengan balasan berlipat. Bahkan dalam Al-Qur'an, disebutkan bahwa satu kebaikan akan dilipatgandakan menjadi 700 kali lipat. Bank mana yang bisa menawarkan return sebesar itu?
Mengapa Harus Menabung di Langit?
Pertama, karena harta dunia ini fana. Serius, tidak ada orang yang bisa membawa ATM saat mati. Tak ada pula liang kubur yang muat untuk deposito. Tapi kebaikan, sedekah, dan amal jariyah? Itu bisa terus mengalir, bahkan setelah kita tiada.
Kedua, karena menabung di langit adalah bentuk dari kecerdasan spiritual. Orang bijak tahu bahwa dunia ini hanya tempat persinggahan. Ibarat orang yang mampir di rest area saat perjalanan jauh, masa iya kita fokus membangun rumah mewah di rest area dan lupa tujuan utama kita?
Ketiga, karena menabung di langit adalah investasi yang aman dari krisis. Nilai tukar tak akan membuatnya anjlok, inflasi tak akan menggerusnya, dan hacker tak akan bisa meretasnya. Ini tabungan paling stabil yang pernah ada.