Pemerintah kita seperti seorang kepala keluarga yang mengatur keuangan rumah tangga. Ada pemasukan dari gaji (pajak dan pendapatan negara), ada pengeluaran rutin seperti bayar listrik, makan, dan biaya sekolah anak (belanja negara), dan ada utang yang harus dicicil (utang negara). Nah, ketika pengeluaran membengkak melebihi pemasukan, solusinya ada dua: cari tambahan pendapatan atau mulai diet anggaran alias mengencangkan ikat pinggang.
Diet Anggaran di Level Negara
Di dunia pemerintahan, diet anggaran ini dikenal dengan fiscal consolidation, upaya menekan defisit agar keuangan negara tetap sehat. Indonesia, misalnya, sering menghadapi dilema antara belanja besar untuk pembangunan dan kebutuhan menjaga stabilitas fiskal. APBN 2024 mencatat defisit sekitar 2,29% dari PDB atau setara Rp522,8 triliun. Masih aman memang, tapi tetap butuh strategi agar tidak kebablasan.
Pemerintah biasanya menghemat anggaran dengan beberapa cara:
Pemangkasan Belanja Tidak Produktif
Misalnya, perjalanan dinas yang sering kali lebih banyak jalan-jalannya ketimbang rapat serius. Atau anggaran pengadaan barang yang sering kali ada markup tidak masuk akal.Subsidi Tepat Sasaran
Subsidi energi, misalnya, sering kali lebih banyak dinikmati kelompok menengah atas ketimbang masyarakat miskin. Diet anggaran bisa dilakukan dengan memperbaiki sistem subsidi agar hanya menyasar yang benar-benar membutuhkan.Efisiensi Proyek Infrastruktur
Pembangunan memang penting, tapi bukan berarti semua proyek harus jalan bersamaan. Perlu skala prioritas agar tidak menghambur-hamburkan uang rakyat.
Namun, diet anggaran pemerintah juga punya tantangan. Jika pemangkasan terlalu ketat, bisa menghambat pertumbuhan ekonomi. Contohnya, pengurangan belanja pegawai atau program sosial bisa berdampak pada daya beli masyarakat. Jadi, perlu keseimbangan antara efisiensi dan stimulus ekonomi.
Diet Anggaran di Level Rumah Tangga
Di tingkat rumah tangga, prinsip diet anggaran sebenarnya sama: mengontrol pengeluaran agar tidak lebih besar dari pemasukan. Banyak keluarga di Indonesia yang menghadapi masalah keuangan bukan karena kurang penghasilan, tetapi karena pengelolaan yang kurang baik.