Kalau dengar istilah "VOC", yang terlintas biasanya: penjajah, kapal dagang, rempah-rempah, dan Belanda yang cerewet. Tapi, ternyata, sekarang ada istilah "parenting VOC" yang lagi naik daun di jagat media sosial.Â
Bukan berarti ngajarin anak berdagang ke Banda Neira atau menyuruh mereka menjajah taman bermain tetangga, lho. Parenting VOC di sini maksudnya: parenting dengan prinsip Tegas, Konsisten, dan Komitmen. Singkatnya: V--O--C.
Tapi, apakah metode ini cocok buat anak-anak zaman now yang lahir dengan tangan kanan menggenggam sendok dan tangan kiri menggenggam gadget?Â
Atau, sebenarnya kita butuh pendekatan yang lebih lentur---khususnya buat ngatasin masalah klasik orang tua modern: anak yang picky eater dan susah makan tanpa tontonan YouTube Kids?
Mari kita kulik pelan-pelan sambil ngopi dan ngemil (karena yang makan harus bukan cuma anak-anak, ya kan?).
Apa Itu Parenting VOC?
Parenting VOC bukan singkatan dari "Vereenigde Oostindische Compagnie " atau semacamnya. Tapi sebuah akronim dari Value-based, Orderly, dan Consistency. Intinya sih ngajarin anak dengan nilai-nilai yang jelas, aturan yang tertib, dan penerapan yang konsisten.
Misalnya gini: kalau sudah disepakati bahwa makan malam itu tanpa gadget, ya orang tua juga harus ikut aturan itu. Jangan sambil suapin anak, eh, tangan sendiri sibuk scroll TikTok.Â
Kalau mau anak makan sayur, ya jangan heran kalau dia nolak brokoli sementara ayahnya ngelipir pesen ayam geprek level lima tanpa lalapan.
Prinsip ini bagus. Apalagi di tengah dunia yang serba cepat dan penuh distraksi, anak-anak butuh batasan yang jelas. Tapi, kadang, parenting VOC bisa berubah jadi terlalu kaku. Tegas itu perlu, tapi kalau terlalu keras bisa jadi malah menjauhkan anak.